IDUL FITHRI : MOMENT TOREHKAN TINTA MAS

Published by achmad dharmawan on

Tanggal 5 Juni 2019 Umat Islam di seluruh Indonesia merayakan Idul Fitri 1440 H. Ada yang sudah
merayakannya 4 Juni 2019 seperti di Arab Saudi dan Amerika Serikat. Perbedaan ini soal biasa saja, tidak
perlu dipersoalkan, karena pemberlakuan mathla’ internasional, memang tidak mudah. Karena edar
matahari dan bulan memag berbeda antara Indonesia dan negara tersebut.
Hadirnya Idul Fitri, menghadirkan kegembiraan karena siapa yang berhasil berpuasa di bulan suci
Ramadhan, berarti ia merayakan kemenangan, karena kembali pada kesucian dirinya, setelah dicuci
melalui lapar, haus, pantang hubungan suami isteri, dan hal lain yang membagalkan puasa, dan
disempurnakan dengan membayar zakat, sebagai wujud ibadah sosial pada sesama yang membutuhkan.
Namun di sisi lain, kita ditinggalkan bulan penuh rahmat, maghfirah, dan keberkahan. Bulan yang
memicu dan memacu kuantitas dan kualitas ibadah kita, karena banyak dilipatgandakan pahala.
Rasulullah saw mengingatkan kita “seandainya umatku mengetahui kebaikan-kebaikan dalam bulan
suci Ramadhan, sungguh mereka berharap seluruh tahun menjadi Ramadhan”. Hadits tersebut, sangat
populer. Tentu ini pesan substantif, yang harus dimaknai dan difahami secara cerdas essensi dan
tujuannya. Karena bulan Syawal, pasti datang, dan Ramadhan pasti meninggalkan kita. Untuk itu, spirit
dan motivasi ibadah baik mahdlah maupun sosial, perl uterus dijaga seperti kita di bulan Ramadhan.
Syawal secara bahasa artinya meningkat. Laksana kendaraan yang baru saja diservice secara
menyeluruh, rasanya seperti baru. Maka power dan kenyamanannya laksana kendaraan baru. Tentu ini
analog yang sangat sederhana. Keberadaan diri kita yang dibekali oleh Allah, chip sensorik yang dalam
keadaan fithri, ia hanya ingin, angan, dan upayanya, meminjam Ibnu Sina, filosuf muslim kenamaan,
hanyalah yang baik, benar, dan indah. Ini paralel dengan term uli l-albab dalam bahasa Al-Qur’an.
Kata albab bentuk jamak (plural) dari kata lubb, artinya keinginan untuk berbuat baik (dairatu l-
ma’arif). Indikator uli l-albab di dalam al-Qur’an disebutkan “mereka yang senantiasa berdzikir
mengingat Allah, baik dalam keadaan berdiri, duduk, dan berbaring, dan berfikir tentang berbagai
penciptaan langit dan bumi, karena tidak ada penciptaan Allah yang sia-sia” (QS. Ali Imran: 191).
Leluhur kita mengajarkan, bahwa bersilaturrahim dan halal bihalal, semua dirancang oleh KH Wahab
Hasbullah, atas usul Bung Karno, yang melihat ada perbedaan kecenderungan politik yang amat tajam.
Tidak cukup hanya dengan rekonsiliasi, akan tetapi bagaimana kemasan format rekonsiliasi yang lebih
bernilai, lebih menyentuh dari hati ke hati, bahwa persatuan, kesatuan, dan mengkonstruksi bangunan
persaudaraan sejati sesama anak bangsa, apapun beda agama, pilihan politik, suku, dan budaya, adalah
modal utama dari kebhinnekaan dan kemajemukan Indonesia. Tidak ada bangsa mana pun di dunia ini,
yang lebih majemuk, bhinneka, dan pluralitas, dari Indonesia. Namun bangsa ini sejak dari
kemerdekaannya, 1945, hingga sekarang ini, masih dan akan terus tetap utuh, sebagai Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Mudik dan halal bihalal adalah kata kunci, perekat perbedaan dan kekuatan persatuan dan kesatuan
Indonesia. Meskipun seakan hanya setahun sekali rekatan silaturrahim itu, akan tetapi makna san
implikasi positifnya luarbiasa. Mudik bukan hanya pengalihan sektor ekonomi, akan tetapi inilah
cerminan keberagamaan setiap orang yang berkiprah di luar daerahnya, mewajibkan diri untuk mudik
dan bersilaturrahim.
Di tengah suasana implikasi politik pasca pilpres, yang hasilnya diumumkan di bulan Ramadhan, juga
tersejukkan oleh suasana Ramadhan, meskipun masih menyisakan peristiwa 21-22/5/2019 yang dicatat
sejarah, sebagai peristiwa yang menguras keprihatinan dan juga mengiris rasa kemanusiaan kita.
Torehkan Tinta Mas
Perjalanan hidup kita ini, sepenuhnya diserahkan oleh Allah pada kita, apakah mau dihiasi dengan
nilai raport merah atau hitam, atau bahkan dengan tinta mas. Allah mengaruniai kita hati (qalbu). Qalbu
artinya bergerak-gerak. Kendali hati dengan iman dan pemupukannya melalui amal shalih dan jalankan

islam (syariah), akan lahirkan ihsan. Ihsan arti bahasanya berbuat baik, dalam terminologi, adalah
apabila kita beribadah kepada Allah, yakinlah kita melihat-Nya, atau jika tidak mampu, maka yakinlah
kita bahwa Allah senantiasa melihat kita (Riwayat al-Bukhari).
Untuk kita renungkan secara seksama, pesan Rasulullah saw “barangsiapa yang hari ini lebih baik
dari hari kemarin, maka dialah orang yang beruntung. Barangsiapa yang hari ini sama dengan hari
kemarin, maka dialah orang yang merugi. Berangsiapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka
dialah orang yang tertipu”. (Riwayat al-Hakim).
Bagi Anda yang mudik jaraknya sangat jauh, dan kita semua yang mudik, jangan lupa ziarahi orang
tua, baik yang masih hidup atau yang sudah di alam kubur, agar hatimu jadi lembut, ingat akhirat, dan
ingat kematian. Dari sinilah, kita bertekad untuk menorehkan tinta mas perjalanan hidup kita. Semoga
kita selama satu tahjn ke depan denantiasa dalam kebaikan.
Ja’alana Allah wa iyyaakum min al-‘aidin wa l-faizin, taqabbala Allah minnaa wa minkum taqabbal
yaa kariim. Semoga Allah menjadikan kita kembali pada kesucian, yang berbahagia, semoga Allah
menerima ibadah kita semua wahai Dzat Yang Maha Mulia.
Selamat Idul Fitri 1440 H. Mohon maaf lahir dan batin.
Allah a’lam bi sh-shawab.

Silahkan Hubungi Kami