Soeharto

Published by achmad dharmawan on

Tanggal 27 Januari 2018
Soeharto
Oleh: Ahmad Hasan Asy’ari Ulama’i

Tanggal 27 Januari 2008 merupakan wafatnya mantan presiden RI kedua Soeharto, terlepas kekurangan yang dimilikinya, telah banyak pula kebaikan yang banyak pula. Ia telah memimpin negeri Indonesia dari tahun 1968 sampai dengan 1998. Oleh sebab itu kita doakan semoga Allah ampuni dosanya dan ditempatkan yang terbaik di sisi-Nya.
Ada banyak stiker di belakang box truk atau kendaraan yang memajang foto mantan presiden ini dengan tulisan di sisinya “piye kabare? Enak zamanku to?..mungkin ungkapan ini mewakili sebagian yang menilai zaman sekarang lebih tidak nyaman dari zaman sebelumnya yaitu era Soeharto mungkin mereka membaca dari beberapa situasi kemudian dibandingkan antara zaman sekarang dengan zaman Soeharto dulu.
Terkadang mereka mengukur dari harga-harga sembako, sekarang mahal dulu murah. Dari sisi keamanan, dulu premanisme tidak terang-terangan, sekarang banyak preman terang terangan. Dari sisi stabilitas politik, dulu lebih stabil saat ini membingungkan dan sejumlah alasan yang menjadikan pembenaran dari ungkapan “enak zamanku to?”.
Ungkapan ini seharusnya menjadi pecut bagi pemerintahan saat ini untuk bias menjawab keluhan tersebut, namun di sisi lain juga masyarakat untuk mundur ke belakang, mengingat saat ini kemajuan terus bergerak, maka mengikuti kemajuan dengan berbagai konsekwensi yang menyertainya menjadi tantangan kita untuk menjawab berbagai masalah zamannya.
Hal ini senada dengan sebuah hadis Nabi Saw (HR Muslim)
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بن مسعود رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ يَجِيءُ أَقْوَامٌ تَسْبِقُ شَهَادَةُ أَحَدِهِمْ يَمِينَهُ، وَيَمِينُهُ شَهَادَتَهُ
Dari Abdullah bin Mas’ud ra: dari Nabi Saw, beliau bersabda: sebaik-baik era adalah zamanku, kemudian diikuti zaman berikutnya, lalu berikutnya, lalu datang suatu kaum yang mendahului kesaksian dengan sumpahnya, dan sumpahnya menjadi kesaksiannya (kesaksian palsu)
Seolah hadis ini mengajari kita bahwa zaman yang baik adalah zaman yang bersih dari unsur sumpah-sumpah palsu, maknanya bahwa baiknya zaman itu dengan ukuran tertentu menjadi terukur, jadi tidak jeneralisasi pokoknya semakin ke kebelakang zaman maka semakin buruk melainkan dibatasi standar itu dengan perspektifnya.
Mari kita ciptakan zaman kita ini menjadi zaman yang terbaik, yang konsern di politik lakukan yang terbaik, yang bekerja di bidang ekonomi juga bekerja dengan baik, yang bekerja di pendidikan juga melakukan yang terbaik, yang di bidang sosial, keamanan, budaya, seni, dan lainnya juga melakukan yang terbaik, insyaallah akan tercipta zaman terbaik, bukan hanya menuntut bidang lain atau mengkritisi bidang lain sementara bidang yang digeluti sendiri tidak diperjuangkan untuk yang terbaik, naudzu billah.
Ayo jadikan ungkapan “enak zamanku to?” (Soeharto) sebagai motivasi bangkit dari keterpurukan menuju kemajuan.

27 januari

Silahkan Hubungi Kami