PEMIMPIN ATAU PENGUASA

Published by achmad dharmawan on

Assalamualaikum wrwb.
    Saudaraku yang dirahmati Allah. Sebelum kita mengawali aktifitas di pagi hari ini, mari kita bersyukur. Nikmat Allah sungguh luar biasa yang diberikan kepada kita dan keluarga. Semoga Allah senantiasa memberi kita sehat afiat, iman dan taqwa yang makin berkualitas.
    Shalawat dan salam mari kita senandungkan pada tokoh idola kita, Rasulullah saw, keluarga,  dan sahabat. Semoga di hari akhir nanti, syafaat beliau meringankan kita. Dan setiap kesulitan yang kita hadapi segera diberi jalan keluar dan kemudahan oleh Allah.
     Besok pagi (15/2/2017) Anda yang berada di daerah pemilukada serentak, akan memberikan suara melalui mencoblos gambar atau nomor pasangan calon gubernur-wakil gubernur,  bupati-wakil bupati, atau walikota-wakil walikota. Sebagai warga negara yang cerdas, saya yakin Anda akan menentukan pilihan pasangan calon yang apabila terpilih mau dan bisa memposisikan diri mereka sebagai pemimpin, bukan penguasa. Meskipun dalam praktiknya, membedakan pemimpin dan penguasa tidak mudah juga.
     Apabila kita cermati di dunia ini, ada raja yang memang sistem pemerintahannya menganut monarkhi absolut tetapi rajanya baik, rakyatnya makmur, dan rajanya mau juga menerima saran atau masukan rakyatnya. Ada yang memang pemimpinnya raja dan absolut. Bahkan parahnya lagi membawa nama Tuhan untuk legitimasi tindakan sewenang-wenang, represif, dan bahkan barbar termasuk kepada rakyatnya sendiri. Kalau ia diktator untuk melindungi rakyatnya, misalnya semua yang terlibat dengan narkoba, bandar, pemasok, pengedar, pemakainya, dihabisi semua tanpa proses pengadilan, demi menjaga masa depan generasi mudanya,  masih lumayan. Karena pemimpin demikian tidak bisa berharap lagi dengan penegakan hukum manual yang boleh jadi sudah “dikuasai” oleh mafioso. Ini mirip presiden Philipina sekarang.
     Ada juga negara yang sistem pemerintahannya, menyebut pemimpinnya presiden, dipilih secara demokratis, dengan cara satu orang satu suara (one man one vote) model barat, akan tetapi presiden itu prilaku dan tindakannya, melebihi raja. Ia tampil dengan gaya diktator, semaunya sendiri, represif, tidak menerima masukan orang lain, dan bahkan mengajak dan “mendidik” rakyatnya untuk melanggar konstitusi. Lucunya lagi, tampak sekali bahwa itu dilakukan, hanya karena mengusung kepentingan kelompok yang sudah bisa diprediksi akan menghancurkan masa depan bangsa dan negaranya sendiri. Mudah-mudahan yang model ini tidak terjadi di negeri yang kaya raya akan sumber daya alamnya ini.  Terminologi keilmuan politik pun, “mengikuti”-nya dengan memberi label “diktator konstitusional” yang sesungguhnya,  ini sudah menyimpan salah makna atau “missmeaning”.
    Di tengah kegalauan dan kegaduhan politik negeri ini, maka Anda yang akan menentukan pilihan, karena akan berkonsekuensi untuk masa lima tahun ke depan, maka mohonlah petunjuk kepada Allah. Karena suara Anda akan sangat menentukan. Ingat, lima tahun adalah waktu yang sangat panjang. Setara 1.825 hari atau 60 bulan. Jika dalam satu hari seorang pemimpin/penguasa dia mencabut atau membatalkan satu undang-undang, maka semua undang-undang akan bisa dihabisi.
     Mengapa bangsa besar ini,  dipilihkan pemimpin atau penguasa yang membuat rakyatnya resah, galau, tidak menentu, dan dapat memicu konflik  horizontal? Firman Allah kiranya perlu kita simak seksama. Katakanlah:  “Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan (kekuasaan). Engkau berikan kerajaan kepada yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kerajaan dari yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di gangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu” (QS. Ali ‘Imran: 26).
     Saudaraku, Anda yang sependapat dengan saya boleh jadi merasa prihatin dan gelisah akan nasib dan keadaan bangsanya yang besar ke depan seperti apa? Bagi Anda yang memiliki pandangan yang berbeda, tentu hak Anda. Kita semua tidak tahu, hanya Allah yang tahu dan tentu pemimpin yang tahu, sesungguhnya negaranya mau dibawa ke mana? Akankah hancur berantakan karena “digadaikan” kepada “pendatang” yang sudah menguasai sebagian besar kekayaan alamnya, ataukah akan dibuat seperti apa, yang akan menghinakan diri kita semua? Allah a’lam.
     Seorang pemimpin, meminjam Ki Hadjar Dewantara, mestinya ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani. Artinya di depan menjadi teladan, di tengah krearif,  dan di belakang memberi dorongan dan dukungan.
     Pemimpin dalam bahasa Arab disebut imam, artinya orang yang di depan. Mengapa di depan, karena untuk diikuti. Orang yang mengikuti disebut makmum. Imam, idealnya memang yang konsep, pemikiran, tutur kata dan tindakannya, pantas untuk diikuti atau dianut. Karena pemimpin yang benar adalah seorang panutan. Rasulullah saw:
عن أنس رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم انما جعل الامام ليؤتم به…… رواه البخارى ومسلم
Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya (seseorang) dijadikan imam atau pemimpin, adalah untuk diikutinya… ” (Riwayat al-Bukhary dan Muslim).
     Mengutip dari Rasulullah saw, mestinya seorang pemimpin memilikin sifat dan prilaku : 1). Shidiq,  apa yang diucapkan dan dilakukan adalah yang benar. Tentu ukurannya aturan dan keyakinan publik warganya. 2). Amanah,  dapat dipercaya. Seorang pemimpin jika sudah tidak percaya lagi, tidak pantas lagi menjadi pemimpin. Kewajiban makmum mengingatkan pemimpin yang lupa atau salah. 3). Tabligh, komunikatif, terbuka, tidak menyembunyikan niat dan maksud yang tidak baik. 4). Fathanah, artinya cerdas. Cerdas itu dalam kosakata Arab,  ketika apa yang difikirkan, direncanakan, dan diprogramkan, adalah hal-hal yang baik, sejalan dengan rambu-rambu agama dan negaranya. Kata kunci seorang pemimpin atau penguasa yang ingin ditaati waraganya adalah apabila mereka itu amanah dalam menjalankan tugasnya dan adil dalam melaksanakan aturan. Tidak sewenang-wenang apalagi dhalim.  Maka apabila seorang pemimpin atau penguasa sudah mengajak melanggar aturan, konstitusi, apalagi menabrak ajaran agamanya, maka tidak wajib didengar dan ditaati. Karena seseorang tidak dibenarkan taat kepada makhluk dalam hal yang melanggar aturan dan melakukan maksiyat kepada Sang Pencipta (Riwayat al-Bukhary dan Muslim).
     Seorang pemimpin wajib melindungi, mengayomi, membahagiakan dan menyejahterakan rakyatnya (تصرف الامام على الرعية منوط بالمصلحة). Karena itu wahai Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa, gunakan suara hati Anda dalam menentukan pilihan, dan berikan suara Anda untuk memilih yang Anda yakini akan mampu dan bertanggung jawab membawa kemashlahatan dan kebaikan negeri Anda yang Anda cintai, sehingga ke depan layak dibanggakan di hadapan Allah dan bangsa-bangsa lain di dunia ini. Dengan demikian kita masih menyimpan harapan mendapat pemimpin yang berniat mengusung asa bagi terwujudnya baldatun thayyibatun wa Rabbun ghafur.
     Semoga Allah memberikan hidayah dan inayah kepada kita mendapatkan pemimpin yang amanah dan adil. Allah yahdi ila sabil al-haqq wa al-shirath al-mustaqim.
    Allah a’lam bi al-shawab.
Wassalamu’alaikum wrwb.
Ngaliyan Semarang, 14/2/2017.

Silahkan Hubungi Kami