Diponegoro

Published by achmad dharmawan on

Tanggal 4 Mei 2018
Diponegoro
Oleh: Ahmad Hasan Asy’ari Ulama’i

Tanggal 4 Mei diperingati sebagai hari bersejarah bagi kehidupan pahlawan nasional Pengeran Diponegoro yang diasingkan dari bumi Jawa, tepatnya pada tahun 1830. Dalam catatan versi Peter Carey, Diponegoro hengkang dari Jawa karena malu sebagai Kanjeng Sultan Ngabdul Khamid Herucakra Kabirul Mu’minin Sayidin Panatagama Rasulullah SAW ing Tanah Jawi tidak dapat memberikan kemenangan terhadap masyarakat Jawa. Perjalanan inilah yang ikenal kemudian sebagai perjalanan tidak kembali lagi (Rubicon), sebab Pangeran Diponegoro akhirnya wafat sbelum menginjakkan kembali tanah Jawa tempat kelahirannya. (https://indonesiana.tempo.co/read/126528/2018/05/03/irfantoni77/peristiwa-4-mei-1830-dan-perjalanan-rubicon-diponegoro)
Bagaimanapun pemberitaan terhadap Pangeran Diponegoro, beliau adalah pahlawan bagi negeri Indonesia yang kita cintai ini, sosok muslim bahkan ada yang menyebutnya sebagai ulama ini menggambarkan perjuangan untuk kemerdekaan negerinya dari penjajah bukan untuk kepentingan pribadinya sekalipun harus mengorbankan nyawanya. Inilah yang banyak bertolak belakang dengan fenomena kekinian, di mana seseorang demi dirinya atau kelompoknya sanggup mengorbankan orang lain.
Perjuangan Pangeran Diponegoro inilah yang disebut sebagai jihad fi sabilillah, sebab upaya membebaskan diri dari kedzaliman penjajah merupakan perjuangan di jalan Allah, lebih-lebih semangatnya untuk mewujudkan negeri ini yang thayyib (nyaman untuk dihuni dan dijadikan lahan kehidupan). Sebaliknya jihad yang disuarakan untuk mewujudkan diri sebagai penguasa bukan dalam rangka mensejahterakan, bahkan menimbulkan keresahan serta ketidak nyamanan bukan merupakan jihad fi sabilillah, melainkan fi sabilit thaghut. Jalan thaghut adalah jalan untuk berkuasa dictator, menghalalkan segala cara untuk mewujudkannya bahkan lebih sempit menghancurkan smeua penghalangnya, sehingga sanggup menghalalkan apa yang Allah haramkan seperti mencuri, merampok, menodai, mengancam hingga membunuh jiwa yang Allah haramkan atasnya, jangankan sesama muslim dengan yang non muslimpun Nabi Saw tidak mengizinkannya, sebagaimana HR al-Bukhari
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ قَتَلَ مُعَاهَدًا لَمْ يَرِحْ رَائِحَةَ الْجَنَّةِ وَإِنَّ رِيحَهَا تُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ أَرْبَعِينَ عَامًا
Dari Abdullah bin Amr Ra., dari Nabi Saw, beliau bersabda: siapa yang membunuh non muslim yang ada dalam lindungan, maka ia tidak akan mencium aroma surga, padahal aromanya dapat dijangkau perjalanan 40 tahun.
Mari kita kenang perjalanan Diponegoro sebagai mujahid di negeri kita ini, mari hentikan segala keburukan yang ditimbulkan atas nama jihad, karena jihad bagi muslim adalah berjuang untuk memperbaiki bukan untuk merusak yang ada.

Categories: GAGASAN

Silahkan Hubungi Kami