BELAJAR KUALITAS, KOMITMEN, DAN IKHLAS DARI PERANG BADAR

Published by achmad dharmawan on

http://kingstonroadvillageto.com/

Assalamualaikum wrwb.
      Mari kita syukuri anugrah dan karunia Allah yang tak terhingga. Sadar atau tidak, kita mampu merasakan atau tidak, hidup kita ini tergantung atas pertolongan dan anugrah Allah. Semoga kita mampu memanfaatkan nikmat dan karunia-Nya untuk meningkatkan kualitas iman dan taqwa kita. Shalawat dan salam mari kita wiridkan untuk Baginda Rasulullah Muhammad saw, keluarga, sahabat, dan para pengikut yang istiqamah meneladani beliau. Semoga urusan kita dimudahkan oleh Allah, dan kelak di akhirat kita mendapat syafaat beliau.
      Salah satu peristiwa besar yang dialami Rasulullah saw bersama para Sahabat yang terjadi pada bulan Ramadlan adalah perang badar. Pertempuran Badar (bahasa Arab: غزوة بدر, ghazwāt badr), adalah pertempuran besar pertama antara umat Islam melawan musuh-musuhnya (). Perang ini terjadi pada 13 Maret 624 Masehi atau 17 Ramadan 2 Hijriah. Pasukan kaum Muslim hanya berjumlah 313 orang bertempur menghadapi pasukan Quraisy dari Mekkah yang berjumlah 1.000 orang. Setelah bertempur habis-habisan sekitar dua jam, pasukan Muslim menghancurkan barisan pertahanan pasukan Quraisy, yang kemudian mundur dalam kekacauan.
       Sebelum pertempuran ini, kaum Muslim dan penduduk Mekkah telah terlibat dalam beberapa kali konflik bersenjata skala kecil antara akhir 623 sampai dengan awal 624, dan konflik bersenjata tersebut semakin lama semakin sering terjadi. Tampaknya, orang kafir Quraisy memperhitungkan, jika kaum mauslim hang hijrah ke Madinah tidak diserang,  besar kemungkinan akan menjadi besar dan siap mengalahkan mereka.
        Sejatah mencatat, Pertempuran Badar merupakan pertempuran skala besar pertama antara kedua kekuatan itu. Muhammad saat itu sedang memimpin pasukan kecil dalam usahanya melakukan pencegatan terhadap kafilah Quraisy yang baru saja pulang dari Syam. Ketika itu Beliau dikejutkan oleh keberadaan pasukan Quraisy yang jauh lebih besar. Pasukan Muhammad yang sangat berdisiplin bergerak maju terhadap posisi pertahanan lawan yang kuat, dan berhasil menghancurkan barisan pertahanan Mekkah sekaligus menewaskan beberapa pemimpin penting Quraisy, antara lain ialah Abu Jahal alias Amr bin Hisyam.
       Saudaraku, dari jumlah personel, kekuatan kaum Muslim hanya sepertiga kurang dari jumlah personel orang Qiraisy. Tetapi inilah pelajaran penting yang kita bisa ambil. Mari kita simak secara saksama peringatan Allah:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ (*) كَبُرَ مَقْتًا عِندَ اللَّهِ أَن تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ (*) إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفًّا كَأَنَّهُم بُنْيَانٌ مَّرْصُوصٌ
“Wahai orang-orang yang berman kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengagakan apa-apa yang tisak kamu kerjakan. Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang di jalan-Nya dalam barusan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh” (AS. Ash-Shaf:2-4).
       Ayat tersebut di atas menegaskan, pertama, perlunya komitmen atas apa yang kita katakan. Di sinilah penting ya komitmen dan kejujuran antara apa yang kita katakan dan kerjakan. Kedua, perlunya kerjasama yang padu, erat, dan kokoh. Laksana tembok “besar” dan kokoh dan tidak mudah diterjang oleh badai dan ombak apapun. Ketiga, kualitas dan kesiapan mental menjadi sangat penting dan kekuatan dahsyat. “Minoritas” atau “kelompok kecil” yang berkualitas jauh lebih baik, daripada jumlah besar tetapi tidak berkualitas. Sejatinya, kualitas itulah yang sangat menentukan. Tentu akan lebih dahsyat lagi, jika banyak san berkualitas. Biasanya memang secara alamiah, karena jumlah besar itu, menjadi tidak “berorientasi” kualitas. Ujung-ujungnya mereka tidak menjadi obyek, akan tetapi menjadi subyek dalam suatu urusan. Keempat, adalah komitmen, niat yang teguh tetap berada di jalan-Nya. Fokus pada tujuan dan target, tidak berpaling pada orientasi duniawi, seperti dalam pengalaman perang Uhud. Allah yang menolong kekuatan kaum Muslim:
وَإِذْ يَعِدُكُمُ اللَّهُ إِحْدَى الطَّائِفَتَيْنِ أَنَّهَا لَكُمْ وَتَوَدُّونَ أَنَّ غَيْرَ ذَاتِ الشَّوْكَةِ تَكُونُ لَكُمْ وَيُرِيدُ اللَّهُ أَن يُحِقَّ الْحَقَّ بِكَلِمَاتِهِ وَيَقْطَعَ دَابِرَ الْكَافِرِينَ
“Dan (ingatlah), ketika Allah menjanjikan kepadamu bahwa salah satu dari dua golongan (yang kamu hadapi) adalah untukmu, sedang kamu menginginkan bahwa yang tidak mempunyai kekuatan senjatalah yang untukmu, dan Allah menghendaki untuk membenarkan yang benar dengan ayat-ayat-Nya dan memusnahkan orang-orang kafir” (Al-Anfal: 7).
Karena jumlah kecil yang berkualitas itu, lebih dahsyat katimbang jjmlah besar namun “lembek” seperti “buih” di samudra, yang tidak pernah mampu bertahan dari tiupan angin saja.
 … كَم مِّن فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ
“…Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar” (AS. Al-Baqarah: 249).
      Saudaraku, sebagai bangsa terbesar keempat dunia, Indonesia sangat membutuhkan orang-orang yang berkualitas. Seandainya, kaum Muslim di negeri ini berkualitas, beriman dan bertaqwa secara berkualitas, maka keberkahan Allah dari langit dan bumi akan dilimpahkan oleh Allah.
      Sudah saatnya kita semua, komponen bangsa Indonesia yang kita cintai ini, bekerja keras, bergandeng tangan, kompak, bersatu, dan bersaudara secara kokoh, agar mampu menjadi negara besar yang berkualitas, dan berlimpah keberkahan. Sebagaimana dijanjikan oleh Allah ‘Azzawa Jalla:
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِن كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُم بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah sari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami itu), maka Kami sksa mereka disebabkan perbuatannya” (QS. Al-A’raf: 96).
       Semoga di bukan Ramadlan ini, puasa kita diterima oleh Allah, dan kita bisa mengambil pelajaran dari peristiwa besar yang terjadi pada tahun kedua Hijriyah, dengan belajar dan berusaha meningkatkan kualitas diri kita masing-masing.
Allah a’lam bi sh-shawab.
Wassalamualaikum wrwb.
Ngaliyan Semarang, 23/5/2018.
Silahkan Hubungi Kami