MUI, KEBERAGAMAN, DAN RUMAH KEBANGSAAN

Published by achmad dharmawan on

Hari ini 11-12/12/2018 Majelis Ulama Indonesia (MUI) bekerjasama dengan Badan Kesatuan
Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Provinsi Jawa Tengah menggelar Kegiatan Silaturrahim
Kebangsaan bertajuk “Merawat Keberagaman Indonesia” di Hotel Laras Asri Salatiga. Gawe penting
ini digelar dalam momentum yang tepat, di tengah masa kampanye terlama, 6,5 bulan, dalam
sepanjang sejarah pemilihan umum (pemilu) di Indonesia. Durasi panjang masa kampanye ini, terasa
sekali ikut andil bagi munculnya potensi-potensi gesekan meskipun masih sebatas via media sosial,
akan tetapi auranya cenderung tidak produktif, bagi upaya menciptakan pemilu yang
membahagiakan.
Silaturrahim kebangsaan ini, dihadiri oleh Ketua MUI dan Ketua Forum Kerukunan Umat
Beragama (FKUB) Kabupaten/Kota se-Jawa Tengah, ditambah utusan pengurus FKUB non-Muslim
masig-masing kabupaten/kota satu orang. Sebagai narasumber, sesepuh dan Gubernur Jawa Tengah
– waktu itu – Drs. KH. Ali Mufiz, M.PA., Kepala Kantor Kementerian Pertahanan RI Jawa Tengah,
Marsma TNI AU Latif Ainul Yaqin, SE, MM, dosen senior Undip dan Ketua FKUB Jawa Tengah Prof.
Mudjahirin Thohir, MA, Rektor Unnes Prof. Fathur Rokhman, M.Hum, dan di hari kedua, Gubernur
Jawa Tengah H Ganjar Pranowo, SH, Pangdam IV Diponegoro, dan Kapolda Jawa Tengah.
Indonesia adalah negeri kepulauan laksana irisan surga karunia Allah Tuhan Yang Maha
Pencipta, dengan kekayaan multi etnis, multi kultur, multi agama, dan multi bahasa yang sudah
teruji oleh sejarah dan akan terus mampu merawat keberagaman sebagai sunnatuLlah. Provinsi Jawa
Tengah yang merupakan salah satu provinsi barometer keharmonisan wilayah Indonesia,
memerlukan kearifan dan kecerdasan komunal dalam membingkai keragaman dan kerukunan
antarumat Islam, antarumat beragama. Karena keragaman atau kemajemukan adalah karunia Allah
yang sungguh indah.
Laksana sebuah orkestra, yang hanya akan terasa indah, harmoni, dan menghadirkan
kesyahduan dan kerancakan irama, justru karena merupakan alunan dan perpaduan alat musik
dengan suara yang berbeda. Ia akan menghadirkan keindahan dan kolaborasi nilai dan pesan
kekompakan, manakala dimenej oleh seorang konduktor yang piawai, arif nan bijak, dalam
memposisikan masing-masing pemusik dari masing-masing alat musik. Alunan musik yang indah,
harmoni, dan rampak, akan mampu membawa pesan-pesan kedamaian, kesejajaran, dan
persaudaraan sejati, dengan pesan keadilan, kesetaraan, dan kebersamaan.
Oleh karena itu, kemajemukan dan keragaman ini harus terus menerus dijaga, dengan spirit
kasih sayang, saling menghormati, saling tolong menolong antara sesama anak bangsa, membangun
persaudaraan Islamiyah (ukhuwwah Islamiyah), persaudaraan sesama anak bangsa (ukhuwwah
wathaniyah), dan persaudaraan sesama anak manusia (ukhuwwah insaniyah). QS. Al-Hujurat: 13
berpesan, bahwa Allah menciptakan manusia terdiri dari laki-laki dan perempuan, dijadikan hidup
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, adalah untuk saling mengenal. Pesan penting (main message)-
nya adalah agar di antara mereka saling mengenal (ta’aruf) saling tolong menolong, saling
menyayangi, dan saling menghormati dalam bingkai kebangsaan Indonesia dan menjadi manusia-
manusia yang paling mulia di sisi Allah Tuhan Yang Maha Kuasa, menjadi hamba-hamba yang paling
bertaqwa, mengikuti sunnah-Nya.

1 Prof. Dr. Ahmad Rofiq, MA. Wakil Ketua Umum MUI Provinsi Jawa Tengah, Guru Besar dan Direktur
Pascasarjana UIN Walisongo Semarang.

Even politik atau sering disebut pesta demokrasi yang pilihannya melalui demokrasi langsung
atau one man one vote atau “satu orang satu suara” memang tidak membedakan kualifikasi antara
masing-masing warga negara yang berbeda strata pendidikan, pengetahuan, dan satus sosialnya.
Akan tetapi tampaknya, pilihan ini yang diyakini masih yang terbaik, dengan segala konsekuensinya.
Karena semua warga negara bangsa ini, ikut memberikan suara atau kesaksian mereka, dalam
memilih pemimpinnya baik eksekutif maupun legislatif. Untuk itu, pemilu 17/4/2019 guna memilih
presiden-wakil presiden, anggota DPR-RI, DPD-RI, DPRD Provinsi, dan Kabupaten/Kota hanyalah
instrumen politik, adalah even memilih yang terbaik dari para calon yang ada. Oleh karena itu, tidak
semestinya instrumen – atau wasilah meminjam bahasa Ulama – menjadi tujuan, apalagi sampai
merusak nilai-nilai dan sendi-sendi persaudaraan yang sudah berpuluh-puluh tahun dirawat dan
dijaga dengan baik.
Indonesia adalah Rumah Kita. Meminjam pesan Rasulullah saw, “baitii jannatii” artinya
“rumahku adalah surgaku”. Oleh karena itu, sewajarnya kita meneladani dan mengindahkan pesan
bijak beliau, “Indonesia adalah Rumahku” dan “Rumahku adalah Surgaku” maka “Indonesia adalah
Surgaku”. Di negeri yang damai, berbalut keindahan alam, kehalusan budi pekerti bangsanya,
manakala kita bisa dan mampu hidup berdampingan, maka kita bisa membayangkan betapa indah,
nyaman, dan bahagianya kita, laksana hidup di surga. Tak ada konflik, tak ada kebisingan, tak ada
suara-suara yang sia-sia. Yang ada adalah keindahan, persaudaraan penuh kasih sayang, dan saling
hormat-menghormati, dan tolong menolong. Kalaupun dirasa ada yang “bocor” atau ada bagian
yang “rusak”, maka tidak fondasi atau pilarnya yang dirobohkan, tetapi kita perbaiki bersama-sama.
Atau misalnya “kebanjiran”, mari kita “mengungsi” mencari tempat yang aman sementara, setelah
itu kita bersihkan dan jaga agar indah kembali, agar kita nyaman menghuninya bersama-sama.
Indonesia adalah Rumah Kebangsaan kita. Wajar juga jika MUI melalui para Ulama, Zu’ama,
dan para Cendekiawannya, bersama Pemerintah, para tokoh Politik, tokoh Agama, tokoh
Masyarakat, dari semua komponen bangsa menjadi pelopor dan berada di garda depan merawat
keragaman demi kenyamanan, kesentausaan, dan kebahagiaan dalam naungan Rumah Kebangsaan
kita, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Allah a’lam bi sh-shawab.

Silahkan Hubungi Kami