“BERBURU” KEBERKAHAN DI “RUMAH ALLAH”
Assalamualaikum wrwb.
Alhamdulillah wa syukru liLlah. Atas kuasa dan kehendak Allah, tentu persetujuan Rektor UIN Walisongo, dan Kakanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah, saya berkesempatan untuk menjadi petugas mendampingi jamaah haji ke tanah suci, Makkah al-Mukarramah dan Madinah al-Munawwarah. Marilah kita syukuri anugrah dan karunia-Nya, semoga kesempatan ini tidaklah yang terakhir, tetapi masih diijinkan untuk yang akan datang, baik untuk ibadah haji atau umrah.
Shalawat dan salam mari kita senandungkan untuk Baginda Rasulullah Muhammad saw, keluarga, sahabat, dan pengikut yang istiqamah meneladani beliau, sebagai hamba Allah yang sangat tawadlu’ dan senantiasa bersyukur. Semoga semua urusan kita dimudahkan oleh Allah, dan kelak di akhirat kita mendapat syafaat beliau.
Allah ‘Azza wa Jalla menegaskan:
إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبَارَكًا وَهُدًى لِلْعَالَمِينَ
“Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadah) manusia ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi manusia” (QS. Ali Imran: 96).
فِيهِ آيَاتٌ بَيِّنَاتٌ مَقَامُ إِبْرَاهِيمَ ۖ وَمَنْ دَخَلَهُ كَانَ آمِنًا ۗ وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا ۚ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ
“Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim. Barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalannan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji) maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam” (QS. Ali Imran: 97).
Saudaraku, tahun ini dari Indonesia sebanyak 221.000 jamaah menjalankan ibadah haji, baik yang reguler maupun jamaah haji khusus. Di luar musim haji, jamaah umrah dari Indonesia merulakan terbesar kedua setelah Pakistan (www.republika.co.id, 13/8/2018). Statistik terbaru dari Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi, hingga pertengahan tahun ini sudah mencapai 6,75 juta visa telah dikeluarkan. Ini sejalan dengan visi Saudi 2030, kata Menteri Haji dan Umrah Arab Saudi, Mohammed Saleh Banten. Indonesia mencapai 875.958 orang mengalami kenaikan 25 persen dari tahun lalu.
Keberkahan artinya ziyadatu khairin atau bertambahnya kebaikan. Pada siapa keberkahan itu, tentu kepada hamba-hamba Allah yang “memburu” atau orang-orang yang ingin mendapatkannya. Tentu secara umum, orang-orang yang melaksanakan ibadah haji dan umrah, khususnya yang di dalamnya ada kegiatan thawaf dan shalat menghadap Ka’bah sebagai kiblat secara fisik, karena pada hakikatnya adalah menghadap Allah ‘Azza wa Jalla.
Seorang mufassir Mutawalli Asy-Sya’rawi dalam al-Hajj al-Mabrur mengatakan, baitul haram telah memberikan keberkahan yang melimpah ruah, keberkahan ridha, perlindungan diri manusia, keberkahan iman, keberkahan rasa takut, cinta, rasa harap kepada Allah. Penulis sendiri, dan juga tidak jarang saat sedang dalam putaran thawaf mengelilingi Ka’bah, tak mampu menahan tangis dan tetesan air mata, karena besarnya rasa harap, ingin segera dibersihkan semua dosa dan residu dosa vertikal yang telah menutupi diri kita.
Untuk mampu mendapatkan pancaran dan siraman keberkahan itu, yang mutlak diperlukan adalah membuang segala macam sifat dan sikap angkuh, sombong, takabbur, dan egoisme atau ananiyah fardiyah dalam diri kita. Selama diri kita masih menyimpan sifat dan sikap-sikap tidak terpuji tersebut, maka percikan dan siraman keberkahan dari Allah Dzat Yang Menyayangi kita, tidak akan merasuk dan memberi kesejukan yang akan menyadarkan diri kita, bahwa prosesi ibadah kita apakah shalat atau thawaf sesungguhnya adalah proses pencucian diri kita.
Dalam bahasa tasawwuf, laksana cermin, sifat, sikap, dan dosa yang mengotori diri kita, apalagi yang berpuluh-puluh tahun menduduki jabatan, dan merasa dirinya paling dibutuhkan oleh orang lain, sering sikap dan egonya telah “mengunci” dirinya dari keterbukaan untuk menangkap keberkahan dari Allah.
Ka’bah adalah poros alam semesta tujuh langit dan tujuh bumi. Sebagaimana riwayat Mujahid, bahwa Rasulullah saw bersabda : “(Baitullah) al-Haram adalah tanah suci poros tujuh langit dan tujuh bumi)” dikutip Mujahid dari Syu’ab al-Iman karya al-Baihaqy.
Agar kita mampu meningkatkan sensitifitas radar kita, untuk dapat menangkap siraman atau pancaran kesejukan dan keberkahan dari Allah dan mampu menyucikan diri kita, mari kita simak seksama dan tanamkan dalam diri kita wanti-wanti Rasulullah saw berikut: “Akan datang suatu masa, orang menunaikan ibadah haji untuk piknik, untuk berdagang, dan untuk meminta-minta”. Karena itu, mari kita luruskan niat kita, bahwa kita diberi kesempatan menjadi tamu Allah, adalah semata-mata untuk beribadah, melengkapi keber-Islaman kita, semoga Allah ‘Azza wa Jalla menerima ibadah haji kita menjadi haji yang mabrur. “Haji yang mabrur, tidak ada balasan kecuali surga” (Riwayat al-Bukhari dan Muslim).
Allah a’lam bi sh-shawab.
Wassalamualaikum wrwb.
Tsrawat Zamzam, Misfalah Mekkah, 13/8/2018.