UIN WALISONGO DAN GENERASI MUSLIM MODERAT

Published by achmad dharmawan on

Assalamualaikum wrwb.

Marilah kita bersyukur ke hadirat Allah ‘Azza wa Jalla. Hanya atas karunia dan pertolongan-Nya kita sehat afiat dan dapat menjalankan aktifitas kita hari ini, tanpa halangan yang mengganggu. Shalawat dan salam mari kita senandungkan mengiringi Allah dan Para Malaikat yang senantiasa bershalawat pada junjungan kita Muhammad Rasulullah saw, keluarga, sahabat, dan para pengikut beliau. Semoga Allah Ta’ala senantiasa memberi kemudahan dan kelak di akhirat kita akan mendapat syafaat dari beliau.

Hari ini, 25/7/2018 UIN Walisongo menggelar ujian jalur mandiri (UJM) sebagai salah satu proses seleksi masuk menjadi mahasiswa. UJM yang kuotanya paling banyak 30 persen dari rencana jumlah mahasiswa yang akan diterima sekitar 4.000-an mahasiswa, setelah ada SNAMPTN, SBMPTN, dan SPANPTKIN. Peserta UJM ini diikuti sebanyak 3.563 calon mahasiswa-mahasiswi, terdiri dari kelompok IPA/IPC sebanyak 1.344 orang, dan kelompok IPS sebanyak 2.219 orang.

Transformasi IAIN ke UIN, yang telah berjalan tiga tahun, menjadikan tantangan, tugas, dan tanggung jawab Pimpinan dan Karyawan UIN Walisongo ke depan semakin berat. Karena selain, kampus yang menggunamakan “nama besar” Walisongo, dengan “warisan tugas” untuk berdakwah mengajak Islam dengan mengolaborasikan Islam sebagai ajaran yang rahmatan lil alamin, juga dituntut untuk menghasilkan generasi muda yang handal, dengan pemahaman dan penbamalan agama secara moderat, harus juga menghasilkan lulusan yang memiliki keunggulan kompetitif (competitive advantage) yang siap menjadi pemimpin di masa depan.

Dalam perspektif seleksi, jika pendaftar makin banyak, maka dapat dipastikan, hasilnya harus lebih baik dan lebih berkualitas. Calon mahasiswa yang lebih berkualitas akan memudahkan manajemen pembelajaran dan dari durasi waktu yang dibutuhkan, akan lebih pendek. Apalagi aturan mengharuskan PT mengelola penyelenggaraan pendidikan secara efisien dan efektif, dengan lulusan yang unggul prestasi dan berkhlak mulia (akhlaq al-karimah).

UIN Walisongo telah menetapkan visinya sebagai “Perguruan Tinggi Islam Riset Terdepan berbasis Kesatuan Ilmu dan Agama, untuk Kemanusiaan dan Peradaban tahun 2038”. Visi yang meniscayakan adanya kerja keras, sistemik, sistematik, simbiotik-mutualistik, sinergis, dan integralistik. Selain itu, kompetensi dan kapasitas sumber daya insani (SDI)-nya harus memadai, tidak ada lagi istilah “jeruk makan jeruk”.

Kualitas dan kuantitas tenaga pengajar dan tenaga kependidikan selain harus memadai dan terukur dari semua komlonen standar nasional pendidikan, baik dari segi kualitas keilmuannya maupun jumlah atau rasio antara jumlah dosen dan mahasiswa. Hal lain yang tidak kalah penting yang perlu menjadi kesadaran bersama, adalah misi UIN Walisongo selain sebagai lembaga akademik, tidak bisa dipisahkan dengan peran dan fungsinya sebagai lembaga dakwah.

Di tengah ramainya perdebatan di media sosial tentang Islam Nusantara yang oleh sebagian orang dianggap sebagai “bid’ah” karena seakan “Islam Nusantara” itu sudah keluar dari Islam yang sebenarnya. Ada yang menuduh sebagai “bagian dari kelompok liberal” yang serba permisif terhadap berbagai khurafat dan berbagai prilaku bid’ah yang bermula dari tradisi dan kearifan lokal. Masih banyak kesalahpahaman muncul, karena belum faham apa sesungguhnya yang dimaksud dengan Islam Nusantara.

Lebih dari itu, UIN Walisongo yang sudah mendeklarasikan sebagai “Rumah Kebangsaan” untuk menyemai generasi muda yang beragama (Islam) secara moderat (wasathiyah), toleran (tasamuh), berimbang (tawazun), berdasarkan prinsip persaudaraan (ukhuwwah Islamiyah, wathaniyah, dan basyariyah), guna membangun dan membumikan nilai-nilai kemanusiaan dan peradaban yang sekaligus memiliki spirit dan rasa kebangsaan ke-Indonesiaan yang kokoh.

Komitmen UIN Walisongo untuk “mewarisi dan meneruskan” ajaran dan metode dakwah Walisongo dengan mengolaborasikan antara ajaran Islam yang rahmatan lil ‘alamin dengan kearifan dan nilai-nilai lokal sepanjang tidak bertentangan dengan syariat. Sekiranya dirasa masih ada yang dinilai belum sesuai, maka secara perlahan dan persuasif, dilakukan “Islamisasi” secara bertahap dan pendekatan damai.

Agaknya, susah dibayangkan seandanya dakwah dilakukan dengan cara “kekerasan, mudah mengafirkan, dan memaksakan kehendak” pihak lain. Para Ulama dan Walisongo, melaksanakan dakwah dengan damai, bahkan dengan mengadaptasi tradisi dan kearifan lokal. Indonesia yang waktu itu, nama Indonesia belum “lahir”, dari yang semula penganut animisme dan dinamisme, bahkan penganut agama non-Islam, pemeluk Islam sempat berada di angka 90 persen. Ini tidak mungkin bisa diraih, apabila dalam berdakwah menggunakan cara-cara kekerasan, menghakimi, apalagi membenci.

Rasulullah saw sendiri mencontohkan sifat dan sikap lemah lembut (layyin), pemaaf, dan bahkan senantiasa memohonkan ampunan kepada orang lain. Yang jelas beliau adalah pekerja keras dan berdakwah secara sungguh-sungguh, namun beliau sangat rendah hati, dan bertawakkal atau pasrah diri kepada Allah (QS. Ali Imran: 159).

Dakwah adalah mengajak, bukan membajak. Dakwah adalah menyayangi yang didakwahi, bukan membenci atau memprovokasi. Dakwah asalah membina, bukan membinasakan. Dakwah adalah menghormati, bukan mencaci maki. Dakwah ada merangkul bukan memukul. Dakwah adalah memberi pencerahan bukan mengajak dengan kekerasan. Rasulullah saw mengajarkan berdakwah dengan bijaksana (hikmah), nasehat yang baik (mau’idhah al-hasanah), dan berdebat (mujadalah) yang lebih baik (QS. An-Nahl : 125).

Selamat datang para calon mahasiswa UIN Walisongo, kalau pun seandainya ada yang belum lulus, setidaknya masih bisa “mengadu” sukses di tahun depan. Kepada yang nanti lulus, selamat bergabung menjadi “keluarga besar” atau sivitas akademika UIN Walisongo, mari kita bangun kemanusiaan dan peradaban Indonesia ini, agar Indonesia menjadi lebih beradab dan memanusiakan manusia. Kita masih terus berupaya dan menggantung harapan Indonesia, pada saatnya akan terwujud sebagai “baldatun thayyibatun wa Rabbun Ghafur”.

In uriidu illaa l-ishlaah maa istatha’tu wa maa taufiiqii illaa bi Allah. Hasbuna Allah wa ni’ma l-wakiil ni’ma l-maulaa wa ni’ma n-nashiir.

Wassalamualaikum wrwb.

Majelis Ujian Promosi, Pascasarjana UIN Walisongo, 25/7/2018.

Silahkan Hubungi Kami