JABATAN, UJIAN, DAN PERTANGGUNGJAWABAN

Published by achmad dharmawan on

Assalamualaikum wrwb.
Hamdan wa syukran liLLah. Segala puji dan syukur hanya milik Allah. Mari kita lahirkan puji
dan syukur kita kepada Allah Tuhan Yang Menciptakan kita dan dunia seisinya. Shalawat dan salam
mari kita senandungkan untuk Baginda Rasulullah saw, keluarga, sahabat, dan pengikut yang
istiqamah meneladani beliau. Semoga semua urusan ita dimudahkan oleh Allah dan kelak di akhirat
kita mendapat syafaat beliau.
Saudaraku, Rasulullah saw mengingatkan kita, agar kita tidak terkena penyakit waham, yaitu
besar angan, cinta harta, dan tidak suka pada kematian atau takut mati. Ketika umat sudah terkena
serangan penyakit tersebut, maka ia akan dengan mudah menggadaikan iman dan dengan sangat
mudah terjebak dalam prilaku yang tidak sesuai dengan ajaran agama.
Para leluhur kita menasihati dan mengatakan : “Jadikan harta cukup di tanganmu saja, jangan
di hatimu”. Ini dimaksudkan, apabila kita hanya menempatkan harta cukup di tangan saja, maka kita
akan dengan mudah memberi orang lain, mudah bershadaqah untuk kepentingan umum, dan
mudah meletakkannya di tengah kesibukannya untuk beribadah kepada-Nya. Namun apabila harta
sudah sampai tersimpan dalam di lubuk hati, maka pasti akan terasa berat sekali untuk
mengeluarkannya di jalan Allah, berat juga meninggalkannya saat adzan berkumandang. Itulah
sebabnya, banyak manusia terjangkit penyakit yang sangat berpotensi mematikan iman dan
menghancurkan akidah, yakni “Hubbu d-dunya wa karahiyatu l-maut” (cinta berlebihan terhadap
dunia dan takut mati.” (HR Abu Dawud). Dalam versi lain, dinyatakan “Hubbu l-mal wa l-jah ra’su
kulli khathi-ah” artinya “cinta harta dan jabatan adalah biang dari kekeliruan/kesalahan”.
Tidak mudah memang, namun setidaknya, apabila kita masih ingat akan nasihat bijak ini, kita
akan lebih berhati-hati. Sebenarnya manusia mencintai harta itu adalah bagian dari tabiatnya.
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wnaita-
wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan binatang-binatang ternah
dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembai yang baik
(surga)” (QS. Ali ‘Imran (3): 14).
Para mufassir menafsirkan bahwa dijadikan tampak baik, mencintai hal-hal yang diinginkan,
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan binatang-binatang
ternah dari unta, sapi, dan kambing, dan sawah ladang untuk ditanami dan pertanian. Yang demikian
itulah bunga-bunga kehidupan dunia dan perhiasan yang fana. Allah lah sebaik-baik tempat kembali
dan pemberi pahala, yakni surga.
Menariknya, adalah banyak sekali ayat-ayat Al-Qur’an yang memberikan warning kepada
manusia, agar kekayaan itu tidak melalaikan kita dari berdzikir kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Misalnya
QS. al-Munafiqun (63), 9: “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah melalikan kamu harta-
hartamu dan anak-anakmu dari ingat (berdzikir) kepada Allah, barang siapa mengerjakan yang
demikian, maka mereka itulah orang-orang yang sesat”.
Rasulullah saw pun melarang pada umatnya untuk tidak meminta jabatan. Karena apabila
seseorang menjabat karena meminta, maka akan berat terasa beban dari jabatan tersebut. Namun

apabila seseorang diberi jabatan tidak karena meminta, maka Allah akan membantu, menolong, dan
meringankan pelaksanaan amanat jabatan tersebut (Riwayat Bukhari dan Muslim).
Saudaraku, suatu saat ada kawan yang mengingatkan, mengapa Anda berani mencalonkan diri
untuk jabatan tertentu? Bukankah Anda sudah tahu bahwa jabatan itu, akan dimintai
pertanggungjawaban oleh Allah di akhirat kelak? Pertanyaan kawan saya ini, mengingatkan akan
sejarah Khalifah ‘Umar ibn Abdul ‘Aziz ra cucu Sayyidina ‘Umar ibn al-Khaththab ra. Beliau itu pada
awal mendapat “wasiyat” dari Khalifah sebelumnya, menangis, dan menyatakan keberatannya,
karena tidak dipilih oleh rakyat banyak. Karena itu beliau mengembalikan, biar rakyat banyak yang
memilihnya. Namun saat itu juga, karena rakyat sudah mengenal dan memahami rekam jejak beliau,
rakyat secara aklamasi memilih beliau sebagai khalifah.
Referensi yang saya baca, beliau hampir setiap malam menangis sedu sedan. Ketika ditanya
isteri beliau, “mengapa suamiku hampir setiap malam menangis?” Beliau menjawab: “Saya takut
nanti di akhirat akan dimintai peranggungjawaban rakyat yang hidup dalam kekurangan, baik dari
anak-anak maupun para janda yang ditinggal mati suaminya. Sementara mereka memohon
kesaksian pada Rasulullah saw”. ‘Umar ibn Abdul ‘Aziz (2 November 682 -4 Februari 720). Beliau
adalah khalifah yang berkuasa dari tahun 717 (umur 34–35 tahun) sampai 720 (selama 2–3 tahun).
Meski masa kekuasaannya relatif singkat, 'Umar bin 'Abdul 'Aziz merupakan salah satu khalifah yang
paling dikenal dalam sejarah Islam. Dia dipandang sebagai sosok yang saleh dan kerap disebut
sebagai khulafaur rasyidin kelima. Kekayaannya pun dari awal menjabat dan selesai menjabat,
mengalami penyusutan 90 persen. Sampai-sampai dalam kita Tarikh Baghdad karya Al-Khathib al-
Baghdady, disebutkan bahwa pakaian hingga akhir hayat beliau, hanya selebar yang dikenakan. Ada
sahabat belkiau yang beberapa kali menjenguk, sempat “agak marah” dan menanyakan kepada isteri
beliau, “kamu sebagai isteri itu bagaimana, pakaian suamimu tidak pernah ganti”. Istri beliau
menjawab, “Demi Allah suami saya tidak mempunyai akaian ganti, kecuali hanya dikenakannya itu”.
SubhanaLlah.
Saudaraku, jabatan adalah ujian dan pasti dimintai pertanggungjawaban. Yang tidak menjabat
pun akan dimintai pertanggungjawaban. Yang jelas, para pejabat, pertanggungjawabannya lebih
rumit, lebih lama, karena tugas dan amanatnya lebih besar. Maka para Ulama, ketika diberi jabatan,
mereka tidak bersyukur, akan tetapi membaca tarji’, innaa liLlaahi wa innaa ilaihi raaji’uun artinya
“Sesungguhnya kita ini hanya milik Allah, dan sesungguhnya kita kepada Allah akan kembali”.
Ini dimaksudkan agar para pejabat, jalankan jabatan itu sebagai amanat dan laksanakan
secara adil. Karena adil itu, dekat kepada taqwa. Dan taqwa itu adalah satu-satunya bekal paling
berharga menghadap Allah ‘Azza wa Jalla. In uriidu illaa l-ishlaah maa istatha’tu wa maa taufiiqii
illaa biLlaah. Allah a’lam bi sh-shawab.
Wasaalamualaikum wrwb.
Ngaliyan Semarang, 2 Mei 2019.

Silahkan Hubungi Kami