MERAWAT KONTINUITAS NIAT, AMAL BAIK, DAN ISTIQAMAH

Assalamualaikum wrwb.
AlhamduliLlah wa sy-syukru liLlah. Segala puji hanya milik Allah, mari kita syukuri semua nikmat dan karunia-Nya yang kita terima. Hanya atas pertolongan dan kasih sayang-Nya kita sehat afiat dan dapat melaksanakan aktifitas kita. Mari kita niatkan ibadah dan mengabdi kepada Allah, agar perbuatan kita lebih bermakna. Urusan dunia akan tetapi bernilai akhirat, karena niat kita yang baik.
Shalawat dan salam mari senantiasa kita wiridkan, mengiringi Allah dan para Malaikat-Nya yang senantiasa bershalawat dan menyampaikan keselamatan pada Baginda Nabi Muhammad Rasulullah saw, keluarga, dan para sahabat. Semoga kebaikan selalu menyelimuti kita, keluarga, dan anak-anak kita. Dan semua urusan kita diberi kemudahan oleh Allah.
Saudaraku, Allah ‘Azza wa Jalla menegaskan, bahwa manusia diciptakan oleh Allah, tujuannya hanya satu, yaitu beribadah atau menghamba kepada Allah (AS. Adz-Dzariyat: 56). Karena memang hanya Allah yang pantas dan berhak untuk disembah. Kata orang bijak, “hidup ini ibarat singgah untuk minum”, dalam ungkapan Jawa, “urip kuwi lirkadiyo mung mampir ngombe”. Tentu setelah itu masih harus meneruskan perjalanan panjang menuju kehidupan “abadi” untuk mengharapkan ridha-Nya dan “perjumpaan” atau “liqa’” pada Allah Rabbu l-‘Arsy wa s-samawat.
Saudaraku, kematian pasti akan datang menjemput kita, dan itulah awal dari kehidupan panjang menuju keabadian. Allah SWT menegaskan: “Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu. Dan Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur” (QS. Ali ‘Imran: 145).
Karena kita tidak ada yang mengetahui kapan kematian itu datang menjemput kita, maka kita harus memperbanyak amal shalih. Untuk itu berbuat baiklah, pasti Allah, Rasulullah, dan orang-orang yang beriman akan melihat amal perbuatan kita (QS. At-Taubah: 105). Selain itu, amal perbuatan kita juga harus kita rawat kontinuitas, kesinambungan, dan sikap istiqamah kita agar jalan untuk mendapatkan Ridla Allah terbuka lebar dengan kesungguhan niat kita. Rasulullah saw mengingatkan kita:
” كَمْ مِن عَمَلٍ يتَصَوَّرُ بِصُورَةِ عَمَلِ الدُنيَا ثُمَّ يَصِيرُ بِحُسنِ النِّيَّةِ مِن أَعْمَالِ الآخِرَةِ, وَكَم مِن عَمَلٍ يَتَصَوَّرُ بِصُورَةِ عَمَلِ الآخِرَةِ ثُمَّ يَصِيرُ مِن أَعْمَالِ الدُنيَا بِسُوءِ النِّـيَّةِ ”
“Banyak sekali amalan (seseorang) yang menggambarkan dengan gambaran amalan dunia kemudian (berubah) menjadi  amalan akhirat karena baiknya niat, dan banyak sekali amalan (seseorang) yang menggambarkan dengan gambaran amalan akhirat, kemudian (berubah) menjadi termasuk amalan dunia, karena buruknya niat”.
Karena itu, mari kita berusaha dan memohon kepada Allah Yang Maha Pemurah, agar kita mampu menjaga dengan baik amalan kita. Kita hindari perbuatan yang berlebihan, meskipun diperbolehkan, seperti makan berlebihan. Kita buang jauh-jauh sifat dan sikap bakhil, karena itu akan menjadi pangkal penyakit fisik. Selain itu, sikap berlebihan akan berdampak melahirkan sikap takabbur, sombong, dan arogan, yang sangat dibenci oleh Allah ‘Azza wa Jalla.
ثلاثة نفر يبغضهم الله من غير جرم : الأكول و البخيل و المتكبر
“Tiga kelompok orang yang akan dimarahi oleh Allah, adalah tukang makan, orang yang bakhil, dan orang yang sombing atau takabbur”.
Rasulullah saw juga mengingatkan pada kita terutama yang masih senang nongkrong-nongkrong, membiarkan waktu kita sia-sia dan lewat begitu saja tanpa berbuat kebajikan, sebagai berikut:
عن أبي هريرة -رضي الله تعالى عنه- قال: قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: (من حسن إسلام المرء تركه ما لا يعنيه)قال حديث حسن رواه الترمذي وغيره.
Riwayat dari Abu Hurairah ra berkata, Rasulullah saw bersabda: “Termasuk baiknya ke-Islaman seseorang adalah ia meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat baginya”. Ia berkata, hadits Hasan, diriwayatkan At-Tirmidzi.
Mari kita memohon kepada Allah agar kita mampu berbuat yang baik atau shalih, dengan niat yang baik, agar apa saja yang baik yang kita laksanakan, bernilai dan akan menjadi amalan akhirat, untuk bekal kita menyusuri perjalanan panjang untuk mendapatkan ridla dan keberkahan Allah. Mari kita cermati secara seksama, penegasan Allah Rabbu l-‘Arsy wa s-samawat:
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنتُمْ تُوعَدُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan bahwa Tuhan kami adalah Allah, kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakankah mereka dengan surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu” (QS. Fushshilat: 30).
Marilah kita rawat bersama iman dan Islam kita, dengan memupuk amalan shalih kita, meskipun sedikit atau kecil, tetapi kontinu atau berkesinambungan. Insyaa Allah dengan kita mengamalkan yang kecil tetapi langgeng, itu akan menjadi amalan utama kita. (افضل الاعمال الى الله ادومها وان قل ). Semoga Allah senantiasa menolong kita diberi kesehatan, dan kekuatan iman dan islam, dan kita merasa ringan, ikhlas, dan khusyu’ dengan penuh kerendahan hati (tawadlu’) dalam mendekatkan diri kepada-Nya. Amin.
Allah a’lam bi sh-shawab.
Wassalamualaikum wrwb.

KALA PEMUDA INDONESIA YANG BANGGA PADA KE-INDONESIA-ANNYA KEHILANGAN TELADAN

Assalamualaikum wrwb.
       Mari kita syukuri anugrah dan karunia Allah. Hanya karena pertolongan-Nya kita sehat afiat. Semoga Allah menambah kenikmatan-Nya pada kita, dan semua urusan kita dimudahkan oleh-Nya. Shalawat dan salam mari kita senandungkan untuk Baginda Rasulullah Muhammad saw, keluarga, para sahabat. Semoga kasih sayang-Nya juga meluber pada kita sebagai pengikut beliau, dan di akhirat kelak kita mendapat syafaat beliau.
       Saudaraku, masih dalam suasana memperingati hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928. Kami putra dan putri Indonesia mengaku, bertanah air satu, tanah air Indonesia. Kami putra dan putri Indonesia mengaku, berbangsa satu bangsa Indonesia. Kami putra dan putri Indonesia mengaku, berbahasa satu bahasa Indonesia.
       Sumpah pemuda tersebut mengungkit kesadaran seluruh pemuda Indonesia dari berbagai daerah dan menjadi tonggak utama dalam sejarah pergerakan kemerdekaan dan cita-cita berdirinya negara Indonesia. Setelah 17 tahun berikutnya, dengan melalui perjuangan panjang, pengorbanan nyawa, harta, dan semua yang dimiliki untuk melawan penjajah, serta pertolongan Allah Yang Maha Kuasa, negara kesatuan Republik Indonesia diproklamasikan kemerdekaannya.
       Rupanya tidak mudah bagi pemerintah Belanda dan Jepang yang sudah menikmati rasanya sebagai penjajah untuk menerima kemerdekaan Indonesia. Bung Karno pun dalam usia kemerdekaan Republik Indonesia (RI) baru 3 (tiga) bulan, pemerintah Belanda selain tidak mengakui kemerdekaan RI, juga “mengklaim” bahwa kemerdekaan RI itu adalah hadiah dari pemerintah Jepang, berkonsultasi dengan Hadlratusy Syaikh KH Hasyim Asy’ari, ulama pendiri Nahdlatul Ulama.
        NU menggelar acara Rapat Besar Konsul-konsul NU se-Jawa dan Madura, pada 21-22 Oktober di Surabaya, Jawa Timur. Melalui konsul-konsul yang datang pada pertemuan tersebut, me hamlaikan Resolusi Jihad dan disebarluaskan ke seluruh lapisan pengikut NU khususnya dan umat Islam umumnya di seluruh pelosok Jawa dan Madura.
           Adapun isi Resolusi Jihad NU sebagaimana dimuat pada harian Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta, edisi No. 26 tahun ke-I, Jumat Legi, 26 Oktober 1945, adalah tuntutan Ulama dan warga NU se Jawa dan Madura kepada Pemerintah RI supaya mengambil tindakan yang sepadan terhadap Belanda  dan pihak-pihak yang mengganggu upaya kemerdekaan RI. Bagi warga NU dan Alim Ulama berkewajiban mempertahankan dan menegakkan agama dan kedaulatan negara RI merdeka. Karena mempertahankan dan menegakkan Negara RI menurut hukum agama Islam, adalah suatu kewajiban bagi tiap orang Islam. Sebagian besar warga negaranya terdiri dari umat Islam.
         Oleh pihak Belanda (NICA) dan Jepang yang datang dan berada di sini telah banyak sekali dijalankan kejahatan dan kekejaman yang menganggu ketentraman umum. Mereka ingin merusak kedaulatan dan menjajah kembali negara RI. Para Ulama sangat menghormati pada pemerintah yang mempunyai kewenangan untuk memerintahkan rakyatnya agar menghadapi Belanda dan Jepang. Karena itu, Ulama meminta dengan sangat kepada Pemerintah Republik Indonesia supaya menentukan suatu sikap dan tindakan yang nyata serta sepadan terhadap uaha-usaha yang akan membahayakan Kemerdekaan, Agama, dan Negara Indonesia, dengan memerintahkan melanjutkan perjuangan bersifat “sabilillah” untuk tegaknya Negara Republik  Indonesia Merdeka dan Agama Islam.
         Resolusi tersebut merupakan momentum yang sangat genting dan strategis, sekaligus dengan bahasa yang sangat santun, memberikan spirit dan “amunisi” besar, agar terus melanjutkan perjuangan bersifat “sabiliLlah”  mempertahankan kemerdekaan dan tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia.
         Karena Resolusi Jihad itulah Pemerintah RI kemudian menetapkan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional. Pengakuan ini tentu bukan tanpa dasar dan alasan, akan tetapi didasari realitas sejarah yang bersifat heroik, sabiliLlah dan pada moment yang sangat menentukan. Jika tanggal 22 Oktober 2017 yang lalu, diperingati Hari Santri Nasional, adalah dalam rangka merefresh ingatan bangsa ini kembali, agar kita tidak lupa pada jas merah, “jangan melupakan sejarah”. Meminjam bahasa Al-Qur’an, dinyatakan:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu bertaqwa kepada Allah, dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
       Saudaraku, anak-anak muda Indonesia sekarang ini — sering disebut sebagai generasi millenial — memang sedang dilanda oleh “wabah” dan “sergapan” IT (information and technology) yang di mana-mana mereka asyik dengan gadget dan smartphone mereka sendiri, dan abai pada lingkungannya. Di ruang kuliah, di halte, di masjid, dan tempat ibadah lainnya, bahkan di rumah dengan anggota keluarga sendiri, mereka sudah banyak yang “kecanduan” dengan alat komunikasi ini.
       Ini melanda hampir semua kalangan. Bahkan ceritaseorang Imam Masjidil Haram Mekah, bisa menangis karena mendengar alunan musik saat sedang mengimami shalat, yang di rumah pun tidak pernah mendengarnya. Di hampir semua tempat ibadah, ditempel pengumuman tertulis, dan ketika ibadah akan dimulai, diingatkan oleh pengurus, “demi kekhusyu’an ibadah, mohon hp dimatikan atau disilent”. Saking seringnya terjadi bunyi dering ringtone hp yang pasti mengganggu konsentrasi dan kekhusyu’an ibadah.
        “Hubbul wathan minal iman” atau “cinta tanah air asalah sebagian dari iman”. Ini kata bijak berbahasa Arab yang ditanamkan oleh para Kyai dan Ulama pada santrinya. Bahkan ada juga lagu “Ya Lal Wathan” yang lagu dan syairnya harus dinyanyikan dengan penuh heroik. Lagu yang digubah oleh KH A Wahab Hasbullah ini, memang dimaksudkan untuk membangun rasa cinta kepada tanah air secara teologis, karena dikaitkan dengan iman. Syair lagu Ya Lal Wathan adalah sebagai berikut:
       Pusaka hati wahai tanah airku
       Cintamu dalam imanku
       Jangan halangkan nasibmu
       Bangkitlah, hai bangsaku!
       Indonesia negriku
       Engkau Panji Martabatku
       Siapa datang mengancammu
       Kan binasa di bawah dulimu
       Saudaraku, anak-anak muda generasi millenial Indonesia sangat membutuhkan bimbingan, panutan, dan keteladanan. Mereka tidak boleh diejek, apalagi dianggap sebagai generasi yang tidak memiliki skill pekerjaan. Dan semoga tidak benar, penilaian atau statemen demikian, dinyatakan oleh oknjm seorang menteri kordinator, karena itu “pekerjaan besar atau proyek besar di Indonesia, harus diserahkan kepada pekerja dari “negara sebelah” yang menurut Cak Nun, Kyai Kanjeng, adalah “guru besar” yang segalanya harus diabdikan untuk dan kepada guru besar tersebut. Apakah statemen seorang “menko” dan Cak Nun, itu benar atau tidak, atau hoax, memang harus diklarifikasi. Karena zamannya memang “zaman hoax”.
       Kata Al-Qur’an, tanda-tanda orang yang cerdas atau ulil albab, adalah orang-orang yang mau mendengarkan kata-kata orang lain dan mau mengikutinya yang terbaik (الذين يستمعون القول فيتبعون احسنه ) (QS. Az-Zumar:18).
Apabila benar ada seorang “oknum” menteri koordinator, mengatakan bahwa tenaga kerja Indonesia tidak punya skill, tentu ini adalah sebuah “penghukuman dan penghinaan” atas generasi muda bangsanya sendiri. Semoga saja pernyataan tersebut tidak benar. Ini mengingatkan kita, pernyataan Bung Karno, “right or wrong is my country” artinya “benar atau salah, ini adalah negaraku”. Jadi saya harus bangga pada negaraku.
      Apalagi ketika ditambah upaya-upaya untuk mengajak pejabat politik lain untuk mencabut atau menabrak “moratotium penghentian proyek reklamasi” di negara antah berantah, yang sudah diputuskan oleh Mahkamah Agung yang notabene sebagai lembaga yudikatif pada hirarkhi tertinggi. Lagi-lagi semoga gubernur DKI yang belum lama dilantik, memiliki sikap independen, taat asas, dan berkomitmen kepada upaya mensejahterakan kepentingan umum, bukan kepentingan beberapa gelintir orang yang ingin “menguasai” negeri ini.
       Saudaraku, sebagai bagian dari bangsa ini, kita semua prihatin, karena makin hari makin langka kita mendapatkan keteladanan. Padahal keteladanan para pemimpin akan merulakan proses pendidikan dan penyadaran kepada generasi muda yang sangat efektif. Ini mengingatkan ajaran tokoh pendidikan Ki Hadjar Dewantara, ing ngarso sung tulodho, ung madyo mangun karso, tut wuri handayani. Artinya “di depan menjadi teladan, di tengah membangun kreasi, dan di belakang mendukung dan memberi kekuatan atau daya”.
      Saudaraku, Indonesia ini negara besar. Penduduknya terbesar keempat setelah India, China, dan Amerika. Pemeluk Islamnya terbesar di dunia. Jamaah hajinya juga terbesar di dunia. Sebentar lagi kita dapat bonus demografi. Penduduk usia 15-64 tahun akan mencapai 50% dari total penduduk 262 juta di tahun 2020-2045. Generasi muda kita juga banyak yang pintar, cerdas, dan berkelas internasional. Banyak mereka yang memenangi Olimpiade Internasional. Jadi kita musti dan harus bangga menjadi generasi muda Indonesia. Yang tua juga harus menghargai, tidak malah sebaliknya, “menghina,  melecehkan, dan menjatuhkan mental anak-anak muda” agar mereka menjadi generasi masa depan yang andal. Karena suka atau tidak suka, sadar atau tidak, mereka yang akan menjadi pemimpin masa depan Bangsa Indonesia ini. Mereka tidak rela menjadi kuli di Negerinya sendiri. Karena mereka harus menjadi Tuan di negerinya sendiri.
      Semoga, kita semua bisa belajar menjadi arif, bijaksana, dan menjadi teladan bagi anak-anak muda kita. Dan Allah memudahkan mereka untuk mencintai negara dan bangsanya, Indonesia. Allah a’lam bi sh-shawab.
Ngaliyan, Semarang, 29/10/2017.

GENERASI MILENIAL TANPA KORUPSI

Assalamualaikum wrwb.

Segala puji milik Allah Yang Maha Kaya dan Terpuji. Mari kita syukuri semua anugrah dan karunia-Nya. Hanya dengan anugrah dan pertolongan Allah, kita sehat afiat dan dapat melaksanakan aktifitas kita. Semoga semua urusan kita dimudahkan oleh Allah. Shalawat dan salam mari kita senandungkan untuk Rasulullah Muhammad saw, keluarga, dan para sahabat. Semoga kebaikan beliau meluber kepada kita dan para pengikut setia yang berkomitmen untuk meneladani beliau. Beliau adalah uswatun hasanah (teladan yang baik) bagi kita umat beliau yang merindukan kehidupan yang bahagia dan diridhai Allah ‘Azza wa Jalla.

Saudaraku, belakangan ini awan dan mendung kesedihan, kegalauan, keprihatinan dan kegelisahan sedang  menggelayuti dunia anak-anak muda kita, yang mereka ini hidup di abad millennium, mereka disebut dengan generasi milenial. Bagi kita yang masih memiliki sisa-sisa harapan bahwa di Indonesia ini, satu saat praktik korupsi yang dilakukan oleh para penjahat, koruptor, pencoleng, maling, dan pengkhianat bangsa, yang dengan sistematis, bersekongkol, dan berombongan telah merampas, menggelapkan, dan mengompas uang rakyat, dalam berbagai bentuk, modus, dan caranya, akan bisa sirna dan lenyap dari bumi Indonesia.

Kesedihan dan kegalauan mereka itu pun, bukan tanpa alasan. Karena selama dua tahun belakangan ini, tidak kurang dari 15 (limabelas) oknum pejabat politik, terjaring oleh “Safari” OTT KPK. Mereka ini terdiri dari oknum kepala daerah, gubernur, walikota, dan bupati.  Yang masih “hangat”  kita dikagetkan penangkapan OTT KPK terjaring hakim dan sekaligus Ketua Pengadilan Tinggi Manado, Sudiwardono. Masih yang “terbaru” lagi, yakni bupati Nganjuk Taufiqurrahman juga dijaring dan ditangkap oleh OTT KPK. Padahal baru saja ikut hadir dan mendengar penjelasan Presiden, terutama soal dana desa. Eh, keluar dari Istana Negara ditangkap KPK beserta 15 orang lainnya. Bahkan bupati periode kedua ini, sempat menang gugatan praperadilan atas KPK. Mungkin dalam pikirannya, “nanti akan menggugat praperadilan lagi”, padahal kalau sudah tertangkap KPK melalui OTT, kiranya tidak mungkin lagi bisa mengelak.

Pertanyaan saya dan mungkin teman-teman, mengapa para oknum pejabat itu, apakah yang di lembaga legislative, eksekutif, dan yudikatif, mengapa tidak takut. Padahal sudah banyak contoh kasus, mereka yang hanya menjabat belum satu periode jabatan, lima tahun, bias dijatuhi vonis hingga 12 tahun. Belum lagi kekayaannya disita karena dianggap sebagai harta hasil korupsi.

Saudaraku, pertanyaan yang sangat mendasar di benak generasi muda milenial sekarang ini adalah, apakah korupsi bisa hilang dari bumi Indonesia, yang sudah meneguhkan dirinya sebagai Negara hukum. Mengapa sudah ada KPK, masih saja banyak yang korupsi? Bukankah KPK itu adalah untuk sementara sebagai extra ordinary committee yang bersifat sementara untuk menangani dan menghapus praktik korupsi di Indonesia yang dianggap sebagai extra ordinary crime?

Jika sekarang ini muncul kesadaran, keprihatinan, kegalauan, dan keresahan batin dan fikiran generasi muda millennial kita, tentu ini sangat baik. Terus terang saja, fakta ini sekaligus menyimpan kekhawatiran, bahwa mereka ini akan putus ada, kehilangan harapan, ketika mereka tidak lagi mendapatkan pembelajaran nyata dan fakta, dari keteladanan para pemimpin mereka, yang sedang memimpin bangsa ini.

Dalam ungkapan bijak  disebutkan, syababuna al-yaum rijaluna al-ghad artinya “generasi muda hari ini adalah pemimpin masa depan”. Secara alamiah, natural law atau sunnauLlah, generasi millennial itu yang pasti akan menggantikan para pemimpin yang sekarang. Lalu apa harapan masa depan yang masih tersisa di dalam benak kita yang sangat mencintai bangsa Indonesia ini, agar tidak ada lagi korupsi yang “mewarnai” praktik-praktik pengelolaan Negara dan pemerintahan sekarang?

Saudaraku, khususnya generasi millennial yang sedang galau. Melalui pendidikan keluarga, mari kita cermati dan siapkan hal-hal yang kiranya penting dan mendasar bagi keluarga. Pertama, anak-anak kita perlu pendidikan agama yang memadai. Tanamkan bahwa bahwa manusia diciptakan dan diberi hidup di dunia ini adalah untuk mengabdi kepada Allah, karena itu selain ibadah mahdlah atau ritual yang harus dijalankan sebagai hamba, ibadah ritual itu harus dibuktikan dengan ibadah sosial. Manusia akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah Tuhan Yang Maha Melihat dan Maha Mendengar, dan juga di hadapan manusia. Dalam QS. Al-Mulk : 2, Allah mengingatkan, “Dia (Allah) yang menciptakan mati dan hidup (di dunia ini) adalah untuk menguji kita mana di antara kita yang paling baik amal perbuatannya”.

Kedua, tanamkan pendidikan akhlak yang mulia (akhlaq al-karimah) bahwa perilaku korupsi, menggelapkan harta rakyat dan Negara, adalah prilaku yang sangat tidak terpuji baik di hadapan manusia, Negara dan pemerintah, terlebih di hadapan Tuhan. Dalam bahasa Rasulullah saw, “menyuap dan yang disuap keduanya di neraka”. Gambaran neraka di sini, tentu tidak harus menunggu di akhirat nanti, karena koruptor apabila sudah ketangkap OTT KPK maupun yang tidak ketahuan, tetap saja merupakan dosa yang pasti akan menimbulkan “penderitaan”. Namun anehnya, kita menyaksikan mereka yang “dipaksa” mengenakan rompi warna orange ala KPK, tampaknya sudah kehilangan “urat nadi dan chip rasa malu”, sehingga mereka tetap merasa tidak bersalah.

Ketiga, regulasi tentang pemilihan umum kepala daerah yang berbiaya sangat mahal karena pilihan demokrasi langsung, modal one man one vote atau satu orang satu suara, meskipun menurut banyak orang dikatakan tidak bertentangan dengan sila keempat Pancasila, “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebjaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan”. Namun demikian, fakta sosial, hukum, dan politik, jelas-jelas telah memporakporandakan bangunan moral sebagian oknum pejabat yang tidak lagi memegang amanah mereka. Saya tidak bosan-bosannya menyuarakan apa yang pernah direkomendasikan oleh Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa MUI Pusat dan Provinsi seluruh Indonesia, agar system pilkada langsung bisa ditinjau kembali.

Keempat, pemerintah musti lebih tegas lagi dalam menegakkan hukum secara fair dan adil. Tidak ada cerita lagi, penegakan hukum berlaku “tebang pilih”.  Dalam hal ini KPK dan aparat penegak hukum lainnya, perlu lebih tegas dan adil, agar tidak ada lagi “salah atau keliru” dalam menangkap seseorang, baik teknik maupun substansi materi sangkaan, agar tidak ada cerita lagi tersangka menang gugatan praperadilan. Ini akan “mengundang dan menimbulkan” syakwasangka, ada apa di balik dikabulkannya gugatan praperadilan tersebut.

Kelima, bangsa Indonesia ini harus tetap optimis, tidak ada kamus menyerah dan mengalah dengan berbagai kejahatan yang dilakukan oleh siapapun, baik individu apalagi yang mengatasnamakan lembaga. Kita dukung kesadaran, kegalauan anak-anak muda generasi millennial ini, untuk dapat menemukan jati diri mereka, bahwa pada saatnya Indonesia ini akan mendapatkan generasi emas, memiliki integritas pribadi dan moral yang kuat, tangguh, dan berakhlak terpuji, sehingga ketika mereka nanti menjadi pemimpin bangsa, benar-benar bersih dan mampu memberikan keteladanan.

Saudaraku, semoga kita sebagai orang tua, masih memiliki komitmen dan kesungguhan untuk menyiapkan generasi emas, yang memiliki dasar agama yang kuat, berakhlak mulia, berintegritas, tidak mudah tergoda oleh ujian materi duniawi yang kian merangsek ke dalam jantung kehidupan pribadi dan sosial kita. Kita musti peduli terhadap kegelisahan, kegalauan, dan keprihatiann generasi muda millennial kita, mereka merindukan masa depan Indonesia yang nyaman, adil, makmur, dan bebas koprupsi.

Allah a’lam bi sh-shawab.

Wassalamualaikum wrwb.

Robohnya Benteng Keadilan

DItengah gencarnya upaya untuk mendekonstruksi keberadaan KPK, Safari OTT KPK telah menjaring banyak oknum kepala daerah, gubernur, walikota, dan bupati, kita dikagetkan dengan penangkapan OTT KPK terhadap hakim dan sekaligus Ketua Pengadilan Tinggi Manado, Sudiwardono. Berdasarkan catatan, akhir bulan lalu OTTterhadap para pejabat tersebut sudah sampai 15 orang, termasuk di dalamnya dua kepala daerah dari Jawa Tengah, yakni bupati Klaten dan walikota Tegal

Laman detik.news Selasa (9/10/2017) merilis berita dengan judul ”Marak Kena OTT, MA Harus Bersihkan Praktik Suap di Pengadilan”. Ketua Pengadilan Tinggi (PT) Manado, Sudiwardono ditangkap KPK atas dugaan menerima suap dari anggota dewan, Aditya Moha. Ini masih ditambah 25 pegawai MAdijerat KPK. Indonesia Corruption Watch (ICW) bahkan dengan lugas menilai keadaan demikian dengan ”Pengadilan Darurat Korupsi”.

Sepertinya, prilaku dan budaya korupsi ini, laksana fenomena gunung es, yang tampak kecil di permukaan dan bawahnya besar. Mudah-mudahan tidak benar. Hal ini tentu sangat memprihatinkan bagi kita semua sebagai warga negara Indonesia. Indonesia sudah mengatur dan menegaskan dirinya dalam UUD 1945 sebagai negara hukum. Lebih dari itu, negeri ini mayoritas memeluk agama Islam. Memang mengaitkan perilaku korupsi dengan agama seseorang tidak selalu tepat, karena siapa pun jika memang moralnya tidak bagus, apa pun agamanya, bisa saja melakukan kesalahan.

Semoga saja perilaku dan budaya korupsi tersebut tidak menjalar ke para hakim dan panitera di Pengadilan Agama. Karena bukan tidak mungkin, ”virus” dahsyat yang bernama korupsi itu, bisa menjangkiti siapa saja yang terlibat tawar- menawar penyelesaian perkara, karena di dalamnya ada perkara yang boleh jadi nilainya miliaran rupiah, apakah itu soal warisan atau sengketa perbankan.

Mengapa, kewenangan absolut PAsetelah ada UU No 3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama ó yang populer dengan UU Peradilan Satu Atap, pasal 49 ayat (1) mengamanatkan, ”di samping berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam di bidang perkawinan, waris, wasiat, hibah, wakaf, zakat, infak, dan shadaqah, Pengadilan Agama juga berwenang untuk memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa di bidang ekonomi syariah”.

Dalam pasal 55 ayat (1) UU Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, mengamanatkan penyelesaian sengketa perbankan syariah dilakukan oleh pengadilan dalam lingkungan Peradilan Agama. Memang pasal 55 ayat (2) menyisakan persoalan di lapangan, karena klausulnya memberi peluang pihak yang berperkara untuk memilih jalur penyelesaian di luar Pengasilan Agama, manakala di dalam akta notariilnya diatur.

Jika hakim-hakim di pengadilan, panitera, dan juga mungkin aparat hukum lainnya, seperti jaksa, dan lain-lain juga bisa diatur dengan uang atau kompensasi di luar aturan hukum, maka roboh sudah benteng keadilan di negeri ini. Atau bahkan mungkin tidak hanya bentengnya, akan tetapi sudah pernah roboh rumah keadilan di negeri ini, ketika Ketua Mahkamah Konstitusi Akil Mukhtar terkena OTT KPK, dan belum lama juga hakim Patrialis Akbar tertangkap juga melalui OTT.

Ini mengingatkan kita akan sindiran sarkastik dari kepanjangan KUHP, yang kata ”olok-olok”itu berbunyi ”Kasih Uang Habis Perkara”. Saya tidak tahu asal-usul kalimat tersebut, akan tetapi ibarat sudah telanjur muncul di memori masyarakat. Tugas kita bersama adalah bagaimana menepis dan menghilangkan fenomena tersebut.

Apalagi yang kita bisa harapkan tentang keadilan di negeri ini, ketika korupsi sudah memasuki semua lini para oknum pejabat eksekutif, legislatif, yudikatif, dan lain-lain. Saudaraku, rasanya makin hari sebagai warga negara Indonesia, mengidap kegalauan, kegamangan, dan keprihatinan. Kehidupan ekonomi di depan kita, makin tampak disparitas yang makin tinggi. Keadilan menjadi sangat mahal. Pisau hukum, kata orang bijak, hanya tajam ke bawah dan tumpul ke atas.

Ini mengingatkan kita penjelasan Rasulullah saw, bahwa hakim itu ada tiga macam, satu di surga, dan dua di neraka. Pertama, hakim yang tahu kebenaran dan memutuskan hukum dengan kebenaran. Inilah yang dimasukkan di surga. Kedua, hakim yang mengetahui kebenaran akan tetapi ia menyimpang dari kebenaran, maka ia ditempatkan di neraka. Ketiga, hakim yang tidak tahu kebenaran dan memutuskan hukum dengan ketidakpahamannya itu, maka ia ditempatkan di neraka” (Riwayat al-Bukhari dan Muslim).

Lalu apa yang mesti kita persiapkan dan lakukan. Apakah kita menghindari dari ketiga ”dunia” itu? Legislatif, eksekutif, dan yudikatif? Tentu pilihan ada di hati, pikiran, dan pribadi kita masing-masing. Apalagi bagi para mahasiswa. Jika Anda ingin cepat mendapatkan jalan rizki, berdaganglah. Kata Rasulullah saw ”Berdaganglah kamu sekalian, maka sesungughnya di dalamnya (dagang) adalah 9/10 rizki).

Sudah barang tentu menjadi pedagang yang jujur. Karena pedagang jujur itu di akhirat disejajarkan derajatnya dengan para nabi dan para syuhada. Tentu tidak semua menjadi pedagang. Kalau seandainya, tidak ada satu pun yang mengisi posisi di lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif yang terdiri atas orang-orang yang baik, berintegritas, dan berakhlakul karimah, akan jadi apa NKRI kita.

Rasanya masih banyak orang yang baik di negeri ini. Mereka berkomitmen, bersungguh-sungguh, berintegritas, dan tulus memperjuangkan kemajuan dan kebesaran bangsa ini tanpa harus melakukan praktik korupsi.

INDONESIA: “IRISAN SURGA” DI BUMI NUSANTARA

Assalamualaikum wrwb.

Alhamdu liLlah wa sy-syukru liLlah. Segala puji hanya milik Allah. Mari kita syukuri secara sungguh-sungguh, hanya dengan anugrah dan karunia-Nya, kita sehat afiat dan dapat melaksanakan tugas dan  kegiatan kita dengan baik. Semoga semuanya lancar dan diberi kemudahan oleh Allah. Shalawat dan salam mari kita senandungkan mengiringi Allah dan para malaikat yang selalu bershalawat pada Nabi Muhammad saw. Semoga kebaikan itu melimpah kepada keluarga, sahabat, dan para pengikut yang setia meneladani beliau. Semoga syafaat beliau akan memayungi kita kelak di akhirat, dan urusan dunia kita berjalan lancar dan bermanfaat.

Saudaraku, hari pertama kunjungan ke beberapa tempat wisata ke museum Mother Theresa, Masjid Tipu Sultan, dan Victoria Memorial Hall, karena kegiatan training baru dimulai hari Senin ini, saya mendapatkan kesan yang menggugah kesadaran dan sekaligus imajinasi saya, untuk makin mensyukuri nikmat dan karunia Allah yang telah dikaruniakan kepada negeri saya nusantara, Negara Keaatuan Republik Indonesia.

Sepanjang perjalanan sebagai muslim saya selain harus banyak melantunkan istighfar, memohon ampunan kepada Allah, karena menyaksikan banyak hal di wilayah kota Kolkata ini. Pertama, tentu banyak ketimpangan terjadi antara saudara-saudara saya di kota ini yang secara ekonomi belum  menguntungkan. Masih banyak orang-orang laki-laki yang telanjang dada di kanan kiri jalan raya besar, ada juga yang mandi di tepi jalan raya. Tentu kalau misalnya mandi di sungai, di tepi jalan raya luar kota seperti di sebagian wilayah Demak. Itu pun dulu zaman saya masih kuliah program sarjana (S1) dulu.

Kedua, budaya hidup bersih di kota Kolkata ini, tampaknya masih hanya menjadi milik mereka yang berduit. Saya tidak sempat berburu informasi, apakah pemerintah Provinsi Benggala Barat dan Kota Kolkata sendiri harus mengeluarkan berapa juta atau milyar rupee untuk menjaga kebersihan kotanya. Kata teman saya, Dr. Makrum Kholil, yang pernah “khuruj” di sini 10 hari, Kolkata kehidupan masyarakatnya semrawut, seperti tidak ada pemerintahan, peradaban rendah, kehidupan mereka terkesan jauh dari kemajuan”. Tentu kesan demikian, bisa benar sebagian, meskipun tidak seluruhnya benar.

Saya sendiri berpendapat, mengapa dulu Kolkata — atau semula disebut Calcutta — yang sudah menjadi ibu kota India, kemudian  dipindah ke New Delhi, boleh jadi karena sebenarnya dari sisi sejarah sudah sangat tua, akan tetapi secara geografis memang berada di wilayah India paling timur berdekatan dengan Bangladesh, juga karena kemungkinan budaya warganya yang susah diajak maju, karena sebagian besar sudah terbiasa dengan budaya tidak bersih, lamban, susah diajak maju. Restoran di tempat saya menginap pun, sarapan pagi baru bisa dilayani oleh pihak restoran jam 07.30.

Akan tetapi beberapa tahun terakhir ini, sedang berlangsung pembangunan besar-besaran di wilayah New Kolkata City. Selain banyak gedung-gedung baru pencakar langit, hotel, perkantoran, mall, juga pembangunan infrastruktur baru, baik flyover, stasiun, dan lain-lain, yang akan melahirkan new urban society. Anda kiranya tidak perlu membayangkan disparitas yang seperti apa, dari dampak pembangunan di kota baru Kolkata nanti.

Ketiga, dari sisi budaya berlalu lintas, tampak sekali jauh dari tertib. Selain karena kendaraan umum, bus, kereta dalam kota, taxi, tampak sekali usianya sangat tua, kotor, dan sepertinya tidak pernah dicuci. Padahal sehari-hari lagi musim hujan, yang dari sumber saya airnya berlimpah. Kalau ajaran Islam  mengajarkan, bahwa “bersih itu adalah sebagian dari iman” maka di Kolkata ini agak susah untuk mendapatkan perwujudan atau penampakannya di kota ini.

Kolkata akan menjadi tuan rumah Konferensi Tahunan ke 69 tentang Masyarakat Ahli Jantung atau  The 69th Annual Conference of Cardiological Society of India Kolkata, tanggal 30 November – 3  Desember  2017, dapat memanfaatkan momentum ini untuk berbenah dan setidaknya berhias diri menjadi kota yang layak dan bersih. Meskipun ini sekedar “grundelan” pengunjung yang hanya akan tinggal seminggu di daerah ini. Tetapi tampaknya susah dan sangat kecil kemungkinannya.

Dalam rilis nm.wikipedia.org disebutkan bahwa Victoria Memorial adalah bangunan besar di Kolkata, Benggala Barat, India, yang dibanghn antara 1906-1921, didedikasikan untuk mengingat Ratu Victoria (1819-1901). Sekarang menjadi museum dan destinasi wisata, dekat dengan Jalan Jawaharlal Nehru. Bangunan ini sepenuhnya dari marmer putih, dari pagar hingga bangunan tinggi yang penuh dengan ornamen seni yang luar biasa untuk ukuran waktu itu. Bahkan batu kerakal dari depan hingga dalam mengelilingi bangunan bersejarah ini pun tampak dari batu marmer. Itu pun ada beberapa tambahan tenda darurat, dan bagian kanan bangunan yang megah itu, besi-besi karatan yang menumpuk.

Saudaraku, sebagai bangsa Indonesia dengan NKRI dan empat pilarnya, kita wajib meningkatkan rasa syukur kita kepada Allah Tuhan Sang Maha Pencipta. Negara kita, merupakan negara kepulauan, sumber daya alam yang berlimpah, munyak, gas, tembaga, nikel, emas, batu bara, dan tanahnya yang subur. Ibarat, tongkat kayu ditaruh di tanah saja, jadi tanaman yang menghasilkan buah.

Sayangnya, warga negara kita yang tahun 2017 ini diperkirakan 261 juta jiwa, 10,64%-nya masih berada dalam cengkeraman kemiskinan, sekitar 27,77 juta (per-Maret 2017). Sumber alam minyak kita, sebagian besar — untuk tidak mengatakan semuanya — dikelola oleh PT Asing. Lalu bagaimana Pertamina kita. Jawabannya, Allah a’lam. Konon, minhyak mentahnya kita ekspor dulu, setelah itu minyak yang siap dikonsumsi oleh masyarakat kita untuk berbgaai macam angkutan baik pribadi maupun publik, harus mengimpor kembali.

Soal pendidikan kita, rasanya dengan anggaran 20% dari APBN relatif memadai. Setidaknya untuk sekolah umum sudah bisa dibebaskan biaya, beasiswa di PT juga banyak jalur yang disesiakan, baik oleh pemerintah maupun swasta. Akan tetapi masih menyimpan berbagai persoalan, mulai dari soal kekerasan fisik di sekolah, moral hazard di sebagian kecil oknum pimpinan  PT, asalnya PT pencetak guru, yang rektornya sudah dicopot, masih terjadi. Banyak juga PT Swasta yang akhirnya ijinnya dicabut dan diberhentikan.

Narkoba yang Indonesia sudah dinyatakan darurat, bahkan bandar pun masih bisa mengatur dan memasarkan narkoba dari balik jeruji besi, dan sempat memakan “oknum” sipir di beberapa LP atau lembaga pemasyarakatan, adalah cerita sedih dan memalukan bangsa kita. Ini diperparah lagi dengan banyaknya kasus korupsi yang dilakukan oleh para oknum kepala daerah. Mereka tertangkap basah oleh “Safari OTT KPK”, yang bahkan makin hari makin banyak jumlahnya. Beberapa waktu lalu pun, saya “berspekulasi” bahwa korupsi di negeri kita ibarat fenomena “gunung es” yang nampak kecil di permukaan, padahal sesungguhnya di bawah permukaan sangat besar, yang “kapal penyelamat” pun ketika menabrak “bongkahan korupsi” pun akan remuk redam dan boleh jadi ikut tenggelam. Mudah-mudahan saja spekulasi saya tidak benar.

Saudaraku, mari kita berfikir serius memikirkan kemajuan bangsa kita yang kaya raya dengan sumber saya alam itu, dengan meningkatkan sumber saya manusia yang berintegritas dan ber-akhlaqul karimah. Di tangan mereka, kita yang sudah memasuki masa-masa tua, kita menaruh harapan agar Indonesia yang merupakan “irisan surga” yang dikaruniakan oleh Allah Tuhan Sang Maha Pencipta di bumi nusantara, pada saatnya nanti akan menjadi negara besar, kuat, berperadaban, manusiawi, memiliki keunggulan kompetitif, dan mampu menjadi pemimpin negara-negara di dunia.

Sudah barang tentu ini memerlukan sumber daya manusia yang unggul, pemimpin yang amanah, tidak “menggadaikan” negara yang sesungguhnya kaya raya ini, dengan menambah utang yang akan menjadi beban anak cucu kita. Bagaimana memanfaatkan keunggulan dan keahlian anak-anak kita, karya-karya mereka, agar mampu menjadi negara produsen, tidak terus menerus menjadi negara konsumen, sehingga kita layak berharap mimpi terwujudnya baldatun thayyibatun wa Rabbun Ghafur.

Allah a’lam bi sh-shawab.

Wassalamualaikum wrwb.

Techno India Institute-Hotel Fern Kolkata India, 7/10/2017.

BELAJAR MENYAYANGI SESAMA DI KOLKATA INDIA

Assalamualaikum wrwb.

Mari kita syukuri anugrah dan karunia Allah yang kita terima, hari ini kota sehat afiat dan dapat melaksanakan aktifitas kita hari ini. Jangan lupa kita niatkan ibadah kepada-Nya. Karena memaang misi dilahirkannya kita di dunia ini adalah mengabdi kepada-Nya. Mengabdi dalam bentuk ritual sudah diatur tata cara (kaifiyat)-nya, namun itu semua tidak berarti, manakala tidak dibuktikan dengan ibadah sosial kita kepada sesama dan makhluk lainnya.

Shalawat dan salam mari kita lantunkan untuk Baginda Rasulullah saw, keluarga, dan para sahabat. Semoga semua urusan kita hari ini dimudahkan oleh Allah, dan kelak di akhirat kita dipayungi oleh syafaat beliau.

Saudaraku, atas karunia-Nya juga, saya sebagai direktur pascasarjana UIN Walisongo bersama 13 orang pimpinan UIN Walisongo, semua dekan fakultas, wakil rektor 1 dan 2, berkesempatan untuk melakukan akademik dan budaya ke Kolkata India. Kolkata — dulu dikenal sebagai Calcuta, adalah ibukota negara bagian  Bengal Barat. Termasuk kota tua, karena India yang dulunya adalah “jajahan” Inggris, didirikan Raja Inggris tahun 1773-1911. Sekarang dikenal sebagai kota besar arsitektur, galeri seni, dan festival budayanya. Juga menjadi rumah Ibu, markas penyebaran misi santunan yang didirikan oleh Bunda Teresa (kolkata, city in India).

Kota Kolkata yang berada di Koordinat 22°34′N 88°22′E / 22.567°N 88.367°E, Negara India, Negara Bagian Bengal Barat, Datuk Bandar Bikash Ranjan Bhattacharya, berpenduduk 4,580,544 (2001), sekarang sekitar 5,1 juta, mempunyai luas wilayah  24,760/km2 (64,128/sq mi), 14,681,589 (3rd) (2006; luas wilayah 185 km2 (71 sq mi) dengan ketinggian  9 m (30 kaki) di atas permukaan air laut (www.kolkatamycity.com). Sementara jumlah penduduk Negara Bagian Bengal atau Benggala Barat ada yang menyebutkan berpenduduk 25 juta orang san 50% memeluk agama Islam.

Dalam versi lain, Kolkata didirikan Inggris tahun 1690, ditaklukkan oleh kepala daerah Benggala tahun 1757, direbut kembali oleh Clive 1757. Pernah menjadi ibukota India pada tahun 1833-1912. Meskipun cukup banyak kemajuan di Kolkata, tetapi begitu keluar dari Bandara Internasional Negaji Subhas Chandra Bose, yang terletak di Dum Dum, dengan kode CCU, masih terlihat banyak mobil taksi, yang sudah jadi mobil sangat antik di Indonesia.

Yang menarik adalah, di Kolkata ini banyak perguruan tinggi ternama. Universitas Calcutta meruoakan PT terkemuka di India. Didirikan tahun 1857, dengan 22.000 mahasiswa, dan tahun 2011 berada di peringkat 600 versi QS Ranking, dan 2012 menembus ranking 150 besar PT Dunia (www.berkuliah.com). Ada Jadavpur University, Maulana Abul Kalam Azad University, University of Kaylani, St. Xavier’s College, Presidency University, West Bengal State University, Aliah University, Rabindra Bharati University, Indian Statistical Institute, Techno India, dan lain-lain.

Data tahun 2001 menunjukkan, Kolkata memiliki kadar pendidikan (kebolehan membaca) 75%, melebihi kadar rerata kebangsaan 59.5%; dengan 57% lelaki dan 43% wanita mampu membaca, 8% dari populasi berusia di bawah 6 tahun (2001)(ms.m.wikipedia.org). Tampaknya Kolkata termasuk kota yang dianggap lebih maju dibanding negara bagian lainnya.

Banyak destinasi wisata yang menarik dikunjungi di Kolkata. Ada Victoria Memorial Hall, Dakshineswar Kali Temple, Mother House, Jorasanko Thakur Bari, Swami Vivekananda’s, Museum Teknologi, Birla Temple, St. John’s Church, Eden Gardens, dan Howrah Bridge (www.tripadvisor.co.id).

Negara India Jumlah Penduduknya tahun 2017 mencapai 1,342,512,000 Jiwa (Satu Milliar Tiga Ratus Empat Puluh Dua Juta Lima Ratus Dua Belas Ribu) Jiwa menyumbang 18,7% pendudjk dunia. Negara India (Republic of India) adalah negara dengan jumlah penduduk no 2 terbanyak di dunia setelah China. Sementara China penduduknya mencapai 1.385.810.000 (Satu Milyar Tiga Ratus Delapan Puluh Lima juta, delapa  ratus sepuluh ribu jiwa) per Oktober 6, 2017 atau 17,7% penduduk dunia (m.wikipedia.org). Amerika mencapai 326.882.000 jiwa atau 4,4% dan Indonesia mencapai 255,461,700 jiwa per Juli 2017 atau 3,44%.

Sebagai negara yang penduduk besar, selain butuh manajemen yang profesional, juga bagaimana menjadi kerukunan antar warganya, agar dapat terjalin persatuan dna perdamaian. Dalam versi tribunnews.com, Konflik antaretnis yang pecah di Provinsi Assam, Timur India, Rabu (25/7/2012), mengakibatkan 32 orang tewas, dan membuat 150 ribu orang meninggalkan rumah mereka. “Ketegangan di bawah permukaan antara suku mayoritas Bodø dengan suku imigran minoritas Muslim meledak menjadi pertumpahan darah di Kabupaten Kokrajhar, yang berbatasan dengan negara tetangga Bhutan,” kata Kepala Polisi Darah Assam, JN Chaudhury, seperti dikutip dari CNN.

Apa yang kita dapat ambil pelajaran? Tentu pertama, kita ingat sosok Bunda Theresa. Tokoh kharismatik, yang diabadikan dengan gedung dan museum Mother Housenya, dan misi karitatifnya. Memang gerakan Mother Theresa ini adalah gerakan missionaris.  Kedua, bagaimana menjaga kerukunan. Negara kita tampaknya sudah dikenal sebagai negara yang penduduknya paling majemuk, akan tetapi memiliki keunggulan sebagai  negara yang paling sejuk, kondusif, dan menjadi kiblat dan model kerukunan di dunia.

Apa yang dilakukan oleh Mother Theresa yang menghabiskan umurnya untuk menyayangi anak-anak yang papa, terlantar, dan miskin, dan sekarang juga masih diteruskan. Bahkan di museumnya, juga masih menjadi salah satu destinasi wisata di Kolkata India. Ini mengingatkan kita pada penjelasan Al-Quran: “Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani, dan orang-orang Shabiin, siapa di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal shaleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati” (QS. Al-Baqarah: 62). Demikian juga QS. Al-Maidah: 69.

Apakah apa yang dilakukan Mother Theresa dalam pandangan dan pemahaman kita dalam perspektif Islam bisa diterima, atau tidak karena agamanya berbeda, saya tidak mau memasuki wilayah itu. Memang Allah menegaskan dalam QS. An-Nahl: 97;

 

من عمل صالحا من ذكر او انثى وهو مؤمن فلنحيينه حيوة طيبة ولنجزينهم اجرهم باحسن ما كانوا يعملون  النحل ٩٧

 

“Barangsiapa yang mengerjakan amal shaleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebjh dari apa yang telah mereka kerjakan”.

Saudaraku,  bagi kita yang menganut agama Islam, kita memiliki idola dan teladan yang baik, yakni Rasulullah saw. Dalam bukan Muharram dan berbagai kesempatan lainnya, beliau mengajarkan untuk berbagi kepada anak-anak yatim, mengusap-usap kepala mereka seraya berdoa dan mengasihi mereka, agar mereka bisa mendapatkan dan terpenuhi hak-hak hidupnya secara normal.

Kewajiban zakat yang 2,5% persen dari penghasilan kita, mari kita tingkatkan, agar janban sampai di salam harta kita terselip harta yang sesungguhnya itu hak para fakir miskin, dan anak-anak yang sangat membutuhkan perhatian, pertolongan, dan kepedulian yang tinggi kepada mereka. Kaarena sesungguhnya, harta kita yang sesungguhnya, adalah hata yang kita sedekahkan kepada orang lain. Apalagi jika kita mampu secara disiplin, mengeluarkannya setiap tahun, dan didistribusikan melalui amil zakat. Agar penanganan para mustahiq bisa dipersiapkan dengan baik, agar mampu memberdayakan mereka, dan secara bertahap juga mengentaskan mereka dari kemiskinan.

Rasulullah saw mengingatkan kepada kita, “nyaris kefakiran (orang fakir) itu menjadikan kufur”. Ini tentu menjadi cambuk dan pengingat bagi kita semua, agar dengan ikhlas menjadi penyantun yang peduli kepada sesama. Insyaa Allah hidup kita akan dimuliakan oleh Allah. Kalau Anda menemukan kebijaksanaan atau hikmah, maka ambillah.

Allah a’lam bi sh-shawab.

Wassalamjalaikum wrwb.

Hotel Fern Kolkata India, 8/10/2017.

DILEMA KEADILAN DI PUSARAN POLITIK DAN HUKUM

Assalamualaikum wrwb.
      Mari kita syukuri anugrah dan karunia Allah. Hanya karena kasih sayang dan anugrah-Nya kita sehat afiat dan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan kita hari ini dengan baik dna lancar. Semoga kemanfaatan dan keberkahan senantiasa menyelimuti kita.
       Shalawat dan salam mari kita senandungkan mengiringi Allah dan para Malaikat yang senantiasa bershalawat untuk Nabi Muhammad saw, keluarga, sahabat, dan para pengikut setia beliau. Semoga semua urusan kita dimudahkan oleh Allah, dan kelak di akhirat kita akan dipayungi oleh syafaat beliau.
       Saudaraku, Anda yang rajin mengikuti berita di media, begitu mengetahui hakim Cepi Iskandar menerima dan mengabulkan praperadilan “tersangka” Setya Novanto, rasanya akan terbawa emosi kita menjadi ikut “geram”. Bahkan Komisi Yusdisial (KY) pun, ikut “gerah” dan “penasaran” dan sudah “ancang-ancang” akan menelusuri ada apa dan mengapa dengan hakim Cepi Iskandar. Bahkan sosiolog Imam B. Prasodjo pun tidak “tahan” menahan kegalauan dan “kegalauan”nya, dan mengungkapkannya lewat media sosial.
       Lebih dari itu, KY mempelajari laporan atas Cepi Iskandar, hakim Cepi. Cepi dilaporkan terkait dengan tidak diputarnya bukti rekaman yang diajukan KPK dalam pemeriksaan perkara praperadilan Novanto. Ketua KY, Aidul Fitriciada Azhari akan menindaklanjuti, dan melakukan “audit” apakah hakim Cepi profesional. Aidul, akan memulai menindaklanjuti laporan itu pekan ini. Proses ini bisa memakan waktu dua minggu sampai dua bulan ke depan.
       KY sudah mengambil langkah, kata Aidul, kita sudah mengumpulkan saksi dan bukti, nanti kita akan konfrontir satu sama lain. Kalau memang ditemukan dugaan pelanggaran, nanti kita akan memeriksa Pak Cepi sendiri”.
       Saudaraku, Allah ‘Azza wa Jalla memerintahkan kepada kita semua berbuat adil, karena dengan berbuat adil lebih dekat kepada taqwa. Allah SWT mengingatkan kepada kita:
يا ايها الذين امنوا كونوا قوامين لله شهداء بالقسط ولا يجرمنكم شناءن قوم على ان لا تعدلوا   اعدلوا هو اقرب للتقوى  واتقوا الله  ان الله خبير بما تعملون.  المائدة ٨
“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. Al-Maidah: 8).
       Saudaraku, berbuat adil dan mewujudkan keadilan, memang tidak mudah. Karena di dalamnya mengandung subyektifitas. Adil dan keadilan bisa didefinisikan, akan tetapi tidak mudah diwujudkan dan diimplementasikannya. Rasulullah saw mengingatkan kita:
عن ابن عباس رضي الله عنهما أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : ( لو يُعطى الناس بدعواهم ، لادّعى رجالٌ أموال قوم ودماءهم ، لكن البيّنة على المدّعي واليمين على من أنكر..
Riwayat dari Ibnu ‘Abbas ra. mengatakan, bahwa Rasulullah saw bersabda: “Sekiranya manusia diberikan apa yang mereka inginkan atau tuntut, sungguh banyak orang akan menuntut harta-harta suatu kaum dan darah mereka, akan tetapi bukti itu wajib (ditunjukkan) oleh penuntut atau pendakwa, dan sumpah bagi orang yang mengingkarinya” (Riwayat al-Bukhari dan Muslim).
       Saudaraku, biarlah soal hakim Cepi, akan diperiksa oleh KY. Tampaknya, KY sudah mengantongi rekam jejak (track record) tentang hakim Cepi. Tahun 2014 dilaporkan karena kasus di Pengadilan Negeri Purwakarta. Kedua, tahun 2015 di PN Depok. Ketiga, laporan tahun 2016 kasus praperadilan PN Jaksel Nomor 110. Dan yang terbaru, praperadilan saudara Setya Novanto, 2017.
       Kita tidak tahu mana yang adil. Karena itu, bangsa ini sangat membutuhkan pimpinan yang jujur, baik dari pejabat legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Atau memang di negeri kita Indonesia yang kita cintai ini, sudah tidak mudah lagi mendapatkan kejujuran dan keadilan, karena sudah tergadaikan oleh kepentingan urusan materi-duniawi dan jabatan yang sarat dengan ujian dan cobaan materi. Atau sebaliknya, karena semua sudah menyatu antara hati, fikiran, dan kenyataannya, menjadi orang-orang yang jujur. Semoga demikian adanya, sehingga bangsa yang jujur akan siap-siap mendapatkan kemakmuran dan ketenteraman duniawi dan ukhrawi.
        Boleh jadi ketika hakim Cepi Iskandar memeriksa perkara praperadilan Setya Novanto, sudah meyakini bahwa berdasarkan bukti-bukti dan prosedur yang dilakukan oleh KPK ada kekurangan yang tidak dipenuhi. Tentu soal itu, pasti nanti akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.
Kita masih bisa berharap kepada KY untuk melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya. Atau jangan-jangan yang adil hanya Allah saja, sementara para hakim tetap digelayuti keadilan sebagaimana dipersepsikan oleh dirinya. Allah a’lam bi sh-shawab.
       Mari kita simak peringatan Rasulullah saw kepada para hakim. Sebagaimana hadits berikut:
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ حَسَّانَ السَّمْتِيُّ حَدَّثَنَا خَلَفُ بْنُ خَلِيفَةَ عَنْ أَبِي هَاشِمٍ عَنْ ابْنِ بُرَيْدَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْقُضَاةُ ثَلَاثَةٌ وَاحِدٌ فِي الْجَنَّةِ وَاثْنَانِ فِي النَّارِ فَأَمَّا الَّذِي فِي الْجَنَّةِ فَرَجُلٌ عَرَفَ الْحَقَّ فَقَضَى بِهِ وَرَجُلٌ عَرَفَ الْحَقَّ فَجَارَ فِي الْحُكْمِ فَهُوَ فِي النَّارِ وَرَجُلٌ قَضَى لِلنَّاسِ عَلَى جَهْلٍ فَهُوَ فِي النَّارِ قَالَ أَبُو دَاوُد.
Muhammad bin Hassan as-Samti berkata kepada kami, Khalaf bin Khalifah menceritakan kepada kami, dari Abu Hasyim, dari Ibnu Buraidah, dari ayahnya, dari Nabi saw bersabda: “Qadli atau hakim itu ada tiga, satu di surga, dan dua di neraka. Adapun hakim yang di surga, maka adalah seseorang (hakim) yang mengetahui kebenaran dan memutuskan dengan kebenaran. Seseorang (hakim) yang mengetahui kebenaran, dan sembrono dalam memutuskan hukum, maka ia di neraka. Dan seseorang (hakim) yang memutuskan (perkara) atas seseorang atas dasar kebodohan” (Riwayat Abu Dawud).
       Saudaraku, kita semua merindukan negara kita Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang dalam UUD 1945 sudah menegaskan sebagai negara hukum, sudah semestinya menjadi negara yang menjunjung tinggi supremasi hukum secara adil dan berkeadilan. Keadilan ini bersifat lintas agama, lintas etnis, lintas budaya, karena bersifat universal. Al-Qur’an menegaskan, “sesungguhnya Allah memerintah kamu berbuat adil dan berbuat baik”.
       Semoga kita mampu memulai dari diri kita, berbuat adil dan berbuat baik kepada siapapun. Kita doakan semua para pemimpin kita, baik di legislatif, eksekutif, dan yudikatif, dan seluruh pejabat di negara kita yang seharusnya sangat hebat, dapat hijrah atau move on, dari yang belum adil menjadi lebih adil. Dari masih bermain-main dalam soal keadilan, bisa menjadi lebih bersungguh-sungguh membangun hukum dan budaya hukum yang adil. Insyaa Allah jika bisa mengawali dari diri kita masing-masing dengan adil, kita akan mendapati hidup kita lebih berkah dan diridlai Allah. Insyaa Allah dengan adil, kita dapat berharap terwujudnya baldatun thayyibatun wa Rabbun Ghafur.
       Allah a’lam bi sh-shawab.
Wassalamualaikum wrwb.

WAYANG DAN SPIRIT KE-BHINNEKA-AN UNTUK INDONESIA DAMAI YANG BERMARTABAT

Assalamualaikum wrwb.
       Mari kita syukuri nikmat dan karunia Allah, pagi ini kita sehat afiat dan dapat melaksanakan aktifitas kita, ada yang upacara memperingati hari Kesaktian Pancasila, dan kegiatan lainnya. Mari kita niatkan sebagai ibadah kita kepada Allah, melengkapi ibadah ritual (mahdlah) kita, agar nilai dan jati diri kita sebagai manusia, menjadi yang terbaik. Kita akan menjadi manusia yang terbaik, apabila kita mampu berbuat yang bermanfaat bagi orang lain.
       Shalawat dan salam mari kita wiridkan, mengiringi shalawat Allah dan para Malaikat pada Nabi Muhammad Rasulullah saw. Semoga keselamatan dan kebahagiaan selalu menyertai perjalanan panjang hidup kita menuju keabadian dan ridla Ilahi.
       Saudaraku, semalam saya mendapat kehormatan diundang sebagai nara sumber atas nama Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Tengah, mendampingi Dalang Kondang Ki Warseno Slenk, yang “ditanggap” oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) RI, bekerjasama dengan Komisi 1 DPR RI, cq. Ibu Tuti Roosdiono. Tempat pagelaran wayang di Lapangan Desa Ngareanak, Kecamatan Singorojo, Kabupaten Kendal.
        Hadir di acara tersebut, Staf Khusus Menteri Prof Hendri, ketua Ikatan Alumni UIN Walisongo, Drs. H. Lukman Hakim, M.Si. dan KRT Prabu Punta Djajanagara bersama KRA Erma Dinar, dan beberapa pejabat lainnya. Lakon yang diusung adalah Wahyu Tri Bawono, dan tema besar yang dibawa adalah “Spirit Ke-Bhinneka-an untuk Indonesia Damai dan Bermartabat”.
       Para Ulama dan Walisongo sangat bijak dan cerdas, menggunakan wayang yang sudah menjadi Budaya Jawa yang adiluhung, untuk menyampaikan pesan dan dakwah melalui wayang. Wayang kulit, ini pun, konon diformat setelah ada “fatwa” Ulama, bahwa dalam Islam dianjurkan untuk tidak menggunakan wayang yang tiga atau empat dimensi. Bahasa-bahasa yang digunakan pun menggunakan bahasa yang sangat halus, “sanepo”, bahasa “majazi” atau kiasan,  “isti’arah” atau pinjaman. Ini dimaksudkan untuk melaksanakan pesan Rasulullah saw, bahwa dalam mengajak orang lain, harus menggunakan bahasa yang halus, santun, dan tidak konfrontatif.
       Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk” (QS. An-Nahl: 125).
      Menurut Hari Ananto (2012), wayang ini menyimpan banyak nilai kearifan lokal (local wisdom). Gunungan, misalnya, merupakan simbol kehidupan. Gambar gunungan melambangkan seluruh alam raya beserta isinya mulai dari manusia sampai dengan hewan serta hutan dan alam lingkungan.
         Bentuk segi lima, mengandung makna Shalat lima waktu yang menjadi kewajiban manusia, agar komunikasi dengan Yang Maha Kuasa tetap terjalin, agar manusia tidak mengalami sesat jalan, tetapi senantiasa berada pada rel dan jalan yag lurus (al-shirath al-mustaqim). Shalat merupakan tiang agama, yang menjalankannya berarti menjaga agama, dan yang meninggalkannya, berarti ia merobohkan agama.
Bentuk gunungan meruncing ke atas, menggambarkan bahwa manusia diciptakan untuk hidup di dunia ini, adalah untuk beribadah menuju yang di atas yaitu Allah SWT.
       Gambar pohon dalam gunungan menunjukkan bahwa Allah menjamin kehidupan manusia di dunia.  Beberapa jenis hewan yang berada didalamnya melambangkan sifat, tingkah laku dan watak yang dimiliki oleh setiap orang. Karena itu, agar perjalanan manusia selamat sampai tujuan, dipandu oleh wahyu tri bawono, wahyu yang mengatur tiga dunia. Bawono sebagai realitas dunia jagad rame, yang musti diisi oleh dunia spiritual atau jagad ngelmu, agar mampu mendapatkan hidup kelak bahagia, damai, dan sejahtera.
       Sebagai bangsa Indonesia, kita musti harus senantiasa bersyukur, karena Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa, telah menempatkan “irisan surga” di negeri kita ini. Negeri yang dilewati garis Katulistiwa, dengan empat musim, dan kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Kekayaan suku, etnis, bahasa, agama, adat istiadat, dan kebhinnekaan lainnya, yang merupakan khazanah kekayaan yang luar biasa, dan tidak dimiliki oleh bangsa lain.
       Bangsa Indonesia sudah sejak dahulu kala dikenal sebagai bangsa yang santun, guyub, rukun, dan tidak suka permusuhan. Bahasa dan nilai filosofinya sangat tinggi. Banyak pelajaran berharga yang bisa dipetik dalam kehidupan modern, digital, dan media sosial, yang sapat menggerus budaya, nilai, dan kearifan lokal tersebut.
      Ungkapan “menang tanpo ngasorake, ngluruk tanpo bolo” artinya “menang tanpa merendahkan, melabrak tanpa banyak rombongan pasukan” adalah perlambang bijak. Karena itu, dalam kelengkapan busana Jawa, keris dalam rangka atau “sarung” dan diselipkan di punggung, adalah bentuk kewaspadaan. Hanya kadang menyisakan, keyakinan yang tidak tepat pada keris. Maka benda budaya, lalu dinilai sebagai “penyebab syirik” atau “menyekutukan Tuhan”.
       Saudaraku, ke-Bhinneka-an adalah bagian dari kehendak Allah. Dari ke-Bhinneka-an itu, kita dapat merasakan dan menikmati keindahannya. Bunyi gamelan atau musik wayang, pasti terdiri dari berbagai alat musik, yang nama dan bunyinya pun berbeda-beda. Dengan kebersamaan, kekompakan, kerjasama yang padu, saling memahami posisi, ritme, dan alunan bunyinya, di bawah panduan Ki Dalang, atau “imam” dalam shalat, maka mampu menghasilkan alunan yang gamel atau jamil (indah). Maka gamelan pun menjadi jamilan, indah.
       Allah SWT sengaja menciptakan kemajemukan atau kebhinnekaan ini. Dari kebhinnekaan itu, akan melahirkan keindahan dan keharmonisan. Kalau tunggal tentu tidak akan muncul kata harmoni. Keharmonisan inilah modal negara Indonesia ini damai dan bermartabat. Kata bijak bestari para leluhur menegaskan “bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh”. Anehnya, bangsa Indonesia dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan Pancasila dan UUD 1945, dan ke-Bhinneka-annya, yang damai, harmonis, dan guyub rukun, sering membuat iri bangsa lain.
       Jadinya, banyak pihak yang mencoba mengobok-obok, agar bangsa ini pecah, berantakan, dan kacau balau. Sejak reformasi, banyak faham-faham agama yang radikal, aliran-aliran yang cenderung ingin serba cepat mewujudkan keinginannya, bahkan ingin mengganti dasar negara, dan juga muncul kelompok separatis yang meoncoba memidahkan diri dari NKRI.
وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَجَعَلَ النَّاسَ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَا يَزَالُونَ مُخْتَلِفِينَ.  إِلَّا مَن رَّحِمَ رَبُّكَ وَلِذَٰلِكَ خَلَقَهُمْ وَتَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ لَأَمْلَأَنَّ جَهَنَّمَ مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
 هود ١١٨-١١٩.
“Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat. Kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. Kalimat Tuhanmu (keputusan-Nya) telah ditetapkan “sesungguhnya Aku akan memenuhi neraka Jahannam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya” (QS. Hud: 118-119).
       Karena itulah, mari kita syukuri ke-Bhinneka-an yang kita bangsa Indonesia miliki, termasuk budaya wayang. Kita ikuti “filosofi” — maaf pada yang sering melakonkan —  Petruk Baging Nolo Gareng yang konon oleh para Ulama adalah pesan penting dari “Fatruk Baghaa Naala Khairan” atau “فاترك بغى نال خيرا ” artinya “tinggalkanlah perilaku lacut (melanggar aturan) maka kamu akan memperoleh kebaikan”.
       Mari kita rawat dan jaga ke-Bhinneka-an kita untuk menjaga kelestarian Indonesia yang damai, dan dari situlah kita menjadi negara dan bangsa Indinesia yang bermartabat. Insyaa Allah kita layak menggantung harapan, terwujudnya negeri yang gemah ripah loh jinawi toto tentrem kerto raharjo. Baldatun thayyibatun wa Rabbun Ghafur.
       Allah a’lam bi sh-shawab.
Wassalamualaikum wrwb.
Ngaliyan Semarang, 1/10/2017.

PELAJARAN BERHARGA DARI ‘ASYURA

Assalamualaikum wrwb.

AlhamduliLlah wa sysyukru liLlah. Segala puji dan syukur hanya milik Allah. Mari di tanggal 10 Muharram 1439 H ini kita tingkatkan syukur kita kepada Allah. Hanya karena anugrah dan kasih sayang-Nya, kita sehat afiat, dan dapat melaksanakan aktifitas kita di akhir pekan ini dengan nyaman. Shalawat dan salam mari kita wiridkan dan lantunkan untuk Baginda Rasulullah saw, keluarga, sahabat, dan para pengikut yang setia dan komitmen meneladani beliau.

Saudaraku, mari kita tetap saling mengingatkan untuk menata niat kita mumpung masih di bulan Muharram tahun 1439 H. Karena niat kita akan sangat menentukan dan mewarnai jalan dan masa depan kita. Sebagaimana diingatkan oleh Rasulullah saw:

عن أمير المؤمنين أبي حفص عمر بن الخطاب  رضي الله عنه- قال: سمعت رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يقول: إنما الأعمال بالنيات، وإنما لكل امرئ ما نوى، فمن كانت هجرته إلى الله ورسوله، فهجرته إلى الله ورسوله، ومن كانت هجرته لدنيا يصيبها أو امرأة ينكحها، فهجرته إلى ما هاجر إليه (رواه البخاري).

Riwayat dari Amir al-Mu’minin ra berkata, aku mendengar Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung niat, dan sesungguhnya setiap orang tergantung apa yang diniatkan. Maka batang siapa hijrahnya menuju (keridlaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya adalah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa hijrahnya untuk urusan dunia yang diinginkannya, atau perempuan yang akan dinikahknya, maka hijrahnya adalah apa yang menjadi niat hijrahnya” (Riwayat al-Bukhari).

Rasulullah saw menganjurkan puasa di hari ‘Asyura ini, karena keutamaan di dalamnya. Puasa ‘Asyura, merupakan puasa yang paling utama setelah puasa wajib di bulan Ramadhan. Sebagaimana hadits berikut:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: أفضل الصيام بعد رمضان شهر الله المحرم، وأفضل الصلاة بعد الفريضة صلاة الليل. رواه مسلم وأحمد وغيرهما.

Rasulullah saw bersabda: “Paling utamanya puasa setelah bulan Ramadlan adalah puasa di bulan Allah, Muharram, dan paling utamanya shalat setelah shalat fardlu adalah shalat malam (qiyamullail)” (Riwayat Muslim, Ahmad, dan selain keduanya).

 

Pahalanya, kata Rasulullah saw dapat menghapus dosa selama satu tahun. Sebagaimana Rasulullah bersabda:

صِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ

“Puasa ‘Asyura aku memohon kepada Allah agar dapat menghapus dosa setahun yang lalu” (Riwayat Muslim, 1162).

Menurut penjelasan Imam an-Nawawi, yang dimaksud hadits tersebut di atas, adalah: “Keutamaannya menghapus semua dosa-dosa kecil. Atau boleh dikatakan menghapus seluruh dosa kecuali dosa besar” (An-Nawawy, Majmu’ Syarah al-Muhadzdzab, 6/279). Rasulullah saw pun sangat bersemangat untuk berpuasa pada hari ‘Asyura’. Ini ditunjukkan dalam hadits riwayat Ibnu Abbas yang mengatakan::

مَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَحَرَّى صِيَامَ يَوْمٍ فَضَّلَهُ عَلَى غَيْرِهِ إِلاَّ هَذَا الْيَوْمَ: يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَهَذَا الشَّهْرَ  يَعْنِي شَهْرَ رَمَضَان

 

“Aku tidak pernah melihat Nabi saw benar-benar memperhatikan puasa satu hari yang melebihi keutamaannya daripada puasa pada hari ini, hari ‘Asyura dan bulan ini, yakni puasa bulan Ramadlan” (Al-Bukhari:1192).

Menurut Zakky Mubarak (www.islampos.com), pada hari ke sepuluh Muharram atau hari ‘Asyura banyak peristiwa bersejarah yang penting yang terjadi di hari itu pada masa yang lalu. Di antaranya adalah sebagai berikut:

  1. Nabi Adam ‘as. yang pernah melakukan kesalahan dan bertaubat kepada Allah dari dosa-dosanya diterima  taubatnya oleh Allah SWT. Dalam taubat yang dilakukan oleh Nabi Adam as, doa yang hampir tiap hari kita baca adalah:

قَالَا رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ الاعراف ٢٣

Mereka berdua berkata (memohon kepada Allah): “Wahai Tuhan kami, kami telah berbuat aniaya (dhalim) pada diri kami, dan apabila Engkau tidak mengampuni kami dan tidak menyayangi kami, sungguh kami berada dalam golongan orang-orang yang merugi” (QS. Al-A’raf: 23).

  1. Kapal Nabi Nuh as berhasil berlabuh di Gunung Judi dengan selamat, setelah terjadi banjir bandang besar dan nenghanyutkan Kan’an putra Nabi Nuh as. Di mana sebenarnya tempat berlabuh kapal Nabi Nuh tersebut? Ada yang menyebut gunung Judi seperti Al-Qur’an, ada yang mengatakan di gunung Ararat (Injil). Namun setelah ditelusuri sejarahnya, nama Judi dan Ararat adalah nama untuk gunung yang sama, yakni tempat berlabuhnya kapal Nabi Nuh as.

Pada laman viva.co.id, merilis, bahwa tahun 2010, kelompok peneliti dari China dan Turki yang tergabung dalam “Noah’s Ark Ministries International” mencari sisa-sisa perahu legendaris tersebut. Mereka meyakini telah menemukan sisa-sisa badan kapal Nabi Nuh as berada di ketinggian 4.000 m  di Gunung Ararat, ada yang bilang Gunung Agri, di wilayah Turki Timur. Saat saya ke Turki tahun 2013 yang lalu, teman-teman mahasiswa yang kuliah di Turki juga bilang bahwa gunung Judi terletak di Turki Timur.

Mereka mengaku berhasil masuk ke dalam kapal itu, mengambil foto untuk membuktikan klaim mereka. Dalam laporan penelitian mereka, specimen yang mereka ambil memiliki usia karbon 4.800 tahun, dan cocok dengan apa yang digambarkan dalam sejarah. “Kami belum yakin 100 persen bahwa ini benar perahu Nuh, tapi keyakinan kami sudah 99 persen,” kata salah satu anggota tim yang bertugas membuat film dokumenter, Yeung Wing, seperti dimuat laman berita Turki, National Turk, 27 April 2010 (siloka.com).

  1. Nabi Ibrahim as diselamatkan oleh Allah dari siksa Namrud, berupa api yang membakar. Kita menyebutnya, ini adalah bagian dari mukjizat Nabi Ibrahim. Seperti disebutkan dalam Al-Qur’an:

قَالُوا حَرِّقُوهُ وَانصُرُوا آلِهَتَكُمْ إِن كُنتُمْ فَاعِلِينَ. قُلْنَا يَا نَارُ كُونِي بَرْدًا وَسَلَامًا عَلَىٰ إِبْرَاهِيمَ. الانبياء ٦٨-٦٩

Mereka berkata: “Bakarlah dia dan bantukah tuhan-tuhan kamu, jika kamu benar-benar hendak bertindak. Kami berfirman: “Hai api menjadi dingin,ahm dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim” (QS. Al-Anbiya’: 68-69).

  1. Nabi Yusuf ‘as dibebaskan dari penjara Mesir karena terkena fitnah.
  2. Nabi Yunus as selamat, keluar dari perut ikan hiu.
  3. Nabi Ayyub as disembuhkan Allah dari penyakitnya yang menjijikkan.
  4. Nabi Musa as dan umatnya kaum Bani Israil selamat dari pengejaran Fir’aun di Laut Merah. Beliau dan umatnya yang berjumlah sekitar lima ratus ribu orang selamat memasuki gurun Sinai untuk kembali ke tanah leluhur mereka.

Saudaraku, masih banyak pelajaran yang sangat berharga, yang direkam oleh sejarah yang terjadi pada bulan Muharram.

Semoga kita dapat mengambil pelajaran yang sangat berharga dari hari ‘Asyura’, selamat yang berpuasa, semoga dosa selama setahun diampuni oleh Allah. Bagi yang belum berpuasa, yang terpenting, mari kita berhijrah atau move on dari yang belum rajin menjadi lebih rajin belajar, dari yang masih belum selesai studinya, segera selesai. Dari yang belum menikah bagi yang sudah mampu dan usia 20 tahun untuk perempuan, dan 25 tahun untuk laki-laki, segeralah menikah agar dapat memulai dan membangun bahtera rumah tangga yang sakinah, mawaddah wa rahmah.

Semoga di tahun 1439 H, amal shalih kita meningkat, dan manfaat yang kita bisa berikan kepada masyarakat makkn besar. Karena sejatinya sebaik-baik manusia adalah yang paling besar manfaatnya bagi orang lain.

Allah a’lam bi sh-Shawab.

Wassalamualaikum wrwb.

Swiss-Bellin, Surakarta, 30/9/2017.

 

BANK JATENG (SYARIAH), TEBAR HADIAH, RAIH PRESTASI

Assalamualaikum wrwb.
        Mari kita bersyukur kepada Allah, yang melimpahkan anugrah dan kasih sayang-Nya pada kita semua. Karena anugrah dan kenikmatan-Nya, kita sehat afiat dan dapat melaksanakan aktifitas kita dengan baik. Semoga semua urusan kita lancar tanpa halangan apapun. Mari niatkan ibadah agar kita selain meraih kesuksesan dunia juga akan mendapat bagian pahala di akhirat nanti. Shalawat dan salam mari kita wiridkan mengiringi Allah dan para Malaikat yang senantiasa bershalawat untuk Nabi Muhammad Rasulullah saw. Semoga tercurah juga pada keluarga, para sahabat, dan pengikut setia yang berkomitmen meneladani beliau.
       Saudaraku, saya mendapat kehormatan diundang untuk menghadiri acara Undian Tabungan iB Bima Periode I tahun 2017-2018, yang ditempatkan di Kantor Cabang Syariah (KCS) Purwokerto di Jln. Overste Isdiman No. 532 A Purwokerto. Acara tebar hadiah ini, merupakan acara rutin sebagai bagian dari strategi bisnis untuk menarik minat nasabah (customer) agar menempatkan atau menitipkan dananya di Bank Jateng Syariah, apakah itu tabungan iB Amanah, atau tabungan lainnya, deposito, atau giro yang disebut dana pihak ketiga (DPK).
       Secara syariah, hadiah dibiayai dari dana promosi yang memang dialokasikan untuk itu. Tidak diambilkan dan dibebankan kepada dana nasabah. Karena jika pola yang kedua ini yang dilakukan, tidak diperbolehkan, karena bisa mengandung  maisir. Selain dari itu, tebar hadiah ini, merupakan bagian dari ungkapan rasa syukur manajemen, untuk berbagi keuntungan yang sudah menjadi bagian perusahaan,  di luar akad langsung yang menjadi kesepakatan antara bank dan nasabah.
       Saudaraku, bank adalah instrumen keuangan yang berfungsi menjembatani (intermediation) antara nasabah dengan para pemilik dana (shahibul mal) untuk saling tolong menolong yang sama-sama menguntungkan. Nasabah yang merintis atau melakukan usaha, mendapatkan dana modal dari nasabah melalui bank, guna mengembangkan usahanya. Sementara bank mendapat bagi hasil keuntungan yang dilakukan nasabah (mudlarib, musyarik, mustashni’, dan lain sebagainya) yang modalnya dari bank, yang meeakili shahibul mal.
       Ajaran Islam menganjurkan pemeluknya, untuk saling tolong menolong dalam kebaikan dan taqwa. Firman Allah :
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
“…Dan bertolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong menolonglah kamu dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesunggunnya Allah amat berat siksaan-Nya” (QS. Al-Maida: 2).
       Saudaraku, tolong menolong tidak selalu dalam konteks non-profit oriented atau tidak berorientasi mendapat keuntungan, akan tetapi saling tolong menolong yang sama-sama mendapatkan keuntungan itu juga dianjurkan oleh Islam. Dalam sebuah hadits qudsi, hadits yang redaksinya dikutip oleh Rasulullah saw, dari Allah SWT:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ , قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ : ” أَنَا ثَالِثُ الشَّرِيكَيْنِ مَا لَمْ يَخُنْ أَحَدُهُمَا صَاحِبَهُ , فَإِذَا خَانَا خَرَجْتُ مِنْ بَيْنِهِمَا ” .  رواه ابو داود
Riwayat dari Abu Hurairah berkata, bahwa Rasulullah saw bersabda, Allah ‘Azza wa Jalla berfirman : “Aku adalah pihak ketiga dari dua orang yang berserikat selama salah satu dari mereka tidak mengkhianati temannya. Maka apabila kedua pihak berkhianat maka Aku keluar dari antara mereka” (Riwayat Abu Dawud).
        Atas dasar itulah Bank Jateng Syariah menyadari bahwa dengan berbagi hadiah kepada para nasabah, kepercayaan masyarakat akan semakin tinggi. Dan implikasi ikutannya, mereka akan menempatkan dananya di Bank Jateng Syariah. Tentu tebar hadiah ini, hanya salah satu instrumen promosi untuk menanamkan kepercayaan kepada masyarakat.
        Ada yang lebih penting dari itu, yakni bagaimana Bank Jateng Syariah dikelola secara profesional, dengan SOP dan budaya kerja yang efisien, amanah, dan profesional. Perusahaan yang ingin mendapat kepercayaan dan branding yang bisa meyakinkan masyarakat, adalah konerja (performance) yang baik, memuaskan nasabah, dan budaya kerja yang kondusif, friendly, saling menghormati dan memanusiakan sesama keluarga Bank Jateng Syariah.
 The Winner for Most Efficient Sharia Unit Bank
        AlhamduliLlah, pada tahun 2017 Bank Jateng banyak menorehkan prestasi gemilang. Di antara banyak penghargaan atau award yang diraih sebagaimana dirilis dalam web bankjateng.co.id  adalah sebagai berikut: Pertama, PT Bank Pembangunan Daerah (BPD) Jawa Tengah atau Bank Jateng-The Winner of Indonesia Sharia Finance Award 2017 for Most Efficient Sharia Unit Bank. Kedua, Instansi Terbaik 2016 Kategori Industri Jasa Keuangan (Otoritas Jasa Keuangan Regional 3 Jawa Tengah & DIY) sebagai “Pendukung terbaik dalam membantu UMKM mendapatkan fasilitas kredit dengan program suku bunga rendah (subure) 7%, Program Simpanan Pelajar dan Laku acheter du cialis en ligne Pandai”.
 Ketiga, pengelolaan CSR Terbaik – Indonesia Corporate Sosial Responsibility Award 2017 (ICSRA) – Peringkat 1. Keempat, Pelopor Suku Bunga Kredit Rendah – Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jawa Tengah. Kelima, Best Of 2017 Indonesia Business Quality Award – Kategori “The Most Trusted Banking & Service In Customer Satisfaction Of The Year 2017”. Keenam, perusahaan paling taat membayar pajak, dari Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak – KPP Madya Semarang – SUNG TULADHA III – Pembayaran Pajak Tahun 2016 “Amargi Pajek Handayani Nagari”.
 Ketujuh, Satria Brand Award 2017 – Bank Daerah yang Beroperasi di Jawa Tengah (Top Of Mind Awarness, Market Share, Customer Satisfaction & Loyalty Index). Kedelapan, Infobank – Banking Service Excellence 2017 – 7th Overall Regional Development Bank. Kesembilan, Investor Award Best Bank 2017 – Bank Terbaik 2017 Kategori Band Daerah Aset Lebih Dari Rp 10 T. Kesepuluh, Warta Ekonomi Indonesia – Special Mention For Promoting Smart Society. Kesebelas, Bank Pelaksana Corporate Social Responsibility (CSR) Terbaik  – 6th Universitas Sebelas Maret Small Medium Entreprise’s (UNS SME’s) Summit & Awards 2017.
 Keduabelas, Infobank Award 2017 – Titanium Trophy 2017 (Predikat Sangat Bagus) untuk kinerja keuangan selama tahun 2002-2016 – Kategori Aset di atas 25 Triliun selama 15 tahun berturut-turut. Ketigabelas, Economic Review (Perbanas Institue) – Bank BPD Terbaik di Indonesia 2017 – Kategori BUKU II (Aset 50 T – 100 T). Keempat belas, Tempo Media Group – The Most Efficent Bank Kategori BPD Aset Diatas 30 T, dan kelimabelas, Tempo Media Group – The Most Reliable Bank Kategori BPD Aset Diatas 30 T.
Saudaraku, meraih prestasi memang tidak mudah di tengah kompetisi dan persainban pasar yang demikian ketat. Tetapi rasanya masih lebih mudah dicapai. Karena masih ada yang lebih penting yaitu penghargaan Titanium Trophy 2017 (Predikat Sangat Bagus) untuk kinerja keuangan selama tahun 2002-2016 – Kategori Aset di atas 25 Triliun selama 15 tahun berturut-turut. Dalam bahasa syariah, Bank Jateng (Syariah) ini benar-benar berusaha dan menjaga sikap dan prilaku istiqamah, sustainability, atau kesinambungan prestasi.
Banyaknya penghargaan (award) yang diraih oleh Bank Jateng (Syariah) menunjukkan bahwa kinerja  jajaran Dewan Komisaris, Dewan Direksi, Dewan Pengawas Syariah, dan seluruh keluarga besar Bank Jateng (Syariah) masing-masing mampu memposisikan diri, untuk bekerja secara profesional, amanah, dan akuntabel dengan mengutamakan kerjasama dan iklim kerja yang kondusif. Pakta integritas untuk anti-fraud dan komitmen untuk “hidup berkah sesuai syariah” dalam pengelolaan Unit Usaha Syariah (UUS) menunjukkan kinerja yang membanggakan dan makin  mendapat kepercayaan dari masyarakat.
Jika kemudian UUS Bank Jateng ini berobsesi untuk menyapih diri melalukan spin off dengan target buku II sudah terlampaui, mudah-mudahan akan bisa diwujudkan. Tentu membutuhkan kerja keras, jihad di jalan Allah. Jika tekad dan keinginan itu sudah bulat, maka Allah yang akan membukakan jalan-Nya. Pasti keberkahan Allah itu akan datang, memayungi “sengatan matahari” yang memang sinarnya menjadi “vitamin” yang menguatkan. Allah SWT menegaskan:
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ  العنكبوت ٧٩
“Dan mereka yang bersungguh-sungguh untuk mengikuti jalan Kami, maka sungguh Kami akan menunjukkan jalan Kami, dan sesungguhnya Allah bersama-sama orang-orang yang berbuat kebajikan” (QS. Al-‘Ankabut: 69).
Selamat Bank Jateng (Syariah) menebar hadiah, dan sukses meraih prestasi. Kami akan selalu mengingat “taushiyah”-mu, “hidup berkah sesuai syariah”, karena jalannya hidup ini akan terasa hampa dan kering, manakala tidak mendapat keberkahan dari Allah dengan mengikuti rambu-rambu syariah-Nya.
Allah a’lam bi sh-shawab.
Wassalamualaikum wrwb.
Aston Hotel Purwokerto, 28/9/2017.