Assalamualaikum wrwb.
AlhamduliLlah wa sy-syukru liLlah. Segala puji hanya milik Allah, mari kita syukuri semua nikmat dan karunia-Nya yang kita terima. Hanya atas pertolongan dan kasih sayang-Nya kita sehat afiat dan dapat melaksanakan aktifitas kita. Mari kita niatkan ibadah dan mengabdi kepada Allah, agar perbuatan kita lebih bermakna. Urusan dunia akan tetapi bernilai akhirat, karena niat kita yang baik.
Shalawat dan salam mari senantiasa kita wiridkan, mengiringi Allah dan para Malaikat-Nya yang senantiasa bershalawat dan menyampaikan keselamatan pada Baginda Nabi Muhammad Rasulullah saw, keluarga, dan para sahabat. Semoga kebaikan selalu menyelimuti kita, keluarga, dan anak-anak kita. Dan semua urusan kita diberi kemudahan oleh Allah.
Saudaraku, Allah ‘Azza wa Jalla menegaskan, bahwa manusia diciptakan oleh Allah, tujuannya hanya satu, yaitu beribadah atau menghamba kepada Allah (AS. Adz-Dzariyat: 56). Karena memang hanya Allah yang pantas dan berhak untuk disembah. Kata orang bijak, “hidup ini ibarat singgah untuk minum”, dalam ungkapan Jawa, “urip kuwi lirkadiyo mung mampir ngombe”. Tentu setelah itu masih harus meneruskan perjalanan panjang menuju kehidupan “abadi” untuk mengharapkan ridha-Nya dan “perjumpaan” atau “liqa’” pada Allah Rabbu l-‘Arsy wa s-samawat.
Saudaraku, kematian pasti akan datang menjemput kita, dan itulah awal dari kehidupan panjang menuju keabadian. Allah SWT menegaskan: “Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu. Dan Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur” (QS. Ali ‘Imran: 145).
Karena kita tidak ada yang mengetahui kapan kematian itu datang menjemput kita, maka kita harus memperbanyak amal shalih. Untuk itu berbuat baiklah, pasti Allah, Rasulullah, dan orang-orang yang beriman akan melihat amal perbuatan kita (QS. At-Taubah: 105). Selain itu, amal perbuatan kita juga harus kita rawat kontinuitas, kesinambungan, dan sikap istiqamah kita agar jalan untuk mendapatkan Ridla Allah terbuka lebar dengan kesungguhan niat kita. Rasulullah saw mengingatkan kita:
” كَمْ مِن عَمَلٍ يتَصَوَّرُ بِصُورَةِ عَمَلِ الدُنيَا ثُمَّ يَصِيرُ بِحُسنِ النِّيَّةِ مِن أَعْمَالِ الآخِرَةِ, وَكَم مِن عَمَلٍ يَتَصَوَّرُ بِصُورَةِ عَمَلِ الآخِرَةِ ثُمَّ يَصِيرُ مِن أَعْمَالِ الدُنيَا بِسُوءِ النِّـيَّةِ ”
“Banyak sekali amalan (seseorang) yang menggambarkan dengan gambaran amalan dunia kemudian (berubah) menjadi amalan akhirat karena baiknya niat, dan banyak sekali amalan (seseorang) yang menggambarkan dengan gambaran amalan akhirat, kemudian (berubah) menjadi termasuk amalan dunia, karena buruknya niat”.
Karena itu, mari kita berusaha dan memohon kepada Allah Yang Maha Pemurah, agar kita mampu menjaga dengan baik amalan kita. Kita hindari perbuatan yang berlebihan, meskipun diperbolehkan, seperti makan berlebihan. Kita buang jauh-jauh sifat dan sikap bakhil, karena itu akan menjadi pangkal penyakit fisik. Selain itu, sikap berlebihan akan berdampak melahirkan sikap takabbur, sombong, dan arogan, yang sangat dibenci oleh Allah ‘Azza wa Jalla.
ثلاثة نفر يبغضهم الله من غير جرم : الأكول و البخيل و المتكبر
“Tiga kelompok orang yang akan dimarahi oleh Allah, adalah tukang makan, orang yang bakhil, dan orang yang sombing atau takabbur”.
Rasulullah saw juga mengingatkan pada kita terutama yang masih senang nongkrong-nongkrong, membiarkan waktu kita sia-sia dan lewat begitu saja tanpa berbuat kebajikan, sebagai berikut:
عن أبي هريرة -رضي الله تعالى عنه- قال: قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: (من حسن إسلام المرء تركه ما لا يعنيه)قال حديث حسن رواه الترمذي وغيره.
Riwayat dari Abu Hurairah ra berkata, Rasulullah saw bersabda: “Termasuk baiknya ke-Islaman seseorang adalah ia meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat baginya”. Ia berkata, hadits Hasan, diriwayatkan At-Tirmidzi.
Mari kita memohon kepada Allah agar kita mampu berbuat yang baik atau shalih, dengan niat yang baik, agar apa saja yang baik yang kita laksanakan, bernilai dan akan menjadi amalan akhirat, untuk bekal kita menyusuri perjalanan panjang untuk mendapatkan ridla dan keberkahan Allah. Mari kita cermati secara seksama, penegasan Allah Rabbu l-‘Arsy wa s-samawat:
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنتُمْ تُوعَدُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan bahwa Tuhan kami adalah Allah, kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakankah mereka dengan surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu” (QS. Fushshilat: 30).
Marilah kita rawat bersama iman dan Islam kita, dengan memupuk amalan shalih kita, meskipun sedikit atau kecil, tetapi kontinu atau berkesinambungan. Insyaa Allah dengan kita mengamalkan yang kecil tetapi langgeng, itu akan menjadi amalan utama kita. (افضل الاعمال الى الله ادومها وان قل ). Semoga Allah senantiasa menolong kita diberi kesehatan, dan kekuatan iman dan islam, dan kita merasa ringan, ikhlas, dan khusyu’ dengan penuh kerendahan hati (tawadlu’) dalam mendekatkan diri kepada-Nya. Amin.
Allah a’lam bi sh-shawab.
Wassalamualaikum wrwb.
KALA PEMUDA INDONESIA YANG BANGGA PADA KE-INDONESIA-ANNYA KEHILANGAN TELADAN
GENERASI MILENIAL TANPA KORUPSI
Assalamualaikum wrwb.
Segala puji milik Allah Yang Maha Kaya dan Terpuji. Mari kita syukuri semua anugrah dan karunia-Nya. Hanya dengan anugrah dan pertolongan Allah, kita sehat afiat dan dapat melaksanakan aktifitas kita. Semoga semua urusan kita dimudahkan oleh Allah. Shalawat dan salam mari kita senandungkan untuk Rasulullah Muhammad saw, keluarga, dan para sahabat. Semoga kebaikan beliau meluber kepada kita dan para pengikut setia yang berkomitmen untuk meneladani beliau. Beliau adalah uswatun hasanah (teladan yang baik) bagi kita umat beliau yang merindukan kehidupan yang bahagia dan diridhai Allah ‘Azza wa Jalla.
Saudaraku, belakangan ini awan dan mendung kesedihan, kegalauan, keprihatinan dan kegelisahan sedang menggelayuti dunia anak-anak muda kita, yang mereka ini hidup di abad millennium, mereka disebut dengan generasi milenial. Bagi kita yang masih memiliki sisa-sisa harapan bahwa di Indonesia ini, satu saat praktik korupsi yang dilakukan oleh para penjahat, koruptor, pencoleng, maling, dan pengkhianat bangsa, yang dengan sistematis, bersekongkol, dan berombongan telah merampas, menggelapkan, dan mengompas uang rakyat, dalam berbagai bentuk, modus, dan caranya, akan bisa sirna dan lenyap dari bumi Indonesia.
Kesedihan dan kegalauan mereka itu pun, bukan tanpa alasan. Karena selama dua tahun belakangan ini, tidak kurang dari 15 (limabelas) oknum pejabat politik, terjaring oleh “Safari” OTT KPK. Mereka ini terdiri dari oknum kepala daerah, gubernur, walikota, dan bupati. Yang masih “hangat” kita dikagetkan penangkapan OTT KPK terjaring hakim dan sekaligus Ketua Pengadilan Tinggi Manado, Sudiwardono. Masih yang “terbaru” lagi, yakni bupati Nganjuk Taufiqurrahman juga dijaring dan ditangkap oleh OTT KPK. Padahal baru saja ikut hadir dan mendengar penjelasan Presiden, terutama soal dana desa. Eh, keluar dari Istana Negara ditangkap KPK beserta 15 orang lainnya. Bahkan bupati periode kedua ini, sempat menang gugatan praperadilan atas KPK. Mungkin dalam pikirannya, “nanti akan menggugat praperadilan lagi”, padahal kalau sudah tertangkap KPK melalui OTT, kiranya tidak mungkin lagi bisa mengelak.
Pertanyaan saya dan mungkin teman-teman, mengapa para oknum pejabat itu, apakah yang di lembaga legislative, eksekutif, dan yudikatif, mengapa tidak takut. Padahal sudah banyak contoh kasus, mereka yang hanya menjabat belum satu periode jabatan, lima tahun, bias dijatuhi vonis hingga 12 tahun. Belum lagi kekayaannya disita karena dianggap sebagai harta hasil korupsi.
Saudaraku, pertanyaan yang sangat mendasar di benak generasi muda milenial sekarang ini adalah, apakah korupsi bisa hilang dari bumi Indonesia, yang sudah meneguhkan dirinya sebagai Negara hukum. Mengapa sudah ada KPK, masih saja banyak yang korupsi? Bukankah KPK itu adalah untuk sementara sebagai extra ordinary committee yang bersifat sementara untuk menangani dan menghapus praktik korupsi di Indonesia yang dianggap sebagai extra ordinary crime?
Jika sekarang ini muncul kesadaran, keprihatinan, kegalauan, dan keresahan batin dan fikiran generasi muda millennial kita, tentu ini sangat baik. Terus terang saja, fakta ini sekaligus menyimpan kekhawatiran, bahwa mereka ini akan putus ada, kehilangan harapan, ketika mereka tidak lagi mendapatkan pembelajaran nyata dan fakta, dari keteladanan para pemimpin mereka, yang sedang memimpin bangsa ini.
Dalam ungkapan bijak disebutkan, syababuna al-yaum rijaluna al-ghad artinya “generasi muda hari ini adalah pemimpin masa depan”. Secara alamiah, natural law atau sunnauLlah, generasi millennial itu yang pasti akan menggantikan para pemimpin yang sekarang. Lalu apa harapan masa depan yang masih tersisa di dalam benak kita yang sangat mencintai bangsa Indonesia ini, agar tidak ada lagi korupsi yang “mewarnai” praktik-praktik pengelolaan Negara dan pemerintahan sekarang?
Saudaraku, khususnya generasi millennial yang sedang galau. Melalui pendidikan keluarga, mari kita cermati dan siapkan hal-hal yang kiranya penting dan mendasar bagi keluarga. Pertama, anak-anak kita perlu pendidikan agama yang memadai. Tanamkan bahwa bahwa manusia diciptakan dan diberi hidup di dunia ini adalah untuk mengabdi kepada Allah, karena itu selain ibadah mahdlah atau ritual yang harus dijalankan sebagai hamba, ibadah ritual itu harus dibuktikan dengan ibadah sosial. Manusia akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah Tuhan Yang Maha Melihat dan Maha Mendengar, dan juga di hadapan manusia. Dalam QS. Al-Mulk : 2, Allah mengingatkan, “Dia (Allah) yang menciptakan mati dan hidup (di dunia ini) adalah untuk menguji kita mana di antara kita yang paling baik amal perbuatannya”.
Kedua, tanamkan pendidikan akhlak yang mulia (akhlaq al-karimah) bahwa perilaku korupsi, menggelapkan harta rakyat dan Negara, adalah prilaku yang sangat tidak terpuji baik di hadapan manusia, Negara dan pemerintah, terlebih di hadapan Tuhan. Dalam bahasa Rasulullah saw, “menyuap dan yang disuap keduanya di neraka”. Gambaran neraka di sini, tentu tidak harus menunggu di akhirat nanti, karena koruptor apabila sudah ketangkap OTT KPK maupun yang tidak ketahuan, tetap saja merupakan dosa yang pasti akan menimbulkan “penderitaan”. Namun anehnya, kita menyaksikan mereka yang “dipaksa” mengenakan rompi warna orange ala KPK, tampaknya sudah kehilangan “urat nadi dan chip rasa malu”, sehingga mereka tetap merasa tidak bersalah.
Ketiga, regulasi tentang pemilihan umum kepala daerah yang berbiaya sangat mahal karena pilihan demokrasi langsung, modal one man one vote atau satu orang satu suara, meskipun menurut banyak orang dikatakan tidak bertentangan dengan sila keempat Pancasila, “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebjaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan”. Namun demikian, fakta sosial, hukum, dan politik, jelas-jelas telah memporakporandakan bangunan moral sebagian oknum pejabat yang tidak lagi memegang amanah mereka. Saya tidak bosan-bosannya menyuarakan apa yang pernah direkomendasikan oleh Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa MUI Pusat dan Provinsi seluruh Indonesia, agar system pilkada langsung bisa ditinjau kembali.
Keempat, pemerintah musti lebih tegas lagi dalam menegakkan hukum secara fair dan adil. Tidak ada cerita lagi, penegakan hukum berlaku “tebang pilih”. Dalam hal ini KPK dan aparat penegak hukum lainnya, perlu lebih tegas dan adil, agar tidak ada lagi “salah atau keliru” dalam menangkap seseorang, baik teknik maupun substansi materi sangkaan, agar tidak ada cerita lagi tersangka menang gugatan praperadilan. Ini akan “mengundang dan menimbulkan” syakwasangka, ada apa di balik dikabulkannya gugatan praperadilan tersebut.
Kelima, bangsa Indonesia ini harus tetap optimis, tidak ada kamus menyerah dan mengalah dengan berbagai kejahatan yang dilakukan oleh siapapun, baik individu apalagi yang mengatasnamakan lembaga. Kita dukung kesadaran, kegalauan anak-anak muda generasi millennial ini, untuk dapat menemukan jati diri mereka, bahwa pada saatnya Indonesia ini akan mendapatkan generasi emas, memiliki integritas pribadi dan moral yang kuat, tangguh, dan berakhlak terpuji, sehingga ketika mereka nanti menjadi pemimpin bangsa, benar-benar bersih dan mampu memberikan keteladanan.
Saudaraku, semoga kita sebagai orang tua, masih memiliki komitmen dan kesungguhan untuk menyiapkan generasi emas, yang memiliki dasar agama yang kuat, berakhlak mulia, berintegritas, tidak mudah tergoda oleh ujian materi duniawi yang kian merangsek ke dalam jantung kehidupan pribadi dan sosial kita. Kita musti peduli terhadap kegelisahan, kegalauan, dan keprihatiann generasi muda millennial kita, mereka merindukan masa depan Indonesia yang nyaman, adil, makmur, dan bebas koprupsi.
Allah a’lam bi sh-shawab.
Wassalamualaikum wrwb.
Robohnya Benteng Keadilan
DItengah gencarnya upaya untuk mendekonstruksi keberadaan KPK, Safari OTT KPK telah menjaring banyak oknum kepala daerah, gubernur, walikota, dan bupati, kita dikagetkan dengan penangkapan OTT KPK terhadap hakim dan sekaligus Ketua Pengadilan Tinggi Manado, Sudiwardono. Berdasarkan catatan, akhir bulan lalu OTTterhadap para pejabat tersebut sudah sampai 15 orang, termasuk di dalamnya dua kepala daerah dari Jawa Tengah, yakni bupati Klaten dan walikota Tegal
Laman detik.news Selasa (9/10/2017) merilis berita dengan judul ”Marak Kena OTT, MA Harus Bersihkan Praktik Suap di Pengadilan”. Ketua Pengadilan Tinggi (PT) Manado, Sudiwardono ditangkap KPK atas dugaan menerima suap dari anggota dewan, Aditya Moha. Ini masih ditambah 25 pegawai MAdijerat KPK. Indonesia Corruption Watch (ICW) bahkan dengan lugas menilai keadaan demikian dengan ”Pengadilan Darurat Korupsi”.
Sepertinya, prilaku dan budaya korupsi ini, laksana fenomena gunung es, yang tampak kecil di permukaan dan bawahnya besar. Mudah-mudahan tidak benar. Hal ini tentu sangat memprihatinkan bagi kita semua sebagai warga negara Indonesia. Indonesia sudah mengatur dan menegaskan dirinya dalam UUD 1945 sebagai negara hukum. Lebih dari itu, negeri ini mayoritas memeluk agama Islam. Memang mengaitkan perilaku korupsi dengan agama seseorang tidak selalu tepat, karena siapa pun jika memang moralnya tidak bagus, apa pun agamanya, bisa saja melakukan kesalahan.
Semoga saja perilaku dan budaya korupsi tersebut tidak menjalar ke para hakim dan panitera di Pengadilan Agama. Karena bukan tidak mungkin, ”virus” dahsyat yang bernama korupsi itu, bisa menjangkiti siapa saja yang terlibat tawar- menawar penyelesaian perkara, karena di dalamnya ada perkara yang boleh jadi nilainya miliaran rupiah, apakah itu soal warisan atau sengketa perbankan.
Mengapa, kewenangan absolut PAsetelah ada UU No 3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama ó yang populer dengan UU Peradilan Satu Atap, pasal 49 ayat (1) mengamanatkan, ”di samping berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam di bidang perkawinan, waris, wasiat, hibah, wakaf, zakat, infak, dan shadaqah, Pengadilan Agama juga berwenang untuk memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa di bidang ekonomi syariah”.
Dalam pasal 55 ayat (1) UU Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, mengamanatkan penyelesaian sengketa perbankan syariah dilakukan oleh pengadilan dalam lingkungan Peradilan Agama. Memang pasal 55 ayat (2) menyisakan persoalan di lapangan, karena klausulnya memberi peluang pihak yang berperkara untuk memilih jalur penyelesaian di luar Pengasilan Agama, manakala di dalam akta notariilnya diatur.
Jika hakim-hakim di pengadilan, panitera, dan juga mungkin aparat hukum lainnya, seperti jaksa, dan lain-lain juga bisa diatur dengan uang atau kompensasi di luar aturan hukum, maka roboh sudah benteng keadilan di negeri ini. Atau bahkan mungkin tidak hanya bentengnya, akan tetapi sudah pernah roboh rumah keadilan di negeri ini, ketika Ketua Mahkamah Konstitusi Akil Mukhtar terkena OTT KPK, dan belum lama juga hakim Patrialis Akbar tertangkap juga melalui OTT.
Ini mengingatkan kita akan sindiran sarkastik dari kepanjangan KUHP, yang kata ”olok-olok”itu berbunyi ”Kasih Uang Habis Perkara”. Saya tidak tahu asal-usul kalimat tersebut, akan tetapi ibarat sudah telanjur muncul di memori masyarakat. Tugas kita bersama adalah bagaimana menepis dan menghilangkan fenomena tersebut.
Apalagi yang kita bisa harapkan tentang keadilan di negeri ini, ketika korupsi sudah memasuki semua lini para oknum pejabat eksekutif, legislatif, yudikatif, dan lain-lain. Saudaraku, rasanya makin hari sebagai warga negara Indonesia, mengidap kegalauan, kegamangan, dan keprihatinan. Kehidupan ekonomi di depan kita, makin tampak disparitas yang makin tinggi. Keadilan menjadi sangat mahal. Pisau hukum, kata orang bijak, hanya tajam ke bawah dan tumpul ke atas.
Ini mengingatkan kita penjelasan Rasulullah saw, bahwa hakim itu ada tiga macam, satu di surga, dan dua di neraka. Pertama, hakim yang tahu kebenaran dan memutuskan hukum dengan kebenaran. Inilah yang dimasukkan di surga. Kedua, hakim yang mengetahui kebenaran akan tetapi ia menyimpang dari kebenaran, maka ia ditempatkan di neraka. Ketiga, hakim yang tidak tahu kebenaran dan memutuskan hukum dengan ketidakpahamannya itu, maka ia ditempatkan di neraka” (Riwayat al-Bukhari dan Muslim).
Lalu apa yang mesti kita persiapkan dan lakukan. Apakah kita menghindari dari ketiga ”dunia” itu? Legislatif, eksekutif, dan yudikatif? Tentu pilihan ada di hati, pikiran, dan pribadi kita masing-masing. Apalagi bagi para mahasiswa. Jika Anda ingin cepat mendapatkan jalan rizki, berdaganglah. Kata Rasulullah saw ”Berdaganglah kamu sekalian, maka sesungughnya di dalamnya (dagang) adalah 9/10 rizki).
Sudah barang tentu menjadi pedagang yang jujur. Karena pedagang jujur itu di akhirat disejajarkan derajatnya dengan para nabi dan para syuhada. Tentu tidak semua menjadi pedagang. Kalau seandainya, tidak ada satu pun yang mengisi posisi di lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif yang terdiri atas orang-orang yang baik, berintegritas, dan berakhlakul karimah, akan jadi apa NKRI kita.
Rasanya masih banyak orang yang baik di negeri ini. Mereka berkomitmen, bersungguh-sungguh, berintegritas, dan tulus memperjuangkan kemajuan dan kebesaran bangsa ini tanpa harus melakukan praktik korupsi.
INDONESIA: “IRISAN SURGA” DI BUMI NUSANTARA
Assalamualaikum wrwb.
Alhamdu liLlah wa sy-syukru liLlah. Segala puji hanya milik Allah. Mari kita syukuri secara sungguh-sungguh, hanya dengan anugrah dan karunia-Nya, kita sehat afiat dan dapat melaksanakan tugas dan kegiatan kita dengan baik. Semoga semuanya lancar dan diberi kemudahan oleh Allah. Shalawat dan salam mari kita senandungkan mengiringi Allah dan para malaikat yang selalu bershalawat pada Nabi Muhammad saw. Semoga kebaikan itu melimpah kepada keluarga, sahabat, dan para pengikut yang setia meneladani beliau. Semoga syafaat beliau akan memayungi kita kelak di akhirat, dan urusan dunia kita berjalan lancar dan bermanfaat.
Saudaraku, hari pertama kunjungan ke beberapa tempat wisata ke museum Mother Theresa, Masjid Tipu Sultan, dan Victoria Memorial Hall, karena kegiatan training baru dimulai hari Senin ini, saya mendapatkan kesan yang menggugah kesadaran dan sekaligus imajinasi saya, untuk makin mensyukuri nikmat dan karunia Allah yang telah dikaruniakan kepada negeri saya nusantara, Negara Keaatuan Republik Indonesia.
Sepanjang perjalanan sebagai muslim saya selain harus banyak melantunkan istighfar, memohon ampunan kepada Allah, karena menyaksikan banyak hal di wilayah kota Kolkata ini. Pertama, tentu banyak ketimpangan terjadi antara saudara-saudara saya di kota ini yang secara ekonomi belum menguntungkan. Masih banyak orang-orang laki-laki yang telanjang dada di kanan kiri jalan raya besar, ada juga yang mandi di tepi jalan raya. Tentu kalau misalnya mandi di sungai, di tepi jalan raya luar kota seperti di sebagian wilayah Demak. Itu pun dulu zaman saya masih kuliah program sarjana (S1) dulu.
Kedua, budaya hidup bersih di kota Kolkata ini, tampaknya masih hanya menjadi milik mereka yang berduit. Saya tidak sempat berburu informasi, apakah pemerintah Provinsi Benggala Barat dan Kota Kolkata sendiri harus mengeluarkan berapa juta atau milyar rupee untuk menjaga kebersihan kotanya. Kata teman saya, Dr. Makrum Kholil, yang pernah “khuruj” di sini 10 hari, Kolkata kehidupan masyarakatnya semrawut, seperti tidak ada pemerintahan, peradaban rendah, kehidupan mereka terkesan jauh dari kemajuan”. Tentu kesan demikian, bisa benar sebagian, meskipun tidak seluruhnya benar.
Saya sendiri berpendapat, mengapa dulu Kolkata — atau semula disebut Calcutta — yang sudah menjadi ibu kota India, kemudian dipindah ke New Delhi, boleh jadi karena sebenarnya dari sisi sejarah sudah sangat tua, akan tetapi secara geografis memang berada di wilayah India paling timur berdekatan dengan Bangladesh, juga karena kemungkinan budaya warganya yang susah diajak maju, karena sebagian besar sudah terbiasa dengan budaya tidak bersih, lamban, susah diajak maju. Restoran di tempat saya menginap pun, sarapan pagi baru bisa dilayani oleh pihak restoran jam 07.30.
Akan tetapi beberapa tahun terakhir ini, sedang berlangsung pembangunan besar-besaran di wilayah New Kolkata City. Selain banyak gedung-gedung baru pencakar langit, hotel, perkantoran, mall, juga pembangunan infrastruktur baru, baik flyover, stasiun, dan lain-lain, yang akan melahirkan new urban society. Anda kiranya tidak perlu membayangkan disparitas yang seperti apa, dari dampak pembangunan di kota baru Kolkata nanti.
Ketiga, dari sisi budaya berlalu lintas, tampak sekali jauh dari tertib. Selain karena kendaraan umum, bus, kereta dalam kota, taxi, tampak sekali usianya sangat tua, kotor, dan sepertinya tidak pernah dicuci. Padahal sehari-hari lagi musim hujan, yang dari sumber saya airnya berlimpah. Kalau ajaran Islam mengajarkan, bahwa “bersih itu adalah sebagian dari iman” maka di Kolkata ini agak susah untuk mendapatkan perwujudan atau penampakannya di kota ini.
Kolkata akan menjadi tuan rumah Konferensi Tahunan ke 69 tentang Masyarakat Ahli Jantung atau The 69th Annual Conference of Cardiological Society of India Kolkata, tanggal 30 November – 3 Desember 2017, dapat memanfaatkan momentum ini untuk berbenah dan setidaknya berhias diri menjadi kota yang layak dan bersih. Meskipun ini sekedar “grundelan” pengunjung yang hanya akan tinggal seminggu di daerah ini. Tetapi tampaknya susah dan sangat kecil kemungkinannya.
Dalam rilis nm.wikipedia.org disebutkan bahwa Victoria Memorial adalah bangunan besar di Kolkata, Benggala Barat, India, yang dibanghn antara 1906-1921, didedikasikan untuk mengingat Ratu Victoria (1819-1901). Sekarang menjadi museum dan destinasi wisata, dekat dengan Jalan Jawaharlal Nehru. Bangunan ini sepenuhnya dari marmer putih, dari pagar hingga bangunan tinggi yang penuh dengan ornamen seni yang luar biasa untuk ukuran waktu itu. Bahkan batu kerakal dari depan hingga dalam mengelilingi bangunan bersejarah ini pun tampak dari batu marmer. Itu pun ada beberapa tambahan tenda darurat, dan bagian kanan bangunan yang megah itu, besi-besi karatan yang menumpuk.
Saudaraku, sebagai bangsa Indonesia dengan NKRI dan empat pilarnya, kita wajib meningkatkan rasa syukur kita kepada Allah Tuhan Sang Maha Pencipta. Negara kita, merupakan negara kepulauan, sumber daya alam yang berlimpah, munyak, gas, tembaga, nikel, emas, batu bara, dan tanahnya yang subur. Ibarat, tongkat kayu ditaruh di tanah saja, jadi tanaman yang menghasilkan buah.
Sayangnya, warga negara kita yang tahun 2017 ini diperkirakan 261 juta jiwa, 10,64%-nya masih berada dalam cengkeraman kemiskinan, sekitar 27,77 juta (per-Maret 2017). Sumber alam minyak kita, sebagian besar — untuk tidak mengatakan semuanya — dikelola oleh PT Asing. Lalu bagaimana Pertamina kita. Jawabannya, Allah a’lam. Konon, minhyak mentahnya kita ekspor dulu, setelah itu minyak yang siap dikonsumsi oleh masyarakat kita untuk berbgaai macam angkutan baik pribadi maupun publik, harus mengimpor kembali.
Soal pendidikan kita, rasanya dengan anggaran 20% dari APBN relatif memadai. Setidaknya untuk sekolah umum sudah bisa dibebaskan biaya, beasiswa di PT juga banyak jalur yang disesiakan, baik oleh pemerintah maupun swasta. Akan tetapi masih menyimpan berbagai persoalan, mulai dari soal kekerasan fisik di sekolah, moral hazard di sebagian kecil oknum pimpinan PT, asalnya PT pencetak guru, yang rektornya sudah dicopot, masih terjadi. Banyak juga PT Swasta yang akhirnya ijinnya dicabut dan diberhentikan.
Narkoba yang Indonesia sudah dinyatakan darurat, bahkan bandar pun masih bisa mengatur dan memasarkan narkoba dari balik jeruji besi, dan sempat memakan “oknum” sipir di beberapa LP atau lembaga pemasyarakatan, adalah cerita sedih dan memalukan bangsa kita. Ini diperparah lagi dengan banyaknya kasus korupsi yang dilakukan oleh para oknum kepala daerah. Mereka tertangkap basah oleh “Safari OTT KPK”, yang bahkan makin hari makin banyak jumlahnya. Beberapa waktu lalu pun, saya “berspekulasi” bahwa korupsi di negeri kita ibarat fenomena “gunung es” yang nampak kecil di permukaan, padahal sesungguhnya di bawah permukaan sangat besar, yang “kapal penyelamat” pun ketika menabrak “bongkahan korupsi” pun akan remuk redam dan boleh jadi ikut tenggelam. Mudah-mudahan saja spekulasi saya tidak benar.
Saudaraku, mari kita berfikir serius memikirkan kemajuan bangsa kita yang kaya raya dengan sumber saya alam itu, dengan meningkatkan sumber saya manusia yang berintegritas dan ber-akhlaqul karimah. Di tangan mereka, kita yang sudah memasuki masa-masa tua, kita menaruh harapan agar Indonesia yang merupakan “irisan surga” yang dikaruniakan oleh Allah Tuhan Sang Maha Pencipta di bumi nusantara, pada saatnya nanti akan menjadi negara besar, kuat, berperadaban, manusiawi, memiliki keunggulan kompetitif, dan mampu menjadi pemimpin negara-negara di dunia.
Sudah barang tentu ini memerlukan sumber daya manusia yang unggul, pemimpin yang amanah, tidak “menggadaikan” negara yang sesungguhnya kaya raya ini, dengan menambah utang yang akan menjadi beban anak cucu kita. Bagaimana memanfaatkan keunggulan dan keahlian anak-anak kita, karya-karya mereka, agar mampu menjadi negara produsen, tidak terus menerus menjadi negara konsumen, sehingga kita layak berharap mimpi terwujudnya baldatun thayyibatun wa Rabbun Ghafur.
Allah a’lam bi sh-shawab.
Wassalamualaikum wrwb.
Techno India Institute-Hotel Fern Kolkata India, 7/10/2017.
BELAJAR MENYAYANGI SESAMA DI KOLKATA INDIA
Assalamualaikum wrwb.
Mari kita syukuri anugrah dan karunia Allah yang kita terima, hari ini kota sehat afiat dan dapat melaksanakan aktifitas kita hari ini. Jangan lupa kita niatkan ibadah kepada-Nya. Karena memaang misi dilahirkannya kita di dunia ini adalah mengabdi kepada-Nya. Mengabdi dalam bentuk ritual sudah diatur tata cara (kaifiyat)-nya, namun itu semua tidak berarti, manakala tidak dibuktikan dengan ibadah sosial kita kepada sesama dan makhluk lainnya.
Shalawat dan salam mari kita lantunkan untuk Baginda Rasulullah saw, keluarga, dan para sahabat. Semoga semua urusan kita hari ini dimudahkan oleh Allah, dan kelak di akhirat kita dipayungi oleh syafaat beliau.
Saudaraku, atas karunia-Nya juga, saya sebagai direktur pascasarjana UIN Walisongo bersama 13 orang pimpinan UIN Walisongo, semua dekan fakultas, wakil rektor 1 dan 2, berkesempatan untuk melakukan akademik dan budaya ke Kolkata India. Kolkata — dulu dikenal sebagai Calcuta, adalah ibukota negara bagian Bengal Barat. Termasuk kota tua, karena India yang dulunya adalah “jajahan” Inggris, didirikan Raja Inggris tahun 1773-1911. Sekarang dikenal sebagai kota besar arsitektur, galeri seni, dan festival budayanya. Juga menjadi rumah Ibu, markas penyebaran misi santunan yang didirikan oleh Bunda Teresa (kolkata, city in India).
Kota Kolkata yang berada di Koordinat 22°34′N 88°22′E / 22.567°N 88.367°E, Negara India, Negara Bagian Bengal Barat, Datuk Bandar Bikash Ranjan Bhattacharya, berpenduduk 4,580,544 (2001), sekarang sekitar 5,1 juta, mempunyai luas wilayah 24,760/km2 (64,128/sq mi), 14,681,589 (3rd) (2006; luas wilayah 185 km2 (71 sq mi) dengan ketinggian 9 m (30 kaki) di atas permukaan air laut (www.kolkatamycity.com). Sementara jumlah penduduk Negara Bagian Bengal atau Benggala Barat ada yang menyebutkan berpenduduk 25 juta orang san 50% memeluk agama Islam.
Dalam versi lain, Kolkata didirikan Inggris tahun 1690, ditaklukkan oleh kepala daerah Benggala tahun 1757, direbut kembali oleh Clive 1757. Pernah menjadi ibukota India pada tahun 1833-1912. Meskipun cukup banyak kemajuan di Kolkata, tetapi begitu keluar dari Bandara Internasional Negaji Subhas Chandra Bose, yang terletak di Dum Dum, dengan kode CCU, masih terlihat banyak mobil taksi, yang sudah jadi mobil sangat antik di Indonesia.
Yang menarik adalah, di Kolkata ini banyak perguruan tinggi ternama. Universitas Calcutta meruoakan PT terkemuka di India. Didirikan tahun 1857, dengan 22.000 mahasiswa, dan tahun 2011 berada di peringkat 600 versi QS Ranking, dan 2012 menembus ranking 150 besar PT Dunia (www.berkuliah.com). Ada Jadavpur University, Maulana Abul Kalam Azad University, University of Kaylani, St. Xavier’s College, Presidency University, West Bengal State University, Aliah University, Rabindra Bharati University, Indian Statistical Institute, Techno India, dan lain-lain.
Data tahun 2001 menunjukkan, Kolkata memiliki kadar pendidikan (kebolehan membaca) 75%, melebihi kadar rerata kebangsaan 59.5%; dengan 57% lelaki dan 43% wanita mampu membaca, 8% dari populasi berusia di bawah 6 tahun (2001)(ms.m.wikipedia.org). Tampaknya Kolkata termasuk kota yang dianggap lebih maju dibanding negara bagian lainnya.
Banyak destinasi wisata yang menarik dikunjungi di Kolkata. Ada Victoria Memorial Hall, Dakshineswar Kali Temple, Mother House, Jorasanko Thakur Bari, Swami Vivekananda’s, Museum Teknologi, Birla Temple, St. John’s Church, Eden Gardens, dan Howrah Bridge (www.tripadvisor.co.id).
Negara India Jumlah Penduduknya tahun 2017 mencapai 1,342,512,000 Jiwa (Satu Milliar Tiga Ratus Empat Puluh Dua Juta Lima Ratus Dua Belas Ribu) Jiwa menyumbang 18,7% pendudjk dunia. Negara India (Republic of India) adalah negara dengan jumlah penduduk no 2 terbanyak di dunia setelah China. Sementara China penduduknya mencapai 1.385.810.000 (Satu Milyar Tiga Ratus Delapan Puluh Lima juta, delapa ratus sepuluh ribu jiwa) per Oktober 6, 2017 atau 17,7% penduduk dunia (m.wikipedia.org). Amerika mencapai 326.882.000 jiwa atau 4,4% dan Indonesia mencapai 255,461,700 jiwa per Juli 2017 atau 3,44%.
Sebagai negara yang penduduk besar, selain butuh manajemen yang profesional, juga bagaimana menjadi kerukunan antar warganya, agar dapat terjalin persatuan dna perdamaian. Dalam versi tribunnews.com, Konflik antaretnis yang pecah di Provinsi Assam, Timur India, Rabu (25/7/2012), mengakibatkan 32 orang tewas, dan membuat 150 ribu orang meninggalkan rumah mereka. “Ketegangan di bawah permukaan antara suku mayoritas Bodø dengan suku imigran minoritas Muslim meledak menjadi pertumpahan darah di Kabupaten Kokrajhar, yang berbatasan dengan negara tetangga Bhutan,” kata Kepala Polisi Darah Assam, JN Chaudhury, seperti dikutip dari CNN.
Apa yang kita dapat ambil pelajaran? Tentu pertama, kita ingat sosok Bunda Theresa. Tokoh kharismatik, yang diabadikan dengan gedung dan museum Mother Housenya, dan misi karitatifnya. Memang gerakan Mother Theresa ini adalah gerakan missionaris. Kedua, bagaimana menjaga kerukunan. Negara kita tampaknya sudah dikenal sebagai negara yang penduduknya paling majemuk, akan tetapi memiliki keunggulan sebagai negara yang paling sejuk, kondusif, dan menjadi kiblat dan model kerukunan di dunia.
Apa yang dilakukan oleh Mother Theresa yang menghabiskan umurnya untuk menyayangi anak-anak yang papa, terlantar, dan miskin, dan sekarang juga masih diteruskan. Bahkan di museumnya, juga masih menjadi salah satu destinasi wisata di Kolkata India. Ini mengingatkan kita pada penjelasan Al-Quran: “Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani, dan orang-orang Shabiin, siapa di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal shaleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati” (QS. Al-Baqarah: 62). Demikian juga QS. Al-Maidah: 69.
Apakah apa yang dilakukan Mother Theresa dalam pandangan dan pemahaman kita dalam perspektif Islam bisa diterima, atau tidak karena agamanya berbeda, saya tidak mau memasuki wilayah itu. Memang Allah menegaskan dalam QS. An-Nahl: 97;
من عمل صالحا من ذكر او انثى وهو مؤمن فلنحيينه حيوة طيبة ولنجزينهم اجرهم باحسن ما كانوا يعملون النحل ٩٧
“Barangsiapa yang mengerjakan amal shaleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebjh dari apa yang telah mereka kerjakan”.
Saudaraku, bagi kita yang menganut agama Islam, kita memiliki idola dan teladan yang baik, yakni Rasulullah saw. Dalam bukan Muharram dan berbagai kesempatan lainnya, beliau mengajarkan untuk berbagi kepada anak-anak yatim, mengusap-usap kepala mereka seraya berdoa dan mengasihi mereka, agar mereka bisa mendapatkan dan terpenuhi hak-hak hidupnya secara normal.
Kewajiban zakat yang 2,5% persen dari penghasilan kita, mari kita tingkatkan, agar janban sampai di salam harta kita terselip harta yang sesungguhnya itu hak para fakir miskin, dan anak-anak yang sangat membutuhkan perhatian, pertolongan, dan kepedulian yang tinggi kepada mereka. Kaarena sesungguhnya, harta kita yang sesungguhnya, adalah hata yang kita sedekahkan kepada orang lain. Apalagi jika kita mampu secara disiplin, mengeluarkannya setiap tahun, dan didistribusikan melalui amil zakat. Agar penanganan para mustahiq bisa dipersiapkan dengan baik, agar mampu memberdayakan mereka, dan secara bertahap juga mengentaskan mereka dari kemiskinan.
Rasulullah saw mengingatkan kepada kita, “nyaris kefakiran (orang fakir) itu menjadikan kufur”. Ini tentu menjadi cambuk dan pengingat bagi kita semua, agar dengan ikhlas menjadi penyantun yang peduli kepada sesama. Insyaa Allah hidup kita akan dimuliakan oleh Allah. Kalau Anda menemukan kebijaksanaan atau hikmah, maka ambillah.
Allah a’lam bi sh-shawab.
Wassalamjalaikum wrwb.
Hotel Fern Kolkata India, 8/10/2017.
DILEMA KEADILAN DI PUSARAN POLITIK DAN HUKUM
WAYANG DAN SPIRIT KE-BHINNEKA-AN UNTUK INDONESIA DAMAI YANG BERMARTABAT
PELAJARAN BERHARGA DARI ‘ASYURA
Assalamualaikum wrwb.
AlhamduliLlah wa sy–syukru liLlah. Segala puji dan syukur hanya milik Allah. Mari di tanggal 10 Muharram 1439 H ini kita tingkatkan syukur kita kepada Allah. Hanya karena anugrah dan kasih sayang-Nya, kita sehat afiat, dan dapat melaksanakan aktifitas kita di akhir pekan ini dengan nyaman. Shalawat dan salam mari kita wiridkan dan lantunkan untuk Baginda Rasulullah saw, keluarga, sahabat, dan para pengikut yang setia dan komitmen meneladani beliau.
Saudaraku, mari kita tetap saling mengingatkan untuk menata niat kita mumpung masih di bulan Muharram tahun 1439 H. Karena niat kita akan sangat menentukan dan mewarnai jalan dan masa depan kita. Sebagaimana diingatkan oleh Rasulullah saw:
عن أمير المؤمنين أبي حفص عمر بن الخطاب رضي الله عنه- قال: سمعت رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يقول: إنما الأعمال بالنيات، وإنما لكل امرئ ما نوى، فمن كانت هجرته إلى الله ورسوله، فهجرته إلى الله ورسوله، ومن كانت هجرته لدنيا يصيبها أو امرأة ينكحها، فهجرته إلى ما هاجر إليه (رواه البخاري).
Riwayat dari Amir al-Mu’minin ra berkata, aku mendengar Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung niat, dan sesungguhnya setiap orang tergantung apa yang diniatkan. Maka batang siapa hijrahnya menuju (keridlaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya adalah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa hijrahnya untuk urusan dunia yang diinginkannya, atau perempuan yang akan dinikahknya, maka hijrahnya adalah apa yang menjadi niat hijrahnya” (Riwayat al-Bukhari).
Rasulullah saw menganjurkan puasa di hari ‘Asyura ini, karena keutamaan di dalamnya. Puasa ‘Asyura, merupakan puasa yang paling utama setelah puasa wajib di bulan Ramadhan. Sebagaimana hadits berikut:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: أفضل الصيام بعد رمضان شهر الله المحرم، وأفضل الصلاة بعد الفريضة صلاة الليل. رواه مسلم وأحمد وغيرهما.
Rasulullah saw bersabda: “Paling utamanya puasa setelah bulan Ramadlan adalah puasa di bulan Allah, Muharram, dan paling utamanya shalat setelah shalat fardlu adalah shalat malam (qiyamullail)” (Riwayat Muslim, Ahmad, dan selain keduanya).
Pahalanya, kata Rasulullah saw dapat menghapus dosa selama satu tahun. Sebagaimana Rasulullah bersabda:
صِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ
“Puasa ‘Asyura aku memohon kepada Allah agar dapat menghapus dosa setahun yang lalu” (Riwayat Muslim, 1162).
Menurut penjelasan Imam an-Nawawi, yang dimaksud hadits tersebut di atas, adalah: “Keutamaannya menghapus semua dosa-dosa kecil. Atau boleh dikatakan menghapus seluruh dosa kecuali dosa besar” (An-Nawawy, Majmu’ Syarah al-Muhadzdzab, 6/279). Rasulullah saw pun sangat bersemangat untuk berpuasa pada hari ‘Asyura’. Ini ditunjukkan dalam hadits riwayat Ibnu Abbas yang mengatakan::
مَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَحَرَّى صِيَامَ يَوْمٍ فَضَّلَهُ عَلَى غَيْرِهِ إِلاَّ هَذَا الْيَوْمَ: يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَهَذَا الشَّهْرَ يَعْنِي شَهْرَ رَمَضَان
“Aku tidak pernah melihat Nabi saw benar-benar memperhatikan puasa satu hari yang melebihi keutamaannya daripada puasa pada hari ini, hari ‘Asyura dan bulan ini, yakni puasa bulan Ramadlan” (Al-Bukhari:1192).
Menurut Zakky Mubarak (www.islampos.com), pada hari ke sepuluh Muharram atau hari ‘Asyura banyak peristiwa bersejarah yang penting yang terjadi di hari itu pada masa yang lalu. Di antaranya adalah sebagai berikut:
- Nabi Adam ‘as. yang pernah melakukan kesalahan dan bertaubat kepada Allah dari dosa-dosanya diterima taubatnya oleh Allah SWT. Dalam taubat yang dilakukan oleh Nabi Adam as, doa yang hampir tiap hari kita baca adalah:
قَالَا رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ الاعراف ٢٣
Mereka berdua berkata (memohon kepada Allah): “Wahai Tuhan kami, kami telah berbuat aniaya (dhalim) pada diri kami, dan apabila Engkau tidak mengampuni kami dan tidak menyayangi kami, sungguh kami berada dalam golongan orang-orang yang merugi” (QS. Al-A’raf: 23).
- Kapal Nabi Nuh as berhasil berlabuh di Gunung Judi dengan selamat, setelah terjadi banjir bandang besar dan nenghanyutkan Kan’an putra Nabi Nuh as. Di mana sebenarnya tempat berlabuh kapal Nabi Nuh tersebut? Ada yang menyebut gunung Judi seperti Al-Qur’an, ada yang mengatakan di gunung Ararat (Injil). Namun setelah ditelusuri sejarahnya, nama Judi dan Ararat adalah nama untuk gunung yang sama, yakni tempat berlabuhnya kapal Nabi Nuh as.
Pada laman viva.co.id, merilis, bahwa tahun 2010, kelompok peneliti dari China dan Turki yang tergabung dalam “Noah’s Ark Ministries International” mencari sisa-sisa perahu legendaris tersebut. Mereka meyakini telah menemukan sisa-sisa badan kapal Nabi Nuh as berada di ketinggian 4.000 m di Gunung Ararat, ada yang bilang Gunung Agri, di wilayah Turki Timur. Saat saya ke Turki tahun 2013 yang lalu, teman-teman mahasiswa yang kuliah di Turki juga bilang bahwa gunung Judi terletak di Turki Timur.
Mereka mengaku berhasil masuk ke dalam kapal itu, mengambil foto untuk membuktikan klaim mereka. Dalam laporan penelitian mereka, specimen yang mereka ambil memiliki usia karbon 4.800 tahun, dan cocok dengan apa yang digambarkan dalam sejarah. “Kami belum yakin 100 persen bahwa ini benar perahu Nuh, tapi keyakinan kami sudah 99 persen,” kata salah satu anggota tim yang bertugas membuat film dokumenter, Yeung Wing, seperti dimuat laman berita Turki, National Turk, 27 April 2010 (siloka.com).
- Nabi Ibrahim as diselamatkan oleh Allah dari siksa Namrud, berupa api yang membakar. Kita menyebutnya, ini adalah bagian dari mukjizat Nabi Ibrahim. Seperti disebutkan dalam Al-Qur’an:
قَالُوا حَرِّقُوهُ وَانصُرُوا آلِهَتَكُمْ إِن كُنتُمْ فَاعِلِينَ. قُلْنَا يَا نَارُ كُونِي بَرْدًا وَسَلَامًا عَلَىٰ إِبْرَاهِيمَ. الانبياء ٦٨-٦٩
Mereka berkata: “Bakarlah dia dan bantukah tuhan-tuhan kamu, jika kamu benar-benar hendak bertindak. Kami berfirman: “Hai api menjadi dingin,ahm dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim” (QS. Al-Anbiya’: 68-69).
- Nabi Yusuf ‘as dibebaskan dari penjara Mesir karena terkena fitnah.
- Nabi Yunus as selamat, keluar dari perut ikan hiu.
- Nabi Ayyub as disembuhkan Allah dari penyakitnya yang menjijikkan.
- Nabi Musa as dan umatnya kaum Bani Israil selamat dari pengejaran Fir’aun di Laut Merah. Beliau dan umatnya yang berjumlah sekitar lima ratus ribu orang selamat memasuki gurun Sinai untuk kembali ke tanah leluhur mereka.
Saudaraku, masih banyak pelajaran yang sangat berharga, yang direkam oleh sejarah yang terjadi pada bulan Muharram.
Semoga kita dapat mengambil pelajaran yang sangat berharga dari hari ‘Asyura’, selamat yang berpuasa, semoga dosa selama setahun diampuni oleh Allah. Bagi yang belum berpuasa, yang terpenting, mari kita berhijrah atau move on dari yang belum rajin menjadi lebih rajin belajar, dari yang masih belum selesai studinya, segera selesai. Dari yang belum menikah bagi yang sudah mampu dan usia 20 tahun untuk perempuan, dan 25 tahun untuk laki-laki, segeralah menikah agar dapat memulai dan membangun bahtera rumah tangga yang sakinah, mawaddah wa rahmah.
Semoga di tahun 1439 H, amal shalih kita meningkat, dan manfaat yang kita bisa berikan kepada masyarakat makkn besar. Karena sejatinya sebaik-baik manusia adalah yang paling besar manfaatnya bagi orang lain.
Allah a’lam bi sh-Shawab.
Wassalamualaikum wrwb.
Swiss-Bellin, Surakarta, 30/9/2017.