RENCANA STRATEGIS UIN WALISONGO

Oleh Ahmad Rofiq

Jalan-jalan ke Parapat jangan lupa nikmati Toba danaunya
Samosir pulaunya, berhawa sejuk dan indah pandangannya
Rabu pagi rapat senat, UIN Walisongo susun renstranya
Bangun atmosfir akademik, Universitas Islam Riset Terdepan itu visinya
*
Berselancar di sungai Musi, sungai terpanjang di Sulawesi Selatan
Menguji nyali, cintai alam, jangan lupa nikmati menu ikan
Generasi millenial kini, waspadai, agar tak terhalang di masa depan
Digitalisasi, berdampak disrupsi, perlu konsep matang dan kemantapan
**
Ke Sulawesi, nikmati indahnya kota Makasar
Ke pantai yang asri dan menghibur hati, Losari namanya
Era disrupsi, era gadget, anak muda bisa terpapar
Sikap ego dan menyendiri, lupakan keluarga dan saudaranya
***
Ke Bandungan nikmati candi Gedung Songo
Temuan Raffles, dari peninggalan Wangsa Sailendra
Seluruh anggota senat tetapkan Renstra UIN Walisongo
Raih sukses, Universitas Islam Riset Terdepan, diawali Asia Tenggara
****
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, disebut Lapan
Lembaga non kementerian, tugas penelitian dan kedirgantaraan
UIN Walisongo Satukan Ilmu dan Pengetahuan, hilangkan dikhotomi keilmuan
Bangun kemanusiaan dan peradaban, raih kejayaan tahun duaribu tiga delapan
*****
Hari Santri Nasional, lahir dari Resolusi Jihad di kota Surabaya
Komitmen Santri dan Warga pimpinan Rais Akbar KH Hasyim Asy’ari
Reputasi internasional, butuh aksi, tekad kuat, dan terencana
UIN Walisongo kawal Rumah Kebangsaan, Islam moderat, Pancasila, dan NKRI

Ngaliyan Semarang, 10/1/2019.

UIN WALISONGO DAN AIPT

UIN WALISONGO DAN AIPT (4)
Oleh Ahmad Rofiq
Memasak sayur bayam jangan lupa tambahkan tomat
Sambal teri sajikan makan bersama sanak keluarga
Kementerian agama peringati hari amal bhakti, pilih tema Jaga Kebersamaan Umat
Momentum muhasabah dan evaluasi diri, ikhlas bekerja, beramal, bekal surga
*
Sayur bayam dimasak dipadu dengan tomat
Ikan gurami pecak kangkung disantap bersamaterasa nikmat
UIN Walisongo berpacu layani masyarakat penuh khidmat
Simulasi asesmen asesor supaya raih nilai A demi layani umat
**
Buah naga jadi idola juga buah pepaya
Sebelum makan dinikmati terasa segar dan nikmat
Cermati borang dengan seksama penuh upaya
Tingkatkan kerjasama sepenuh hati, prestasi terus meningkat
***
Jalan-jalan ke candi Gedung songo
Banyak kera menyambut dengan berbagai tingkahnya
Perguruan Tinggi dengan nama besar Walisongo
Siapkan ilmuwan pengembara yang tak puas akan kiprahnya
****
Menonton matador di Spanyol tempatnya
Jadi kebanggaan seorang torero kalahkan bantengnya
UIN Walisongo banyak asesor, siap kawal visitasinya
Bersungguh hati kawal visitor, raih A akreditasinya

Ngaliyan, Semarang, 6/1/2019.

MUHASABAH AKHIR DAN AWAL TAHUN

Assalamualaikum wrwb.
Puji dan syukur mari kita ungkapkan kepada Allah. Hanya atas karunia dan anugrah-Nya,
kita sehat afiat dan dapat melaksanakan aktifitas kita. Semoga di tahun 2019 Allah senantiasa
menambahkan kenikmatan dan anugrah-Nya, dan kehidupan kita berlimpah keberkahan.
Shalawat dan salam mari kita senandungkan mengiringi Allah dan para Malaikat untuk
Rasulullah Muhammad saw, keluarga, sahabat, dan tabiin yang komitmen meneladani beliau.
Semoga semua urusan kita di tahun 2019 dimudahkan oleh Allah, dan di akhirat nanti kita
mendapatkan syafaat beliau.
Hari ini 31/12/2018 adalah hari tutup buku menurut kalender Miladiyah, kalender menurut
edar matahari. Dan besok pagi 1/1/2019 adalah awal buku yang akan menjadi rekam jejak kita
satu tahun ke depan. Saudaraku, penggal waktu yang dianugerahkan pada kita, adalah satuan
waktu terkecil, yang bisa kita hitung dari setiap hembusan nafas kita. Jika hembusan nafas kita
itu, kita hitung dari satuan waktu untuk memberi kesempatan untuk selalu memperbaiki diri.
Mari kita sama-sama memanfaatkan hari terakhir tahun 2018 ini, untuk melakukan muhasabah,
evaluasi diri, introspeksi diri, agar kita bisa melakukan yang terbaik dan menorehkan tinta mas
di dalam record amalan kita di 2019.
Bertambah tahun, hakikatnya umur kita berkurang. Hanya memang kita tidak ada yang
mengetahui persis berapa jatah umur kita. Manusia diciptakan dan diberi hidup dan mati oleh
Allah, untuk berkontestasi mana di antara kita yang amal perbuatan kita terbaik (QS. AL-
Mulk:2). Karena itu diberi amanat menjadi khalifah-Nya, agar dapat menunjukkan mana kinerja
kita yang terbaik dalam melakukan dakwah kebaikan, amar ma’ruf, nahi munkar, dengan basis
keimanan yang kuat kepada Allah dan Rasul-Nya (QS. Ali ‘Imran: 104).
Para Malaikat pun pernah mengungkapkan keberatan dan protes, atas penugasan manusia
sebagai khalifah Allah di muka bumi (QS. Al-Baqarah: 30). Dan Allah menegaskan, bahwa Allah
lebih mengetahui dari apa yang para Malaikat ketahui. Yang jelas, penugasan kita sebagai
hamba-Nya, adalah bernilai ibadah. Ini karena Allah tidak menciptakan jin dan manusia, kecuali
agar beribadah kepada-Nya (QS. Al-Dzariyat: 56).
Dalam menjalankan tugas pengabdian (ibadah) manusia, dapat dipastikan tidak dapat
menghindari terjadinya kesalahan. Bahkan salah dalam berbuat itu lebih baik daripada tidak
pernah berbuat salah, karena tidak pernah berusaha berbuat yang terbaik. Rasulullah saw
menegaskan: “Kullu banii Aadama khaththaaun wa khairu l-khaththaain at-tawwabuuna”
artinya “seluruh anak cucu Adam biasa berbuat khilaf/salah, dan sebaik-baik orang yang
berbuat khilaf/salah adalah mereka yang bertaubat” (Riwayat At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Al-
Hakim, dan dishahihkannya).
Agar manusia sebagai hamba Allah dalam menjalankan amanat kekhalifahannya dapat
berjalan dengan baik, maka mereka harus membekali diri dengan ilmu pengetahuan, baik
urusan dunia maupun akhirat. Tanpa ilmu pengetahuan, tidak akan mampu mencapai derajat
kehidupan sesuai dengan yang direncanakan (QS. Al-Mujadalah: 11). Bekal ilmu saja ternyata
tidak cukup, tetapi harus disertai dengan aktifitas senantiasa berdzikir kepada Allah dalam
setiap keadaan, berdiri, duduk, berbaring, dan senantiasa berfikir tentang penciptaan langit
dan bumi. Karena tak ada satu pun ciptaan Allah di muka bumi ini yang sia-sia (QS. Ali Imran:
191).

Untuk mendapatkan hidup bahagia dunia dan kesejahteraan akhirat, selain menjalani
amanat kekhalifahan dan hidup kita dengan baik, dan sebanyak-banyaknya apa yang kita
lakukan itu bermanfaat bagi orang banyak. Rasulullah saw mengingatkan “khairu n-naasi
anfa’uhum li n-naas” artinya “sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang
lain” (Riwayat Ahmad, Ath-Thabrani, dan Ad-Daruquthny).
Implikasi dari hidup berkompetisi dan kontestasi (musabaqah), pasti tidak bisa dihindari
adanya gesekan, konflik, pertentangan, karena itu Allah memberi rambu yang sangat detail.
Jkka detail tata cara (kaifiyat) shalat saja, tidak diatur dalam Al-Qur’an, tetapi dijelaskan dalam
Hadits atau Sunnah Rasulullah saw. Dalam QS. Al-Hujurat (kamar-kamar): 10-13, Allah
menegaskan secara detail tentang hubungan sosial manusia (human relations). Bahwa
“sesungguhnya orang-orang yang berjman itu bersaudara, sebab itu damaikanlah (perbaikilah
hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat
rahmat”.
Karena itu, pertama, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang
lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Jangan pula sekumpulan
perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Kedua,
janganlah suka mencela dirimu sendiri; ketiga, janganlah memanggil dengan gelaran yang
mengandung ejekan. Keempat, jauhilah kebanyakan purbasangka (kecurigaan) karena sebagian
purbasangka itu dosa. Kelima, janganlah mencari-cari keburukan orang; keenam, janganlah
menggunjingkan satu sama lain. Allah mengumpamakan, orang-orang yang melakukan enam
hal tersebut, laksana orang yang memakan daging saudaranya yang sudah menjadi mayat, yang
pasti akan merasa jijik kepadanya (QS. Al-Hujurat: 10-13).
Allah memberi kesempatan kepada manusia untuk berbuat yang terbaik, dan sekaligus
bertaubat atas semua kesalahan yang mungkin dilakukannya. Sudah barang tentu taubatan
nashuha dengan cara menghentikan perbuatan salahnya, menyesali, dan bertekad untuk tidak
mengulanginya lagi (QS. Al-Maidah: 39). Dalam dialog malaikat Jibril dan Rasulullah saw terkait
dengan taubat, bahwa taubat umat Nabi Muhammad saw, akan diterima oleh Allah, apabila
taubat dilakukan satu tahun sebelum meninggal.
Rasulullah saw mendapat informasi itu, keberatan, dan bersabsa: “Satu tahun itu waktu
yang sangat lama. Umatku itu banyak lalai dan panjang angan-angannya”. Jibril menjawab:
“Akan aku sampaikan kepada Allah”. Tidak lama kemudian, Jibril datang dan menyampaikan :
“Allah akan menerima taubat umatmu, apabila bertaubat sebulan sebelum kematiannya”.
Rasulullah saw pun mengatakan : “Satu bulan itu waktu yang lama untuk umatku”. Jibril
menjawab : “Akan aku sampaikan kepada Allah”. Tidak lama kemudian, Jibril datang dan
menyampaikan : “Allah akan menerima taubat umatmu, jika taubat dilakukan satu hati sebelum
kematiannya”.Rasulullah saw bersabda : “Wahai Jibril, satu hati itu masih terlau lama untuk
umatku”. Jibril pun menjawab : “Akan aku sampaikan kepada Allah”. Tidak lama kemudian Jibril
datang dan mengatakan: “Wahai Muhammad, Allah akan menhampuni dosa umatmu, apabila
bertaubat satu jam sebelum kematiannya”. Rasulullah saw bersabda: “Wahai Jibril, waktu satu
jam itu lama bagi umatku”. Jibril pun melaporkannya kepada Allah, dan tidak lama kemudian
Jibril datang dan mengatakan: “Wahai Muhammad, Tuhanmu menyampaikan salam kepadamu
dan berfirman: “Barangsiapa dari umatmu yang menghabiskan semua umurnya dengan
kemaksiyatan, dan ia belum bertaubat kepada-Ku, kecuali setahun, atau sebulan, atau sehari,
atau satu jam sebelum kematiannya, atau bahkan sebelum ruhnya samlai di tenggorokannya,

dan tidak memungkinkan baginya bertaubat atau meminta maaf dengan lidahnya, kecuali
hatinya yang menyesal (atas dosa-dosa yang telah dilakukannya), maka sungguh Aku akan
mengampuninya”.
Saudaraku, begitu Maha Besar, Maha Pengampun, dan Maha Pemurahnya Allah kepada kita
sebagai hamba-hamba-Nya. Kita tidak tahu kapan umur kita akan sampai. Janganlah tunda
untuk beristighfar dan memohon ampun. Setidaknya tiga kali setelah shalat, atau jadikan wirid
istighfar itu setiap saat. Terlalu banyak dosa dan kesalahan kita. Jangan lupa urusan utang
kepada sesama. Bayarlah sebelum semuanya berakhir. Karena utang harta kepada siapapun,
tidak akan terampuni, sebelum dibayar, atau dibebaskan oleh orang yang mengutangi kita.
Semoga tahun 2019 menjadi tahun penuh prestasi dan torehan tinta mas bagi perjalanan
hidup kita, dan sebagai hamba-Nya, semoga Allah senantiasa menunjukkan jalan dan
kemurahan-Nya, sehingga kita mampu menambah bekal taqwa kita untuk sowan menghadap-
Nya dan diberi husnul khatimah. Allah a’lam bi sh-shawab.
Wassalamualaikum wrb.
Pascasarjana UIN Walisongo Semarang, 31/12/2018.

BERGERAKLAH UNTUK MENJEMPUT KEBERKAHAN

Assalamualaikum wrwb.
Puji dan syukur hanya milik Allah. Mari kita ungkapkan puji dan syukur kepada Allah ‘Azza
wa Jalla yang telah melimpahkan anugerah dan karunia-Nya dengan berusaha berbuat yang
terbaik untuk diri kita, keluarga, saudara, dan masyarakat kita. Kita tidak akan mampu
menghitungnya. Shalawat dan salam mari kita lantunkan untuk Baginda Rasulullah Muhammad
saw. Semoga meluber pada keluarga, sahabat, dan pengikut yang setia meneladani beliau.
Insyaa Allah kita akan mendapat syafaat di akhirat nanti, dan semua urusan kita dimudahkan
oleh Allah.
Sahabat dan temanku, para Ulama mengingatkan kita dengan kaidah “al-harakah barakah”
artinya “Bergerak adalah keberkahan”. Mari kita fahami bersama pesan tersebut secara arif
dan bijaksana. Allah ‘Azza wa Jalla menciptakan hidup dan mati. Hidup itu sendiri artinya adalah
gerak. Selama masih ada gerakan maka berarti ada pertanda kehidupan. Tentu maknanya bisa
sangat dalam. Jika Descarten filosuf Perancis mengatakan “cogito ergo sum” artinya “aku
berfikir maka aku ada”, karena hakikat berfikir adalah gerakan pemikiran. Dan hasil dari gerak
pemikiran asalah pemikiran, dari pemikiran melahirkan innovasi dan kreatifitas. Dan dunia ini
menjadi hidup, ada gerakan atau dinamika, adalah hasil dari kreasi dan innovasi. Innovasi ini
dalam bahasa Arab disebut dengan bid’ah.
Allah Rabbu l-‘Izzah menegaskan dalam QS. Al-Mulk: 2, “(Dzat) Yang menciptakan mati dan
hidup untuk menguji kalian mana di antara kalian yang paling baik amalannya…”. Pada
tingkatan pemikir maka gerakan yang lahir adalah ide-ide besar yang boleh jadi akan
mempengaruhi jalannya sejarah kehidupan manusia. Terlalu banhak contoh, penemu Aljabar,
logaritma, dan para filosuf Muslim juga sempat menjadi “imam” dalam dunia filsafat dan
pemimiran barat. Dalam bidang sains, kita tidak bisa melupakan Michael Faraday (22/9/1791-
25/8/1867) kelahiran Newington Butts Inggris (wikipedia.org) yang dikenal sebagai “bapak
listrik” karena berkat hasil “gerakan pemimirannya” yang diakui dunia.
Demikian juga Charles Babbabe (1791-1871) kelahiran Southwark London, yang dianggap
sebagai penemu komputer pertama. Ini yang boleh jadi mengawali kemunculan teknologi
komputer dan digital yang serba canggih dan multitalented dan multirecorded. Apapun
informasi atau data yang sudah diunggah, maka selama itu pula, akan terekam terus secara
“abadi” atau lebih tepatnya “tak terhapuskan”, meskipun si pengunggah sudah lupa dan
kehilangan jejak.
Saudaraku, Allah mengingatkan bahwa tanda-tanda hamba-hamba-Nya yang cerdas adalah
mereka yang senantiasa berdzikir mengingat Allah, baik dalam keadaan berdiri, duduk, dan
berbaring, dan senantiasa berfikir tentang penciptaan langit dan bumi. Allah tidak menciptakan
sesuatu yang sia-sia, Maha Suci Allah (QS. Ali ‘Imran: 191). Ini bisa kita fahami, bahwa indikator
kecerdasan seseorang adalah, pertama, berfikir dan menginginkan hanya pada sesuatu yang
baik dan positif. Karena uli l-albab yang dimaksud adalah kata uli artinya yang mempunyai, dan
al-albab bentuk jamak dari kata lubb artinya angan, keinginan, dan fikiran hanya pada yang baik
dan positif. Meminjam Ibnu Sina, adalah fitrah, yakni keinginan, angan, dan fikiran pada hang
baik, benar, dan indah.
Saudaraku, Allah menciptakan kita, hidup, rizqi, jodoh, dan mati, secara teologis memang
sudah dijatah pada saat di alam azali. Tetapi bagi Allah, apabila ingin merubah blue print dan

taqdir hamba-Nya yang sudah ditetapkan di zaman azali, tentu bukan hal yang susah. QS. An-
Nahl : 40 dan QS. Yasin : 82 menegaskan bahwa jika Allah menghendaki sesuatu, termasuk di
dalamnya ingin merubah nasib hamba-hamba-Nya, maka Allah berfirman “adalah, maka akan
ada (terjadi)” apa yang dikehendaki-Nya.
Saudaraku, Rasulullah saw berpesan : “I’mal li dunyaaka ka annahu ta’isyu abadan wa i’mal
li akhiratika ka annahu tamuutu ghadan” artinya “berbuatlah (usaha) untuk urusan duniamu,
seakan-akan kamu hidup selama-lamanya, dan berbuatkah untuk urusan akhiratmu, seakan
kalian mayi besok pagi”. Ini menunjukkan bahwa agar hidup kita bermanfaat janga panjang,
maka mutlak kita harus bergerak, dinamis, tidak berpangku tangan menunggu rizqi Allah tanpa
melakukan usaha apapun.
Memang ada ayat yang menegaskan, bahwa “seluruh makhluk Allah yang hidup di muka
bumi ini, kecuali sudah ditanggung rizqinya oleh Allah”. Akan tetapi jika manusia sebagai hamba
yang tidak bergerak, tidak dinamis, tidak mengupdate diri, maka seseorang selama hidupnya,
dijamin rizqinya oleh Allah, melalui jalan apapun. Hal ini berbeda apabila karunia Allah pada kita
berupa akal, hati, fikiran, dan kreatifitas tersebut bisa kita gunakan sebaik-baiknya, maka
manfaat yang akan didapat pasti akan lebih maksimal. Bahkan hingga orang yang menghasilan
ide dan gagasan innovatif kemudian menjadi massal, seperti listrik dan komputer atau digital,
maka “pahalanya” akan terus berlangsung, dan inilah yang disebut ilmu yang bermanfaat.
Mengakhiri renungan ini, mari kita ingat dan gugat hati dan fikiran kita, pesan Rasulullah
saw : “Man kaana yaumuhu khairan min amsihi fahuwa raabihun, wa man kaana yaumuhuu
mitsla amsihi fahuwa khasirun, wa man kaana yaumuhu syarran min amsihi fahuwa
maghbuun” artinya “batangsiapa hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka dia adalah orang
yang beruntung. Batangsiapa hang hari ini sama drngan hari kemarin, maka dia termasuk orang
yang merugi, dan barangsiapa hari ini, lebih buruk dari hari kemarin, maka dia termasuk orang
yang tertipu”. Ahman ada yang menyebut, terlaknat (Riwayat ath-Thabrany).
Mulaiah sekarang dari dirimu sendiri, jangan menunda-nunda dalam menjalanan amnah
dan urusanmu. Berbuatlah yang terbaik, nanti Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman
akan melihat hasilnya (QS. At-Taubah: 105). Yakinilah dan yakinlah, Allah SWT akan membantu,
menolong, dan memudahkan niat dan usaha Anda. Apabila Anda menghadapi kesulitan,
anggaplah itu sebagai tantangan, dan pasti akan ada hasilnya. Allah a’lam bi sh-shawab.
Nashrun min Allah wa fathun qarib, Allah al-Musta’an.
Wassalamualaikum wrb.
Bandara Internasional Hang Nadim Batam, 27/12/2018.

VIRUS “ZOMBIE” DAN KUALITAS PERSAUDARAAN KITA

Assalamualaikum wrwb.
Puji dan syukur hanya milik Allah, mari kita mensyukuri anugrah dan kasih sayang Allah
yang tak berhingga dilimpahkan pada kita. Hanya atas anugrah dan kasih sayang-Nya kita sehat
afiat dan dapat menjalankan tugas kekhalifahan di muka bumi ini dengan bai, semoga hidup
kita lebih bermakna. Shalawat dan salam mari kita senandungkan untuk Rasulullah Muhammad
saw, keluarga, sahabat, dan pengikut beliau. Semoga semua urusan kita dimudahkan dan
diberkahi oleh Allah, kelak di akhirat kita mendapat syafaat beliau.
Hari Ahad, 23/12/2018 saya mendapat kehormatan diundang Pengurus MUI Kabupaten
Demak, untuk bersama-sama “muthalaah” tentang Memperkokoh Kualitas Persaudaraan
Sesama Muslim dan Sesama Anak Bangsa dalam Menghadapi Pemilu 2019 bertempat di
Pendopo Kabupaten Demak. Hadir Bupati Demak, H Nasir, dan Forkompimda, Pengurus MUI
Kecamatan se-Kabupaten Demak.
Pemilu 17/4/2019 secara serentak akan memilih Presiden-Wakil Presiden, Anggota DPR-RI,
DPD-RI, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota seluruh Indonesia. Pemilu merupakan event
rutin lima tahunan, yang sudah biasa. Yang tidak biasa, karena pemilu kali ini durasi masa
kampanye paling lama dalam sejarah pemilu di Indonesia, 6,5 bulan, satu semester lebih. Tidak
heran, dan ini yang harus dipertimbangkan oleh para petinggi politik negeri ini, untuk
dipertimbangkan kembali ke depan.
Disadari atau tidak, dampak tahun politik dan durasi masa kampanye terlalu panjang,
sangat potensial merusak persaudaraan kita. Tampaknya masing-masing hanya bisa merasa
benar dan menyalahkan orang lain. Setiap ada isu baru, apakah itu gempa bumi, tsunami,
kejadian di luar negeri seperti berita perlakuan penguasa China terhadap suku Uyghur Muslim
di Provinwi Xinjiang yang kontroversial, yang layak untuk dijadikan amunisi untuk “menyerang”
lawan politik, maka semua dijadikan “peluru” untuk menghantam. Seakan-akan virus “Zombie”
sudah menyebar di sebagian besar dari kita, yakni virus “suka memakan daging saudaranya”
yang sudah mati. Hari-harinya dihabiskan untuk menghujat, mencemooh, mencela, membully,
dan membberkan kejelekan orang lain. Na’udzu biLlah.
Sabtu, 22/12/2018 MUI Provinsi Jawa Tengah rapat membahas isu dan fenomena yang
berkembang di media sosial dan merekomendasikan agar Pemerintah melalui Kementerian
Luar Negeri, sesuai dengan kebijakan politik luar negeri yang bebas dan aktif, hendaknya
mencari dan mendapatkan informasi yang akurat tentang kebenaran perlakuan pemerintah
atau penguasa China terhadap suku Uyghur di Provinsi Xinjiang. Dalam bahasa Al-Qur’an,
pemerintah melalui aparatnya di China, dapat mencari kebenaran informasi tersebut. Tentu
tidak cukup hanya melalui jalur diplomatik secara formal, apalagi jika itu dipahami sebagai
urusan dalam negeri pemerintah China.
Berita Uyghur yang kontroversial – karena ada yang mengatakan tidak benar, ada juga yang
mengirim gambar-gambar sadistis – ini di negeri ini menjadi “bola panas dan liar” yang
digunakan untuk “menyerang” lawan politik. Ini rasanya menjadi tidak sehat dan berpotensi
menimbulkan kerawanan. Dan yang paling dahsyat, hemat saya, ini adalah Ujian Kualitas
Persaudaraan kita sebagai sesama Muslim dan sesama anak bangsa.
Saudaraku, mari kita cermati secara saksama. Mengapa Allah ‘Azza wa Jalla, tidak mengatur
secara detail dan rinci tentang kaifiyat atau tata cara shalat di dalam Al-Qur’an? Sementara

tentang tata cara pergaulan antara hamba-hamba-Nya diatur detail dan rinci. Mari kita
perhatikan QS. Al-Hujurat yang artinya “kamar-kamar” isinya memberi rambu-rambu yang
mengatur tata cara komunikasi harian kita. Ayat 2 “melarang kita bersuara tinggi melebihi suara
Nabi, tetapi merendahkan suaranya di sisi Nabi, sebagai orang yang diuji hatinya, diampuni, dan
diberi pahala oleh Allah (ayat 3). Ayat 4, mencela orang-orang yang memanggil-manggil dari
luar kamar, ditegaskan sebagai orang yang tidak mengerti. Karena itu temui mereka (ayat 5)
dan mereka bersabar itu lebih baik (ayat 5).
Ayat 6 menegaskan, “jika kalian mengaku beriman, dan mendapatkan berita dari orang
fasik, maka periksalah dengan teliti (tabayyun) agar kalian tidak menimpakan suatu musibah
kepada suatu kaum (pihak lain) tanpa mengetahui keadaannya. Karena kalian akan menyesal”.
Apabila dua golongan yang beriman itu berperang maka damaikanlah. Sesungguhnya orang-
orang yang beriman adalah bersaudara, karena itu damaikanlah (perbaiki hubungan) antara
kedua saudaramu itu, bertaqwalah kepada Allah, agar kalian mendapat rahmat (kasih sayang)
(ayat 10).
Ayat 11-12 secara detail mengatur: 1). Jangan saling mengolok-olok, boleh jadi orang yang
diolok-olok itu kebih baik. Bahkan kaum perempuan secara khusus disebut jangan saling
mengolok-olok. 2). Jangan suka mencela – atau menjelek-jelekkan —diri sendiri; 3). Jangan
memanggil dengan gelaran ejekan; 4). Jauhilah kebanyakan buruk sangka, karena itu dosa; 5).
Jangan mencari-cari keburukan orang; dan 6). Jangan menggunjing satu sama lain. Allah
mengumpamakan, orang yang suka melakukan perbuatan tersebut, laksana memakan daging
saudaranya yang sudah menjadi mayat.
Padahal Allah Rabbu s-Samawati wa l-Ardl, menciptakan manusia terdiri dari laki-laki dan
peremluan, dijadikannya hidup berbangsa-bangsa san bersuku-suku adalah untuk saling
mengenal slaing tolong menolong, dan saling membantu. Orang Islam satu dan lainnya itu
saudara, laksana satu tubun (jasad), jika anggota yang satu sakit, maka yang lain ikut
merasakannya. Hidup ini memang didisain untuk kontestasi, tetapi secara fair, saling
menghormati, guna meraih ketaqwaan dan kemuliaan di sisi Allah (AS. Al-Hujurat: 13).
Pemilu hanyalah instrumen untuk memilih pemimpin. Karena itu, janganlah sampai
merusak persaudaraan kita. Apalagi sesama muslim dan atau sesama partai, yang biasanya
“perseteruan san rivalitasnya” sangat intens dan berpotensi saling “menghabisi”. Kata leluhur
kita “ojo mburu uceng kelangan delek” artinya “janganlah mencari yang kecil, sementara yang
besa justru hilang”. Jangan hanya karena beda pilihan calon atau beda pilihan partai politik,
merusak kualitas persaudaraan kita.
Tentu kita wajib – setidaknya secara kifayah atau kolektif – memilih yang terbaik dari para
calon sesuai dengan aturan. Boleh jadi menurut Anda, tidak ada calon yang Anda anggap ideal,
tetapi risiko tentu akan lebih besar jika Anda tidak melakukan pilihan. Karena meskipun golput
alias golongan putih itu bagian dari hak politik, pilihan itu pasti tidak lebih baik daripada
memilih. Semoga kita termasuk hamba-hamba Allah yang terselamatkan dari serangan virus
“zombie” yang tega “memakan” daging saudara kita yang sudah menjadi mayat. Na’udzu
biLlah.
Waffaqana Allah ilaa sabili l-haqq. In uriidu illa l-ishlaah wa maa taufiiqii illaa biLlah. Allah
a’lam bi sh-shawab.
Nagoya Hill Hotel, Batam, 24/12/2018.

PELAJARAN “BERHARGA” DARI SEIKHUL ISLAM OFFICE THE CICOT BANGKOK

Assalamualaikum wrwb.
Allah Maha Pengasih dan Penyayang. Segala puji hanya milik-Nya. Mari kita terus menerus
bersyukur, hanya atas karunia dan sayang-Nya kita sehat afiat dan dapat menjalankan aktifitas
kita tanpa halangan apapun. Allah menjanjikan menambah anugrah dan kenikmatan-Nya, pada
hamba-Nya yang bersyukur. Shalawat dan salam mari kita wiridkan pada Baginda Rasulullah
saw, keluarga, sahabat, dan pengikut yang istiqamah meneladani beliau. Semoga semua
urusan kita dimudahkan oleh Allah, dna kelak di akhirat kita akan mendapatkan syafaat beliau.
Sahabat dan saudaraku, misi kunjungan saya dan rombongan LPPOM bersama Pimpinan
MUI Jawa Tengah adalah ingin belajar tentang sistem manajemen halal di negeri gajah putih,
Thailand, khususnya di ibukota Bangkok. Ada tiga even digelar dalam waktu bersamaan, 14-
16/12/2018, di bawah tajuk THAILAND HALAL ASSEMBLY, 2018, yakni: pertama, International
Halal Science and Technology Conference (IHSATEC), kedua, The 11th Halal Science Industry and
Bussiness (HASIB), dan ketiga, The 5th International Halal Standard Convention (IHSC) di Gedung
Bangkok International Trade and Exhibition Center (BITEC).
Kami hadir setelah mengikuti upacara pembukaan dan paparan narasumber, secara khusus
diterima oleh direktur The Halal Institute of Thailand, Assoc Prof Dr Pakorn Priyakorn dan Mr
Khathawut Lohmud yang akrab dipanggil Murad, yang menjabat sebagai Head of International
and Public Relation Halal Affairs Department. Dalam pertemuan sngkat tersebut, kami
disambut dan dijamu, dipaparkan selayang pandang tentang lembaga Syeikhul Islam The
Central Islamic Council of Thailand (CICOT) semacam MUI-nya kalau di Indonesia. Syeikhul Islam
sendiri dipimpin oleh Mr. Aziz Phitakkumpon sebagai Presiden dan Pol Maj Gen. Surin Palarae,
Sekretaris Jenderal of The Central Islamic Council of Thailand. Rombongan diberi buku saku,
yang berisi selayang pandang tentang Sheikhul Islam: The Central Islamic Council of Thailand.
Menurut thaiembassy.org, umat Islam Ghailand mencapai 7,5 juta jiwa (12%), mayoritas me
ganut Budha 54,5 juta (87,2%), Kristen 0,45 juta (0,72%) dan lain-lain Hindu, Kong Hucu, Sikhs,
0,05 juta (0,08%). Di Thailand ada kurang lebih 2.000 masjid, 100 di antaranya berada di wilayah
Bangkok. Tidak kurang dari 200 sekolah Muslim diberi kebebasan dengan dukungan negara
penuh mengajarkan agamanya. Amun menurut survey terbaru Kementerian Kebudayaan
menjnjukkan bahwa total Masjid di Thailand ada 3.406 masjid, di 61 provinsi dari total 76
provinsi. Berarti ada 15 provinsi yang tidak terdapat penduduk Muslim.
Ada empat provinsi yang penduduk Muslimnya mayoritas, adalah Pattani 500.000 Muslim,
130.000 Budha, dan Kristen 4.000 orang. Narathiwat 600.000 Muslim, 100.000 Budha, dan
3.000 Kristen. Yala, 300.000 Muslim, 200.000 Budha, dan 3.000 Kristen.
Sahabat dan temanku, Thailand ini menarik. Dalam soal kecil saja, dalam berlalu lintas, kita
tampaknya harus jujur belajar. Karena meski termasuk kepadatan lalu lintas di Bangkok itu
relatif tinggi dan macet, namun tampak tertib dan nyaris tidak ada klakson mobil dan motor
yang berbunyi, baik siang maupun malam. Dalam kontkes sosial politik, konstitusi Kerajaan
Thailand pada section 38A, seseorang diberi kebebasan penuh untuk memeluk agama, upacara
agama menurut sekte dan kredonya, menurut keyakinannya, sepanjang tidak bertentangan
dengan ketertiban umum dan moral yang baik. Umat Islam diberi kebebasan yang sama dengan
penduduk lainnya. Bahkan di parlemen ada 7 (tujuh) orang senator dan 21 (duapuluh satu)

anggota perwakilan rakyat. Lebih dari itu Raja Thailand, yang juga sebagai kepala negara, adalah
patron dari semua agama, yang harus mengayomi warga Muslim dan pemeluk agama lainnya.
Raja Thailand mengeluarkan The Royal Act Concerning the Administration of Islamic
Organizations E.B. 2540. Artikel 4 menjelaskan tentang Masjid, Imam, Khatib, dan Bilan – bilal
dalam bahasa Arab. Nama Sahabat yang mengumandangkan adzan masa Rasulullah. Artikel 5
menegaskan, bahwa pengawasan Royal Act ini berada di bawah Kementerian Dalam Negeri dan
Pendidikan. Artikel 6 menegaskan, bahwa Sheikhul Islam adalah sebagai pemimpin Urusan
Islam di Thailand. Perdana Menteri mengajukan kandidat Sheikhul Islam seseorang yang
diajukan dan disepakati dari seluruh provinsi untuk diangkat sebagai Sheikhul Islam. Bahkan
tata cara pemilihan Sheikhul Islam pun diatur dalam paragrap 2. Dukungan dana untuk Sheikhul
Islam juga diatur dalam keputusan Raja.
Dalam soal sertifikasi dan label halal sebagaimana dijelaskan oleh Prof. Pakorn, negara
Thailand menyerahkan otoritas sepenuhnya kepada Sheikhul Islam The Central Islamic Council
of Thailand. Karena itu, sudah tidak ada lagi persoalan lagi apakah harus negara atau lembaga
swasta, karena Sheikhul Islam sudah dipercaya penuh oleh negara melalui Royal Act tersebut.
Sementara di negeri kita, melalui UU No. 13/2014 tentang Jaminan Produk Halal, sertifikasi
halal yang sudah 28 tahun diurus oleh LPPOM MUI secara voluntary atau sukarela, kemudian
diambil alih oleh negara, yang sudah membentuk Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal
(BP JPH). BP JPH ini tampaknya pun dalam proses yang berjalan, ada kecenderungan akan
menafikan atau menghilangkan peran LPPOM MUI, dalam proses menjadi LPH (Lembaga
Pemeriksa Halal).
Sementara itu hemat saya, mencermati beberapa klausul dalam beberapa pasal UU JPH,
justru mengharuskan BP JPH bekerjasama dengan MUI, baik dalam pemeriksaan dan
pengeluaran fatwa halal, sehingga hemat saya tidak akan lahir seorang auditor jika MUI tidak
meloloskannya. Demikian juga BP JPH tidak akan bisa mengeluarkan sertifikat halal, manakala
muia tidak atau belum mengeluarkan fatwa halal. Lebih dari itu, saya berharap LPPOM MUI
tetap diijinkan menjalankan tugas pokok, peran, dan fungsi LPH namun diijinkan menggunakan
nama LPPOM MUI.
Bahkan dua hari terakhir ini, umat Islam dikejutkan oleh Instruksi Menteri Dalam Negeri
tentang Jilbab yang harus dimasukkan dalam baju. Namun kemudian kemarin sudah beredar
kabar instruksi tersebut dicabut atau dibatalkannya. Apakah ini hoax atau juga trik untuk
meraih simpati, atau ada motiv lain, Allah a’lam bi sh-shawab. Mudah-mudahan hoax. Karena
membuat berita hoax itu, tampaknya selain sensasional juga bisa mengagetkan masyarakat,
atau mungkin bisa berfungsi shockteraphy.
Jika soal sertifikasi halal di Indonesia, nantinya dikeluarkan oleh negara melalui BP JPH, di
Thailand tetap diserahkan kepada Sheikhul Islam melalui The Central Islamic Council of Thailand
(CICOT) dengan otonomi penuh, sementara di Indonesia, setelah mandatory muncul melalui UU
No. 33/2014 tentang JPH, LPPOM MUI yang seharusnya bisa dirangkul atau diberdayakan,
masih belum jelas bagaimana pengaturannya ke depan.
Sahabat dan temanku, perjalanan kemarin 14/12/2018 diakhiri dengan makan malam di
kawasan Masjid Dar al-Aman. Karena bukan soal halal dan haram saja, akan tetapi soal
makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh kita selayaknya harus ekstra hati-hati.
Karena begitu masuk makanan minuman yang haram dalam tubuh kita, maka neraka lebih
utama bagi kita. Na’udzu biLlah. Allah a’lam bi sh-shawab.

Bangkok City Suite Hotel, 15/12/2018.

MUI, KEBERAGAMAN, DAN RUMAH KEBANGSAAN

Hari ini 11-12/12/2018 Majelis Ulama Indonesia (MUI) bekerjasama dengan Badan Kesatuan
Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Provinsi Jawa Tengah menggelar Kegiatan Silaturrahim
Kebangsaan bertajuk “Merawat Keberagaman Indonesia” di Hotel Laras Asri Salatiga. Gawe penting
ini digelar dalam momentum yang tepat, di tengah masa kampanye terlama, 6,5 bulan, dalam
sepanjang sejarah pemilihan umum (pemilu) di Indonesia. Durasi panjang masa kampanye ini, terasa
sekali ikut andil bagi munculnya potensi-potensi gesekan meskipun masih sebatas via media sosial,
akan tetapi auranya cenderung tidak produktif, bagi upaya menciptakan pemilu yang
membahagiakan.
Silaturrahim kebangsaan ini, dihadiri oleh Ketua MUI dan Ketua Forum Kerukunan Umat
Beragama (FKUB) Kabupaten/Kota se-Jawa Tengah, ditambah utusan pengurus FKUB non-Muslim
masig-masing kabupaten/kota satu orang. Sebagai narasumber, sesepuh dan Gubernur Jawa Tengah
– waktu itu – Drs. KH. Ali Mufiz, M.PA., Kepala Kantor Kementerian Pertahanan RI Jawa Tengah,
Marsma TNI AU Latif Ainul Yaqin, SE, MM, dosen senior Undip dan Ketua FKUB Jawa Tengah Prof.
Mudjahirin Thohir, MA, Rektor Unnes Prof. Fathur Rokhman, M.Hum, dan di hari kedua, Gubernur
Jawa Tengah H Ganjar Pranowo, SH, Pangdam IV Diponegoro, dan Kapolda Jawa Tengah.
Indonesia adalah negeri kepulauan laksana irisan surga karunia Allah Tuhan Yang Maha
Pencipta, dengan kekayaan multi etnis, multi kultur, multi agama, dan multi bahasa yang sudah
teruji oleh sejarah dan akan terus mampu merawat keberagaman sebagai sunnatuLlah. Provinsi Jawa
Tengah yang merupakan salah satu provinsi barometer keharmonisan wilayah Indonesia,
memerlukan kearifan dan kecerdasan komunal dalam membingkai keragaman dan kerukunan
antarumat Islam, antarumat beragama. Karena keragaman atau kemajemukan adalah karunia Allah
yang sungguh indah.
Laksana sebuah orkestra, yang hanya akan terasa indah, harmoni, dan menghadirkan
kesyahduan dan kerancakan irama, justru karena merupakan alunan dan perpaduan alat musik
dengan suara yang berbeda. Ia akan menghadirkan keindahan dan kolaborasi nilai dan pesan
kekompakan, manakala dimenej oleh seorang konduktor yang piawai, arif nan bijak, dalam
memposisikan masing-masing pemusik dari masing-masing alat musik. Alunan musik yang indah,
harmoni, dan rampak, akan mampu membawa pesan-pesan kedamaian, kesejajaran, dan
persaudaraan sejati, dengan pesan keadilan, kesetaraan, dan kebersamaan.
Oleh karena itu, kemajemukan dan keragaman ini harus terus menerus dijaga, dengan spirit
kasih sayang, saling menghormati, saling tolong menolong antara sesama anak bangsa, membangun
persaudaraan Islamiyah (ukhuwwah Islamiyah), persaudaraan sesama anak bangsa (ukhuwwah
wathaniyah), dan persaudaraan sesama anak manusia (ukhuwwah insaniyah). QS. Al-Hujurat: 13
berpesan, bahwa Allah menciptakan manusia terdiri dari laki-laki dan perempuan, dijadikan hidup
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, adalah untuk saling mengenal. Pesan penting (main message)-
nya adalah agar di antara mereka saling mengenal (ta’aruf) saling tolong menolong, saling
menyayangi, dan saling menghormati dalam bingkai kebangsaan Indonesia dan menjadi manusia-
manusia yang paling mulia di sisi Allah Tuhan Yang Maha Kuasa, menjadi hamba-hamba yang paling
bertaqwa, mengikuti sunnah-Nya.

1 Prof. Dr. Ahmad Rofiq, MA. Wakil Ketua Umum MUI Provinsi Jawa Tengah, Guru Besar dan Direktur
Pascasarjana UIN Walisongo Semarang.

Even politik atau sering disebut pesta demokrasi yang pilihannya melalui demokrasi langsung
atau one man one vote atau “satu orang satu suara” memang tidak membedakan kualifikasi antara
masing-masing warga negara yang berbeda strata pendidikan, pengetahuan, dan satus sosialnya.
Akan tetapi tampaknya, pilihan ini yang diyakini masih yang terbaik, dengan segala konsekuensinya.
Karena semua warga negara bangsa ini, ikut memberikan suara atau kesaksian mereka, dalam
memilih pemimpinnya baik eksekutif maupun legislatif. Untuk itu, pemilu 17/4/2019 guna memilih
presiden-wakil presiden, anggota DPR-RI, DPD-RI, DPRD Provinsi, dan Kabupaten/Kota hanyalah
instrumen politik, adalah even memilih yang terbaik dari para calon yang ada. Oleh karena itu, tidak
semestinya instrumen – atau wasilah meminjam bahasa Ulama – menjadi tujuan, apalagi sampai
merusak nilai-nilai dan sendi-sendi persaudaraan yang sudah berpuluh-puluh tahun dirawat dan
dijaga dengan baik.
Indonesia adalah Rumah Kita. Meminjam pesan Rasulullah saw, “baitii jannatii” artinya
“rumahku adalah surgaku”. Oleh karena itu, sewajarnya kita meneladani dan mengindahkan pesan
bijak beliau, “Indonesia adalah Rumahku” dan “Rumahku adalah Surgaku” maka “Indonesia adalah
Surgaku”. Di negeri yang damai, berbalut keindahan alam, kehalusan budi pekerti bangsanya,
manakala kita bisa dan mampu hidup berdampingan, maka kita bisa membayangkan betapa indah,
nyaman, dan bahagianya kita, laksana hidup di surga. Tak ada konflik, tak ada kebisingan, tak ada
suara-suara yang sia-sia. Yang ada adalah keindahan, persaudaraan penuh kasih sayang, dan saling
hormat-menghormati, dan tolong menolong. Kalaupun dirasa ada yang “bocor” atau ada bagian
yang “rusak”, maka tidak fondasi atau pilarnya yang dirobohkan, tetapi kita perbaiki bersama-sama.
Atau misalnya “kebanjiran”, mari kita “mengungsi” mencari tempat yang aman sementara, setelah
itu kita bersihkan dan jaga agar indah kembali, agar kita nyaman menghuninya bersama-sama.
Indonesia adalah Rumah Kebangsaan kita. Wajar juga jika MUI melalui para Ulama, Zu’ama,
dan para Cendekiawannya, bersama Pemerintah, para tokoh Politik, tokoh Agama, tokoh
Masyarakat, dari semua komponen bangsa menjadi pelopor dan berada di garda depan merawat
keragaman demi kenyamanan, kesentausaan, dan kebahagiaan dalam naungan Rumah Kebangsaan
kita, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Allah a’lam bi sh-shawab.

MUI DAN PEMILIHAN UMUM 2019 (20)

Assalamualaikum wrwb.
Alhamdu liLlah, segala puji hanya milik Allah. Mari kita senantiasa bersyukur atas anugrah
dan karunia Allah, Tuhan Sang Penguasa yang sesungguhnya terhadap alam raya ini. Hanya atas
kekuasaan dan anugrah-Nya, kita sehat afiat dan dapat melaksanakan aktifitas kita. Shalawat
dan salam mari kita terus lantunkan mengiringi Allah dan para Malaikat yang senantiasa
bershalawat untuk Baginda Nabi Muhammad Rasulullah saw. Semoga tercurah juga pada
keluarga, sahabat, dan pengikut yang komitmen meneladani beliau, dan kelak kita di akhirat
mendapatkan syafaat beliau.
Saudaraku, selain menghadiri acara akademik di Program Pascasarjana IAIN Sorong Papua
Barat, saya juga mendapat undangan khusus dari Ketua Panitia Pusat Rakernas Majelis Ulama
Indonesia (MUI) Dr. KH. Muhammad Shodiqun, untuk menjadi peserta dan tim perumus komisi
rekomendasi. Setelah perumusan oleh tim, diamanati membacakan hasil rumusan komisi
rekomendasi, yang diketuai KH. Muhammad Cholil Nafis, MA, Ph.D.
Di antara rekomendasi yang disampaikan oleh peserta Rakernas MUI adalah hal-hal
berkaitan dengan pelaksanaan pemilihan umum serentak, yang akan dilaksanakan 17/4/2019.
Masyarakat yang memiliki hak pilih, akan memilih Presiden dan Wakil Presiden, anggota Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI), anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD)-RI,
anggota DPR Daerah (DPRD) Provinsi, dan anggota DPRD Kabupaten/Kota di masing-masing
daerah pilihan masing-masing.
Bagi warga masyarakat yang baru pertama kali dan atau warga yang sudah berusia agak
lanjut, membutuhkan sosialisasi yang cukup. Karena para pemilih akan menerima lima lembar
kertas suara, masing-masing dengan gambar partai pengusung dan gambar foto para calon.
Karena pemilu serentak ini merupakan pengalaman pertama dalam sejarah even demokrasi di
Indonesia, maka peserta Rakernas merekomendasikan beberapa hal sebagai berikut.
Pertama, semua warga diminta menggunakan hak pilihnya untuk memilih calon sesuai
dengan hati nuraninya dan tidak memilih golongan putih (golput) atau tidak memilih. Memilih
pemimpin (nashbu l-imam) adalah kewajiban kolektif (wajib kifayah) demi terpilihnya
pemimpin yang berilmu, memahami hukum, kredibel (amanah), tidak korupsi dan tidak nepotis.
Meminjam bahasa fiqh, mereka adalah ‘alim, faqih, aura’, dan akbaru sinnan. Golput memang
bagian dari hak setiap warga, akan tetapi sangat disayangkan. Bahwa calon yang ada boleh jadi
belum ada yang ideal menurut penilaian para pemilih, Islam menganjurkan, memilih yang
terbaik dari yang ada.
Betapa penting adanya pemimpin, daripada terjadi kekosongan pemimpin, Ibnu Taimiyah
mengatakan “sittuna ‘aam ‘alaa imamin jaairin afdlalu min lailatin bi laa sulthaanin” artinya
“enam puluh tahun di bawah pemimpin yang brengsek atau korup, masih lebih utama dari pada
semalam tanpa pemimpin”. Tentu kita semua sangat-sangat tidak berharap mempunyai
pemimpin yang korup atau merusak. Seperti “dalil” Lord Acton “the power tends to corrupt and
the absolute power tends to corrupt absolutely” artinya “kekuasaan itu cenderung merusak
atau korup, dan kekuasaan yang absolut cenderung merusap atau korup secara absolut”.
Kedua, para penyelenggara pemilu mulai dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) dari pusat
hingga daerah, Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), dan Dewan Kehormatan Penyelenggara
Pemilu (DKPP) diharapkan dapat menyelenggarakan even demokrasi ini dengan amanah, jujur

dan adil, serta profesional. Pemilu sebagai bagian proses berdemokrasi, harus dikawal secara
jujur dan adil, agar mampu menghasilkan pemimpin yang adil dan amanah. Tidak mudah
memang, karena biaya politik di negeri ini, konon sangat mahal, lebih lagi durasi masa
kampanye tahun politik ini sangat panjang, yakni 6,5 (enam bulan setengah) atau satu semester
lebih.
Ketiga, durasi masa kampanye yang terlalu panjang ini dirasakan berpotensi pada tingginya
eskalasi konflik dan kekerasan verbal di masyarakat. Ini sangat dirasakan di media sosial dan
juga media masa, seperti munculnya kata-kata yang semestinya tidak muncul, seperti maaf
“cebong dan kampret”, “sontoloyo dan gendruwo, dan lain-lain, yang baik secara langsung atau
tidak langsung, akan “mengedukasi” atau menjadi “tontonan” anak-anak muda kita yang kelak
akan menjadi generasi penerus bangsa ini.
Keempat, direkomendasikan UU No. 17/2017 tentang Pemilihan Umum, agar pasal-pasal
atau klausul terkait dengan durasi masa kampanye, presidential trashhold, dan lain-lain yang
tidak sejalan dengan nilai-nilai yang diatur dalam UUD 1945 supaya direvisi. Kelima, para calon
baik presiden-wakil presiden, calon anggota legislatif, diminta tidak melalukan politik uang
(money politic), kampanye negatif (black campaign), dan menebar kebohongan (hoax), karena
dampaknya akan mempengaruhi kualitas demokrasi yang sedang dibangun di negeri ini.
Meskipun peserta rakernas MUI, sadar sepenuhnya, bahwa ini sangat sulit, untuk tidak
mengatakan utopis.
Keenam, penyakit dari dampak biaya politik yang sangat mahal ini, adalah masih sangat
maraknya prilaku dan praktik korupsi oleh politisi dan pejabat politik negeri ini. Betapa banyak
kepala daerah dan anggota legislatif, dari pusat hingga daerah yang terkena Operasi Tangkap
Tangan (OTT) oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), akan tetapi rupanya tidak ngefek, tidak
nendang, atau tidak mampu memberikan dampak jera pada mereka.
Ketujuh, dampak ikutan lainnya adalah preferensi masyarakat pemilih yang seakan-akan
menjadikan even pemilu ini sebagai “aji mumpung” di mana, mereka seakan tidak merasakan
manfaat dari orang-orang yang mereka pilih, kecuali saat akan memberikan suara mereka. Ini
mengingatkan ungkapan yang bernada menyentil “apa bedanya pil KB dan pilpres, pileg, atau
pilkada”? Tentu jawabannya, “pil KB jika lupa, jadi (hamil), sementara dalam pilpres, pileg, dan
pilkada, kalau sudah jadi lupa”. Ingat lagi ya ketika akan pemilu lagi.
Saudaraku, karena itu, pada tahun 2012 Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa MUI Pusat dan Provinsi
seluruh Indonesia, pernah merekomendasikan supaya pemilu kepala daerah dikembalikan
kepada sistem perwakilan, semacam ahlu al-hall wa al-‘aqdi atau DPRD. Calon kepala daerah
pun diusulkan supaya diatur dengan tanpa pasangan. Wakil kepala daerah diajjan dan dipilih
oleh Kepala Daerah terpilih setelah diajukan dan mendapat pertimbangan dari DPRD Provinsi
atau Kabupaten/Kota. Waktu itu sudah direspon dengan revisi UU, akan tetapi setelah dibahas
dan diparipurnakan, kemudian parpol pengusung dan penguasa, justru melakukan walk out,
dan akhirnya dikeluarkan Perppu.
Semoga pemilu serentak 17/4/2019 masyarakat pemilih kita memberikan suara mereka
sebagai bentuk delegasi atau tauliyah pada calon yang dipilih, dengan pilihan yang benar.
Momentum beberapa menit saja di bilik TPS (Tempat Pemungutan Suara) akan sangat
menentukan masa depan bangsa dan NKRI ini. Istafti qalbaka atau “minta fatwalah pada hati
nuranimu”, agar jangan salah dalam menentukan pilihan. Karena pilihanmu itu adalah
tergantung masa depan bangsa dan negaramu. Allah a’lam bi sh-shawab.

Wassalamualaikum wrwb.
Ketinggian 36.000 kaki, Sorong-Surabaya, 25/11/2019.

SELAYANG PANDANG ISLAM DI RAJA AMPAT (19)

Assalamualaikum wrwb.
Alhamdu liLlah wa sy-syukru liLlah. Mari kita memuji dan mensyukuri anugrah Allah yang
tak terkira dan kita tidak mampu menghitungnya. Hanya atas anugrah dan pertolongan-Nya
semata, kita dapat menjalankan tugas ibadah kita sebagai hamba Allah. Termasuk di dalamnya
ibadah sosial kita. Shalawat dan salam mati kita senandungkan untuk Baginda Muhammad
Rasulullah saw, keluarga beliau, sahabat, dan para pengikut yang setia meneladani beliau.
Semoga kelak kita mendapat syafaat dari beliau.
Saudaraku, di tengah kunjungan akademik di Pascasarjana STAIN — yang insyaa Allah tidak
lama lagi akan bertransformasi menjadi IAIN — Sorong Papua Barat, juga mendapat
kesempatan berkunjung di kecamatan atau distrik Saonek Kabupaten Raja Ampat. Kunjungan
ini dilakukan setelah mengunjungi kepulauan Piaynemo dan menaiki 350 anak tangga yang
tampaknya belum lama dibuat, guna menyaksikan keindahan air laut berwarna hijau kebiruan
di antara gugusan pulau-pula kecil di di bawahnya.
Sungguh luar biasa, keindahan alam tersebut. Hanya ungkapan kesyukuran dan kekaguman
atas ke-Mahabesaran Allah yang menciptakan alam dengan penuh keindahan yang menjadi
daya tarik dan daya tarik tersendiri, bagi warga Raja Ampat untuk menjemput rizqi dari Allah
Yang Maha Pemberi Rizqi. Saya memang sempat unggah foto ketika di puncak Piaynemo yang
untuk menaiki tangga saja agak ngos-ngosan dan menguras keringat, dalam waktu singkat
mendapat respon dari teman-teman medsos tidak kurang dari 300-an. AlhamduliLlah Allah
masih memberi kekuatan dan kesehatan. Lagi-lagi ini membuat saya makin bersyukur. Dari
Waiwo menyebrang dengan fery sekitar dua jam, dan harus berganti speedboat untuk bisa
merapat di Piaynemo.
Dari Piaynemo turun dengan speedboat ke kapal fery dan perjalanan ke Saonek ditempuh
satu jam 45 menit. Kami di Saonek disambut oleh para tokoh agama dan kepala adat Saonek,
yang sebagian mengenakan busana gamis, batik, dan lain-lain. Kami sempat shalat dhuhur dan
ashar di Masjid Hidayatullah dan mengabadikannya. Hemat saya masjid Hidayatullah di Jl. Raja
Rafana, luas tanahnya 12.588 m2, luas bangunan 1.312 m2 dengan daya tampung 200 jamaah
(Setiawan, 2018). Masjid ini dibangun tahun 1505. Tokoh dai yang terkenal adalah Habib Rafana
yang sekarang digunamakan sebagai nama jalan menuju masjid tersebut.
Setelah shalat berjamaah, kami dijamu makanan khas ubi, pisang, dan nasi juga, dengan
ikan bakar, dan lain-lain, oleh kepala distrik yang juga tokoh agama dan beberapa tokoh
masyarakat lainnya di kantor adat yang persis berhadapan dengan laut luas.
Dalam catatan Rana Setiawan (2018) di Papua Barat ada sekitar 610 pulau, dan hanya 35
pulau yang dihuni oleh pnduduk. Islam di Saonek dan Raja Ampat tidak bisa dipisahkan dari
sejarah Islam Kerajaan Islam Ternate dan Tidore, ketika mereka berusaha melawan musuh-
musuh Islam. Ada yang menyebut, Islam di Saonek Raja Ampat sudah berjalan tahun 1500-an
agau abad ke-15, yang awalnya menjadi bagian dari wilayah kekuasaan Kesultanan Tidore di
Kepulauan Maluku. Sultan Tidore menunjuk empat orang raja lokal untuk berkuasa di pulau
Waigeo, Batanta, Salawati, dan Misool yang merulakan empat pulau terbesar.
Besar dugaan, dari empat raja lokal yang ditunjuk oleh Sultan Tidore itulah, nama Raja
Ampat itu ditetapkan. Setelah itu, wilayah yang semula menjadi bagian dari Kabupaten Sorong,
tahun 2003 berdiri sendiri menjadi Kabupaten Raja Ampat, yang sekarang menjadi destinasi

wisata alam yang terkenal dengan keindahan alamnya. Infra struktur pelabuhan dan angkutan
darat publiknya masih sedang dalam penataan, tetapi tidak mengurangi daya tarik wisatawan
baik domestik maupun mancanegara. Bahkan ada pulau yang menurut penuturan teman yang
memandu, dihuni oleh wisatawan Italia.
Raja Ampat menurut beberapa sumber lima puluh persen warganya memeluk agama Islam
dan dipimpin oleh Bupati Muslim, Abdul Faris Umlati, SE. Saya berkesempatan untuk
berbincang dengan Bupati Pak Faris, untuk mengenalkan diri sebagai Ketua Fordipas (Forum
Direktur Pascasarjana PTKIN se-Indonesia) sekaligus menawarkan kemungkinan Fordipas
mengarance suatu efen acara pertemuan Fordipas di Raja Ampat tahun 2019. Beliau siap
memfasilitasi dan mendukung acara tersebut.
Selain Saonek, Raja Ampat juga terdapat Islamic Center di Waisai, sebagai pusat pendidikan
dan dakwah Islam pertama di pulau paling timur Indonesia. Misi Islamic Center ini adalah untuk
membentengi generasi muda Muslim di Papua Barat dari pengaruh globalisasi. Karena sebagai
risiko Raja Ampat sebagai destinasi wisata internasional, sudah mulai terdampak budaya
mengumbar aurat (Alfarisi Labagu, 2018).
Ada juga Masjid Agung Nuruk Yaqin, di Waisai tidak jauh dari pantai Waisai Torang Cinta
(WTC) Jl. Waisai Kota. Masjid ini terletak di tanah seluas 30.000 m2 dan luas bangunan 1.800
m2 dibangun tahun 2006.
Masjid yang diyakini paling tua dan menjadi saksi bisu penyebaran Islam di wilayah Kokas,
Fakfak, adalah Masjid Tua di kampung Patimburak. Sumber sejarah menyebutkan, masjid ini
dibangun oleh Abuhari Kilian tahun 1870. Masih menurut Setiawan (2018) ada masjid yang
lebih tua lagi, karena dibangun 1524. Yakni Masjid Abu Bakar Sidik. Luas tanahnya 900 m2 dan
luas bangunan 400 m2.
Saudaraku, ternyata suasana di Raja Ampat Papua Barat ini kehidupannya dapat
memberikan pelajaran berharga buat saya yang baru pertama kali menginjakkan kaki di
Kabupaten Raja Ampat. Selain wisata alam yang indah, juga bisa bersilaturrahim dengan
saudara-saudara kami yang menghuni pulau-pulau kecil dari pulau-pula yang menjadi wilayah
Raja Ampat Papua Barat.
Mengakhiri renungan ini, mari kita syukuri semua kenikmatan yang Allah berikan pada kita.
Keindahan dan kebahagiaan adalah bagaimana kita bisa dan mampu memenej hati kita, semoga
kebahagiaan kita di dunia, akan mampu menjadi instrumen dan wasilah untuk meraih
kebahagiaan akhirat. Allah a’lam bi sh-shawab.
Wassalamualaikum wrwb.
Hotel Vega Sorong Papua Barat, 25/11/2018.