RIZQI DAN KEBERKAHAN

Published by achmad dharmawan on

Assalamu’alaikumussalam wrwb.
Saudara dan Sahabatku yang dicintai Allah. Jangan lupa, mari kita terus bersyukur kepada-Nya. Supaya kita tetap termasuk sedikit dari hamba-hamba-Nya yang pandai bersyukur (QS.). Shalawat dan salam kita tunjukkan sebagai bukti cinta pada Rasulullah saw,  Sahabat,  dan pengikutnya. Kita merindukan Beliau dan syafaatnya.
Orang-orang tua kita menasehati dalam bahasa Jawa  “nak ra usah ngongso nggonmu golek rizqi,  Allah wis njatah,  sepiro jatah rizqimu” (anakku, tidak usah berlebihan kamu mencari rizqi, Allah sudah menentukan bagian seberapa bagian rizkimu). Petuah tersebut tampaknya diadopsi dari QS. Al-Nahl, 16:71).
Harta dalam pandangan Islam,  memang termasuk salah satu kebutuhan dlarury manusia,  tetapi ditempatkan sebagai alat atau instrumen hidup seseorang, agar di dalam melaksanakan tugas mengabdi kepada Allah berjalan dengan baik.
Untuk shalat saja,  kita harus menutup aurat. Dan menutup aurat tentu butuh kain,  sarung, mukena,  atau baju yang pasti membutuhkan biaya. Apalagi dalam ibadah sosial, lebih banyak membutuhkan biaya. Seakan-akan jika tanpa uang,  tidak bisa beramal sosial. Bahkan kewajiban zakat, hanya dibebankan kepada yang termasuk orang kaya (aghniya’).
Sahabatku yang disayangi Allah,  tapi ingat,  harta (مال/اموال) artinya sesuatu yang menjadi kecenderungan manusia,  akan berubah menjadi biangkerok semua kesalahan,  manakala dicintai melebihi porsinya. Demikian juga jabatan (Al-Ghazali).
Allah mengingatkan, “bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu  serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak,  seperti hujan yang menghasilkan tanaman-tanaman mengagumkan orang-orang kafir, kemudian tanaman itu kering,  menguning,  dan hancur. Dan di akhirat nanti masih ada adzab,  namun juga ada ampunan dan ridha dari Allah” (QS. Al-Hadid,  57:20).
Ini mengingatkan kita, kita boleh memiliki harta yang banyak,  supaya dapat membayar zakat yang banyak,  infaq,  sedekah, akan tetapi musti didapat dari sumber,  proses,  dan dikelola secara halal.
Selain akan ditanya di akhirat nanti dari mana kalian dapatkan harta dan untuk apa kalian belanjakan, harta yang banyak akan membakar orang yang mengejarnya menjadi “budak-budak” harta. Mereka tidak dapat atau tidak sempat menikmatinya,  tetapi justru dibelenggu dan dihajar,  kala masih di dunia ini. Lihat saja,  para koruptor itu,  harta mereka sudah menumpuk,  tetapi hati dan pikirannya rapuh dan fakir. Bisa saja karena ketangkap tangan oleh KPK,  atau karena didera tersiksa hatinya,  karena merasa sayang pada hartanya. Na’udzu bi Allah.
Selagi kita masih sehat wal afiat, mumpung belum terlambat, kita jemput rizqi Allah yang halal. Karena yang halal, akan mendatangkan keberkahan. Keberkahan berarti bertambah kebaikan. Mudahnya,  sedikit tapi cukup. Yang mampu merasa cukup itulah,  sesungguhnya orang kaya.
Semoga Allah memberkahi Anda semua,  di hari Jumat ini,  Allah melapangkan rizqi kita,  keluarga kita,  dan menyelimuti kita dengan ridha dan keberkahan-Nya.
Allah a’lam bi al-shawab.
Wassalamu’alaikum wrwb.
Semarang, 13/1/2017.

Silahkan Hubungi Kami