JATIDIRI DAN MASA DEPAN

Assalamualaikum wrwb.
Saudaraku yang dicintai Allah, karunia-Nya membangunkan kita di fajar yang cerah, membuka hati dan dikiran yang segar. Karena itu kita musti bersyukur. Kita doakan Rasulullah saw, dengan penuh harap, kelak kita dapat syafaat dari beliau.
Manusia dilahirkan dari rahim ibu dalam keadaan tidak tahu apapun, Allah kasih kita pendengaran, penglihatan, dan hati (perasaan) agar pandai bersyukur (QS. Al-Nahl, 16:78).
Pendidikan keluarga, madrasah/sekolah, lingkungan, mengantarkan seseorang menjadi manusia berkarakter atau memiliki jatidiri yang baik. Di sini, Islam memposisikan setiap bayi yang lahir — dari siapapaun — adalah suci, tanpa dosa, dan berfitrah tauhid. Kedua orang tuanya — langsung atau tidak langsung — yang akan merubah mereka, akan menjadi seperti yang diinginkan (Al-Bukhary).
Siapapun yang ingin masa depannya cemerlang, sudah pasti harus mengikuti sunnatullah atau sering dipahami sebagai hukum alam atau natural law. Manusia dengan akalnya diberi kebebasan untuk memilih jalannya. Dalam bahasa leluhur di Jawa, “sing sopo nandur bakal manen”, “becik ketitik, olo ketoro” artinya “barangsiapa menanam, maka bakal menuai” jika yang ditanam kebaikan, akan panen kebaikan, dan jika yang ditanam keburukan maka akan panen keburukan juga. Usaha atau perbuatan yang baik, akan menghasilkan balasan yang baik, demikian juga, perbuatan yang buruk, akan tampak keburukannya (QS. Al-Zalzalah, 99:78).
Saudaraku yang dirahmati Allah, terutama yang masih muda-muda, masa depan kalian masih panjang, pastikan jatidiri Anda baik, maka akan jadi modal penting, masa depan kalian akan cemerlang. Rajin belajar, ilmu umum, agama, dan budi pekerti yang baik (akhlaq al-karimah). Karena dengan bekal ilmu, hati, pikiran, dan wawasan kita berubah, karena tugas kekhalifahan kita sebagai manusia, teramat besar. Dan itu butuh kesiapan diri dengan ilmu dan jatidiri yang memiliki integritas baik (QS. Al-Ra’d, 13:11).
Jangan pertaruhkan masa depan kita dengan bersinggungan dengan hal-hal yang tercela, karena hal yang buruk jika dimanaje secara rapi pun, akan tampak baik, dan siap mengalahkan hal-hal yang baik yang tidak serius. Mari kita berusaha secara maksimal untuk mendekatkan diri kepada Allah, agar masa depan kita dijamin oleh Allah. Karena apa yang dikehendaki Allah, maka semua akan terjadi. Karena manusia kewajibannya berusaha dan bekerja keras, dan pada akhirnya Allah yang menentukan. Yang jelas, selama kita melakukan yang terbaik, maka kita akan segera menuai kebaikan. Dan berarti kita menabung untuk kesehatan jiwa dan diri kita untuk modal panjang umur kita dalam kebaikan.
Allah a’lam bi al-shawab.
Wassalamu’alaikum wrwb.
Ngaliyan, 15/1/2017.

ILMU DAN RIZQI

Assalamu’alaikum wrwb.
Puji dan syukur hanya milik Allah, yang harus kita syukuri. Allah banyak memberi karunia yang bahkan tidak kita sadari apalagi memohonnya. Oksigen tanpa bayar, kita hirup setiap hembusan nafas, adalag salah satu bukti nyata.
Doa cinta,  kasih sayang, dan keselamatan, kita senandungkan pada Baginda Nabi Muhammad saw, keluarga,  dan sahabat, sebagai ikhtiar menjaga hati dan cinta kita, agar terus terpatri niat tulus meneladani beliau.
Rasulullah saw menegaskan, “cari ilmu sejak di buaian hingga liang lahat”. “Cari ilmu wajib bagi setiap orang Islam laki dan perempuan”. Yang lebih penting lagi,  “barang siapa ingin (sukses hidupnya di) dunia, maka baginya berilmu, dan yang ingin (hidup bahagia dan sejahtera di) akhirat, baginya wajib berilmu” (Riwayat al-Bukhari).
Ilmu secara harfiyah dari kata ‘alima-ya’lamu-‘ilm artinya mengetahui. Secara terminologi,  adalah pengetahuan tentang suatu hal. Jika yang dipelajari soal agama, supaya hidupnya selamat dunia akhirat,  disebut ilmu agama. Jika yang dipelajari makhluk hidup, disebut ilmu biologi. Jika yang dipelajari alam semesta,  disebut ilmu fisika, astronomi,  tergantung sudut pandangnya.
Ungkapan berbahasa Arab mengatakan, “al-‘ilm nuurun” artinya “ilmu adalah cahaya”. Karena dengan ilmu,  hidup seseorang akan mudah,  karena disinari cahaya ilmu, dan tidak mudah tersesat pada jalan yang salah. Dalam perkembangannya,  ada yang membagi pada ilmu agama,  ilmu sosial,  dan ilmu alam (sains). Karena hidup ini bagi kaum Muslim,  kehidupan dunia adalah untuk mempersiapkan kehidupan yang abadi dalam kebahagiaan dan kesejahteraan,  maka di dunia harus sukses,  agar mampu berinvestasi untuk kehidupan akhirat.
Rizqi merupakan barang, hak,  atau apapun yang kita butuhkan. Namun sering disalahpahami,  bahwa rizqi terbatas pada uang. Padahal semua yang menjadi kebutuhan kita,  adalah rizqi juga. Allah menjanjikan akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu (QS. Al-Mujadalah:11).
Ayat tersebut menegaskan bahwa apabila kita ingin hidup sukses, mudah mendapatkan rizqi,  atau setidaknya mudah dalam menjemput rizqi Allah,  bahagia,  dan sejahtera di dunia dan akhirat,  maka ilmu yang dibutuhkan adalah kesatuan ilmu agama dan ilmu umum (unity of science).
Hidup sukses tidak cukup hanya dengan ilmu agama saja,  atau dengan ilmu umum saja. Agama tanpa ilmu lumpuh,  ilmu tanpa agama buta. Karena itu lah,  untuk dapat menjemput rizqi yang sudah disediakan oleh Allah,  secara mudah dan sukses, maka makin tinggi ilmunya dan pemahaman serta pengamalan agamanya makin baik,  akan makin mudah dan sukses.
Itu semua masih dibutuhkan sikap rendah hati (tawadlu’), karena setinggi-tinggi  ilmu yang dapat manusia raih, masih ada yang lebih pintar. Perlu kiranya diperdalam dengan mendekatkan diri kepada Allah Rabbul ‘Izzah, agar mampu khusyu’ dalam menjalani hidup yang lebih bermakna.
Orang yang berilmu,  disebut ‘alim,  jamaknya Ulama. Ini secara bahasa. Jika yang dimaksud Ulama adalah yang takut kepada Allah, maka ia haruslah ‘Amil,  atau mengamalkan ilmunya. Lebih dari itu, ia juga ‘Abid atau penghamba yang baik. Jika semua sudah dijalankan, dan Allah membukakan “jalan-Nya” maka akan menjadi ‘Arif artinya mengenal Allah. Dalam perspektif inilah,  kenapa para Ulama rizqinya dijamin oleh Allah,  dengan tanpa bisa dihitung dan fiduga-duga. Subhanallah.
Allah a’lam bi al-shawab.
Wassalamu’alaikum wrwb. 
Semarang Ngaliyan, 14/1/2017.

PEMBAYARAN SPP/UKT MAHASISWA PROGRAM SARJANA (S.1), DIPLOMA(D.3) DAN PASCASARJANA UIN WALISONGO SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2016/2017

PEMBAYARAN SPP/UKT MAHASISWA PROGRAM SARJANA (S.1), DIPLOMA(D.3) DAN PASCASARJANA

UIN WALISONGO SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2016/2017

pembayaran Spp 1-1 pembayaran Spp 2-1

RIZQI DAN KEBERKAHAN

Assalamu’alaikumussalam wrwb.
Saudara dan Sahabatku yang dicintai Allah. Jangan lupa, mari kita terus bersyukur kepada-Nya. Supaya kita tetap termasuk sedikit dari hamba-hamba-Nya yang pandai bersyukur (QS.). Shalawat dan salam kita tunjukkan sebagai bukti cinta pada Rasulullah saw,  Sahabat,  dan pengikutnya. Kita merindukan Beliau dan syafaatnya.
Orang-orang tua kita menasehati dalam bahasa Jawa  “nak ra usah ngongso nggonmu golek rizqi,  Allah wis njatah,  sepiro jatah rizqimu” (anakku, tidak usah berlebihan kamu mencari rizqi, Allah sudah menentukan bagian seberapa bagian rizkimu). Petuah tersebut tampaknya diadopsi dari QS. Al-Nahl, 16:71).
Harta dalam pandangan Islam,  memang termasuk salah satu kebutuhan dlarury manusia,  tetapi ditempatkan sebagai alat atau instrumen hidup seseorang, agar di dalam melaksanakan tugas mengabdi kepada Allah berjalan dengan baik.
Untuk shalat saja,  kita harus menutup aurat. Dan menutup aurat tentu butuh kain,  sarung, mukena,  atau baju yang pasti membutuhkan biaya. Apalagi dalam ibadah sosial, lebih banyak membutuhkan biaya. Seakan-akan jika tanpa uang,  tidak bisa beramal sosial. Bahkan kewajiban zakat, hanya dibebankan kepada yang termasuk orang kaya (aghniya’).
Sahabatku yang disayangi Allah,  tapi ingat,  harta (مال/اموال) artinya sesuatu yang menjadi kecenderungan manusia,  akan berubah menjadi biangkerok semua kesalahan,  manakala dicintai melebihi porsinya. Demikian juga jabatan (Al-Ghazali).
Allah mengingatkan, “bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu  serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak,  seperti hujan yang menghasilkan tanaman-tanaman mengagumkan orang-orang kafir, kemudian tanaman itu kering,  menguning,  dan hancur. Dan di akhirat nanti masih ada adzab,  namun juga ada ampunan dan ridha dari Allah” (QS. Al-Hadid,  57:20).
Ini mengingatkan kita, kita boleh memiliki harta yang banyak,  supaya dapat membayar zakat yang banyak,  infaq,  sedekah, akan tetapi musti didapat dari sumber,  proses,  dan dikelola secara halal.
Selain akan ditanya di akhirat nanti dari mana kalian dapatkan harta dan untuk apa kalian belanjakan, harta yang banyak akan membakar orang yang mengejarnya menjadi “budak-budak” harta. Mereka tidak dapat atau tidak sempat menikmatinya,  tetapi justru dibelenggu dan dihajar,  kala masih di dunia ini. Lihat saja,  para koruptor itu,  harta mereka sudah menumpuk,  tetapi hati dan pikirannya rapuh dan fakir. Bisa saja karena ketangkap tangan oleh KPK,  atau karena didera tersiksa hatinya,  karena merasa sayang pada hartanya. Na’udzu bi Allah.
Selagi kita masih sehat wal afiat, mumpung belum terlambat, kita jemput rizqi Allah yang halal. Karena yang halal, akan mendatangkan keberkahan. Keberkahan berarti bertambah kebaikan. Mudahnya,  sedikit tapi cukup. Yang mampu merasa cukup itulah,  sesungguhnya orang kaya.
Semoga Allah memberkahi Anda semua,  di hari Jumat ini,  Allah melapangkan rizqi kita,  keluarga kita,  dan menyelimuti kita dengan ridha dan keberkahan-Nya.
Allah a’lam bi al-shawab.
Wassalamu’alaikum wrwb.
Semarang, 13/1/2017.

OPTIMISME DAN KESUKSESAN

Assalamu’alaikum wrwb.
Saudara dan saudaraku yang dicintai Allah. Mari kita bersyukur kepada Allah,  karena kita masih menghirup udara segar dengan gratis, sehat afiat. Shalawat dan salam, kita sanjungkan pada Rasulullah saw. Semoga syafaatnya kelak memberkahi kita.
Manusia yang diciptakan oleh Allah dan ditugasi sebagai khalifah-Nya di muka bumi,  memiliki tugas mulia untuk memakmurkan bumi dan penduduknya. Tugas sebagai khalifah lebih merupakan bentuk ibadah sosial, karena tugas ibadah ritual vertikal,  antara hamba dengan Khaliq Sang Pencipta,  harus dimanifestasikan dalam ibadah sosial.
“Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada,  kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama)  Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia…(QS. Ali Imran, 3:112).
Setiap manusia yang sadar akan dirinya, untuk apa diciptakan di dunia ini,  apa tujuan hidup,  dan ke mana hidup ini akan bermuara,  sudah pasti ia akan sekuat tenaga mempersiapkan bekal,  agar di alam keabadian nanti, berlimpah kenikmatan. Dan satu-satunya bekal adalah ketaqwaan kepada Allah (QS. Al-Baqarah, 2:197).
Untuk meraih kesuksesan,  belajar,  bekerja,  dan amal baik apapun, diperlukan sikap dan pikiran yang optimistik, bahwa apa yang diinginkan, dicita-citakan,  akan berhasil. Tentu saja, tidak cukup hanya sikap optimistik saja,  tetapi harus disertai usaha dan kerja keras. Allah tidak akan merubah keadaan seseorang, hingga orang tersebut berusaha merubah keadaannya sendiri (QS. Al-Ra’d, 13:11). Demikian juga,  Allah tidak akan mendhalimi manusia,  kecuali manusia yang menganiaya diri mereka sendiri (QS. Yunus, 10:44).
Dalam hadis qudsy, hadis yang redaksinya dari Allah,  disampaikan “Aku (Allah) adalah menuruti apa yang hamba-Ku sangkakan. Jika ia menduga yang baik,  maka kebaikan baginya. Dan jika ia menduga yang tidak baik,  maka baginya juga keburukan” (Riwayat al-Suyuthy dari Abu Hurairah). Dalam riwayat yang lain,  Nabi saw bersabda bahwa Allah berfirman: “Aku (Allah) adalah menurut apa yang disangkakan oleh hamba-hamba-Ku, apabila ia menyebut-Ku dalam dirinya,  Aku akan menyebutnya di dalam diri-Ku, apabila ia menyebut-Ku dalam satu khalayak,  Aku akan menyebutnya dalam khalayak yang lebih besar,  apabila ia mendekati-Ku satu dzira’ Aku menyambutnya sedepa, apabila ia mendekati-Ku dengan berjalan kaki,  Aku menyambutnya dengan berlari” (Riwayat al-Bukhari dari Abu Hurairah).
Banyak orang pagi-pagi bangun tidur sudah marah-marah,  pikirannya berprasangka negatif kepada orang lain. Bahkan kepada Allah juga, mereka menyalah-nyalahkan, mengatakan tidak adil, dan merasa dirinya sudah berbuat baik,  tapi gagal dan gagal. Padahal itu karena ia sudah berpersepsi negatif.
Dalam hubungan sosial horizontal,  manusia sebagai makhluk sosial,  tidak bisa hidup sendiri. Kesempurnaan seseorang yang percaya kepada Allah dan Rasul-Nya,  adalah ketika bisa ditampakkan dalam kehidupan sosialnya. Mulai dari hormat kepada tamunya, rukun dan guyub dengan tetangganya, ketika ada tetangga yang sakit, ia membezuknya,  ketika  ada yang meninggal dunia,  ia ikut melayatnya atau takziyah, guna berbagi duka dan berempati kepadanya. Bahkan yang paling ringan, orang yang beriman, ia akan selalu berkata yang baik,  atau kalau tidak bisa,  lebih baik diam.
Allah mengigatkan,  “hai orang-orang yang beriman,  jauhilah kebanyakan purbasangka (kecurigaan), karena sebagian dari purbasangka itu dosa. Dan jangan mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain” (QS. Al-Hujurat, 18:12). Orang yang berprilaku demikian,  laksana ia memakan daging saudaranya yang sudah menjadi mayat,  dan pasti ia membencinya. Na’udzu bi Allah.
Saudaraku yang dikasihi Allah,  mari kita sambut pagi yang cerah ini dengan niat,  usaha,  kerja keras, dengan berdoa memohon kepada Allah, bermodal optimisme dan husnudhan, yakinlah Allah SWT menolong dan mengabulkan doa kita dengan keberkahan.
Kita nikmati pekerjaan dengan niat ibadah,  kita hormati mitra kerja kita juga dengan husnudhan, insya Allah hati kita lapang,  dan bekerja secara ikhlas dengan hasil optimal. Insya’a Allah.
Allah a’lam bi al-shawab.
Semarang, 12/1/2017.
Wassalamu’alaikum wrwb.

HIDUP ADALAH PRESTASI

Assalamu’alaikum wrwb.
Sahabat dan Saudaraku yang dicintai Allah. Mari kita awali pagi hari ini dengan mensyukuri nikmat Allah,  setelah kita menikmati tidur dengan nyaman, bangun dengan fresh,  dan merasakan betapa nikmatnya shalat tahajjud,  semoga hari ini kita semua dalam keadaan baik,  siang nanti kita dapatkan keberuntungan,  dan di sore nanti kita bahagia dengan keberkahan. Shalawat dan salam kita senandungkan ke haribaan Bagi da Rasulullah saw,  sahabat,  dan pengikutnya. Semoga kita akan terima syafaat beliau. Amin.
Allah ‘Azza wa Jalla menciptakan hidup dan mati,  tidak hanya bagian dari model pasangan saja,  seperti siang dan malam,  senang dan susah,  derita dan bahagia. Allah bermaksud menguji manusia mana di antara hamba-Nya yang terbaik amalnya (QS.  al-Mulk, 67:2). Karena itu,  Allah mengingatkan dengan sumpah,  “Dan demi waktu (‘Ashar), sesungguhnya manusia sungguh berada dalam kerugian, kecuali orang-rang beriman dan beramal kebaikan,  saling mengingatkan tentang kebenaran dan kesabaran” (QS. Al-‘Ashr, 103:1-3). Dalam redaksi ayat tersebut,  digunakan huruf “ان” artinya “sesungguhnya” dan “lam taukid” yang artinya juga “sungguh”. Ini menunjukkan dengan penekanan, bahwa apabila manusia hidup tidak memiliki amal shalih atau amal baik,  maka tidak ubahnya onggokan daging, tulang,  dan kulit,  yang berjalan kesana kemari dengan sia-sia bahkan merugi.
Rasulullah saw menegaskan,  mulailah dari dirimu (ابدأ بنفسك) dan sekarang juga.
Saudaraku,  beramal baik tidak harus dengan uang,  tetapi sesuai kemampuan kita. Senyum atau tabassum saja merupakan sadaqah, tapi harus jelas yang disadaqahi,  dan bertujuan baik. Sama halnya,  membuang paku atau batu kerikil yang dapat membayakan orang yang melewati jalan,  adalah sadaqah. Tentu sangat dianjurkan, jika sadaqah dalam bentuk uang,  terlebih jika sadaqah yang berpahala secara abadi. Seperti menyisihkan sebagian rizqi untuk membangun atau merehabilitasi masjid atau jalan.  Selama masjid atau jalan digunakan orang lain,  maka selama itu pula,  pahala akan mengalir,  meskipun orang yang sadaqah sudah terbujur di liang lahat dan alam barzakh.
Marilah kita berbuat yang terbaik yang bisa kita lakukan,  Allah akan melihatnya. Demikian juga Rasul-Nya,  dan orang-orang yang beriman akan melihat amal kita (QS. At-Taubah, 9:105). Yakinlah,  pahala dari kebaikan kita tidak harus menunggu di akhirat nanti. Allah menjanjikan pada siapapun yang beramal baik,  laki-laki atau perempuan,  dan dia beriman,  maka sungguh Kami akan beri kehidupannya kehidupan yang baik (حياة طيبة) dan masih dijanjikan balasan pahala yang lebih baik dari apa yang kita kerjakan (QS. Al-Nahl, 16:97).
Kita mulai dari yang terkecil,  dari diri kita,  dan sekarang juga. Insya’a Allah, hidup kita akan terasa lebih indah dan bahagia.
Allah a’lam bi al-shawab.
Semarang,  11/1/2017.
Wassalamu’alaikum wrwb.

SEHAT ADALAH MAHKOTA

Assalamualaikum wrwb.
Sahabat dan saudaraku,  sehat adalah mahkota. Demikian kata bijak para Ulama. Tidak diketahui (tidak disadarinya),  kecuali oleh orang yang sakit. Karena itu kita perlu terus mensyukurinya,  agar Allah,  Tuhan yang menciptakan dan menghidupi kita,  terus menambah nikmat dan pertolongan-Nya pada kita (QS. Ibrahim, 14:7). Banyak saudara kita,  yang saat ini sedang menerima ujian dari Allah,  sakit dan bahkan harus dirawat di rumah sakit, sebagai ikhtiar mendapat kesembuhan dari Allah. Di sisi lain,  ada makna bahwa ketika itu, Allah juga menguji pada kita yang sehat,  apakah kita memiliki empati dan kepedulian kepada saudara kita yang sedang sakit. Karena di situlah nilai kita sebagai manusia yang baik,  خير الناس انفعهم للناس. Demikian Rasulullah saw wanti-wanti pada kita sebagai ummat beliau.
Allah menciptakan kita sebagai manusia,  tujuannya hanya satu,  untuk mengabdi atau beribadah kepada-Nya (QS. Adz-Dzariyat, 52:56).
Mumpung kita sehat, marilah kita niatkan tugas dan pekerjaan kita hari ini sesuai profesi dan keterampilan kita masing-masing,  untuk beribadah kepada Allah SWT. Kita hormati saudara, teman,  tetangga,  dan sahabat kita,  karena mereka adalah hamba-hamba dan ciptaan Allah,  yang memiliki kewajiban yang sama,  apapun agama,  etnis,  dan budaya mereka.
Kita awali pekerjaan kita dengan perasaan senang,  agar hasilnya maksimal,  bermanfaat,  bagi lembaga dan masyarakat. Apabila niat kita bekerja didasari niat yang baik untuk ibadah,  insya Allah akan menjadi bekal akhirat kita,  dan yang pasti Allah akan memudahkan kehidupan kita di dunia (QS. Al-Syura, 42:20).
Semoga Allah SWT senantiasa melindungi dan memudahkan niat dan pekerjaan kita, dan memberkahi hidup kita,  sebagai investasi kita menjadi hamba-hamba dan manusia yang terbaik. Allah a’lamu bi al-shawab.
Wassalamu’alaikum wrwb.
Semarang, 10/1/2017.