Garuda

Published by achmad dharmawan on

Tanggal 26 Januari 2018
Garuda
Oleh: Ahmad Hasan Asy’ari Ulama’i

Tanggal 26 Januari 2018 merupakan hari lahir ke 69 maskapai penerbangan nasional Garuda Indonesia. Transportasi udara dengan bangga menggunakan nama lambang Negara RI ini merupakan transportasi udara yang masih menjadi idola pertama sebelum maskapai lain di negeri ini.
Hal ini didukung oleh layanan yang baik dan ketepatan jadwal, sekalipun akhir-akhir ini sudah mulai kendur, selain itu masyarakat masih lebih merasa safety terbang bersama Garuda dari pada penerbangan nasional lainnya, bukan berarti Garuda tidak pernah mengalami musibah, namun dibandingkan dengan yang lainnya masih dinilai masyarakat sebagai transportasi yang relative aman.
Tercatat sejak tahun 1967, setidaknya 14 musibah yang menyebabkan beberapa nyawa melayang menimpa maskapai penerbangan ini (https://id.wikipedia.org/wiki/Garuda_Indonesia), sudah barang tentu peristiwa ini membawa dampak trauma, pobia bagi pengguna transportasi di Indonesia, sekalipun banyak juga yang tidak terpengaruh oleh hal tersebut dengan semangat mereka menyatakan bahwa yang mengatur ini semua adalah Yang di atas sana (Tuhan maksudnya).
Sebagai masyarakat Indonesia khususnya umat Islam seharusnya bangga karena memiliki sarana yang mampu memperlancar perjalanan jauh yang dikelola anak negeri, bahkan setiap musim haji, Garuda marupakan maskapai resmi pengantar jamaah haji Indonesia yang sangat besar untuk menjalankan ibadah haji dan umrah di tanah suci Mekkah al-Mukarramah.
Sekalipun demikian bukan tanpa problem, bagi umat Islam melakukan perjalanan sekitar 11 jam hingga 12 jam sudah barang tentu bertemu dengan waktu-waktu shalat, lahirlah perdebatan fikih seputar shalat di atas pesawat, soal wudu atau tayammum di dalamnya, berjamaah atau secara individual, jika berjamaah apakah perlu menata saf laki-laki dan perempuan, mengikuti waktu setempat atau waktu asal, memulai miqat di pesawat atau di darat dan sejumlah problem fikh yang sebagiannya dapat disepakati namun ada yang tidak dapat disepakati.
Garuda sebagai alat transportasipun, demikian pula dengan pesawat lainnya menjadi sebab munculnya dialog keagamaan begitu rupa hingga melahirkan hasil-hasil ijtihad yang sangat beragam dan dinamis, sekalipun riak-riak kecilpun menambah jarak perbedaan antar pendapat yang berbeda.
Problem ini sudah barang tentu menambah sederet persoalan teknis, SDM atau kru pesawat dan lainnya, intinya kehadiran sosok apapun akan melahirkan masalah, tapi hal tersebut untuk tidak menjadi penghambat justru sebagai pendorong lahirnya pengetahuan baru hingga pembaruan-pembaruan di dalamnya.
Selamat kepada Garuda yang telah mewarnai kehidupan bangsa Indonesia sekaligus mendorong lahirnya pengetahuan dan perkembangan ilmu pengetahuan termasuk dalam dunia ilmu-ilmu keislaman.
26 januari

Silahkan Hubungi Kami