MERENUNGKAN “FENOMENA” GUNUNG MERAPI, GEMPA BUMI, DAN GERHANA BULAN TOTAL

Published by achmad dharmawan on

Assalamualaikum wrwb.
Marilah kita syukuri anugrah dan karunia Allah yang telah dilimpahkan pada kita semua. Atas anugrah dan karunia-Nya, kita semua sehat afiat dan dapat melaksanakan aktifitas sebagai ibadah sosial kita. Shalawat dan salam mari kita senandungkan pada junjungan kita Rasulullah Muhammad saw, keluarga, sahabat, dan pengikut yang berkomitmen meneladani beliau. Kita menanti syafaat Rasulullah saw di hari akhirat, dan semua urusan kita dimudahkan oleh Allah.
Saudaraku, belum lama ini kita dikagetkan oleh gunung meletus di Bali, Sinabung, gempa bumi dengan kekuatan 5,2 skala richter, yang dirasakan di Banten dan Jakarta. Sebelumnya, Selasa (23/1) gempa dengan kekuatan 6,4 skala richter yang menyebabkan seribu rumah lebih rusak. Hari Rabu, 31/1 juga ada Gerhana Bulan Total yang akan berawal pada jam 18.48.27 dengan warna merah darah (bloodmoon).
Apakah serangkaian peristiwa alam tersebut di atas, hanyalah semata-mata peristiwa alam biasa, ataukah bentuk peringatan atau warning dari Allah ‘Azza wa Jalla kepada hamba-hamba-Nya, karena ada sebagian yang cenderung “mengumbar” maksiyat, dan sering muncul ketidakadilan yang terjadi bahkan banyak yang terkena operasi tangkap tangan (OTT) baik dari “oknum” pejabat eksekutif, legislatif, dan lebih menyedihkan lagi oleh “oknum” pejabat yudikatif.
Apakah berbagai peristiwa alam tersebut adalah bentuk teguran, ujian, cobaan, atau bahkan adzab yang diturunkan oleh Allah untuk menegur atau mengingatkan manusia yang sebagiannya banyak melakukan prilaku maksiyat dan membangkang dari rambu-rambu dan ajaran agama-Nya. Jawabannya bisa ya bisa tidak. Karena manusia memang tidak ada yang mengetahui secara persis apa yang menjadi rahasia dan kehendak-Nya. Namun demikian, pengalaman sejarah bisa menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi kita, agar kita senantiasa melakukan mawasdiri, introspeksi diri, dan muhasabah guna memperbaiki diri dan akhlaq kita.
Allah ‘Azza wa Jalla menegaskan, bahwa dalam “penciptaan langit dan bumi, peredaran malam dan siang, adalah merupakan tanda-tanda – fenomena, gambaran nyata – (kekuasaan dan kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berfikir (tafakkur, merenung, dan berkontemplasi). Karena tidak ada ciptaan Allah yang diciptakan sia-sia (AS. Ali Imran: 58).
Allah juga menegaskan, bahwa :

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَنَبْلُوكُم بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati, Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan” (AS. Al-Anbiya’: 35).
Pada ayat 41 ditegaskan “Dan sungguh telah diperolok-olokkan beberapa orang rasul sebelum kamu maka turunkah kepada orang yang mencemoohkan rasul-rasul itu adzab yang selalu mereka perolok-olokkan”.
Jika demikian, maka peristiwa alam apakah itu gunung meletus, bencana alam, gempa bumi, termasuk peristiwa gerhana bulan total, secara saintifik bisa dilihat sebagai fenomena alam, akan tetapi tidak ada peristiwa apapun di muka bumi ini, tanpa sepengetahuan dan kehendak Allah.
Ujian yang diberikan oleh Allah kepada manusia memang tidak selalu berbentuk keburukan saja, akan tetapi juga berbentuk kebaikan, kenikmatan, dan berbagai kelebihan lainnya.
Saudaraku, setidaknya kita bisa belajar dari pengalaman warga negeri Saba, yang dulunya dikenal beriman dan bertaqwa serta taat kepada Allah, kemudian dilimpahkan keberkahan dan kemakmuran yang digambarkan sebagai negeri gemah ripah loh jinawi tata tenterem kerta raharja, baldatun thayyibatun wa Rabbun Ghafur:

لَقَدْ كَانَ لِسَبَإٍ فِي مَسْكَنِهِمْ آيَةٌ ۖ جَنَّتَانِ عَن يَمِينٍ وَشِمَالٍ ۖ كُلُوا مِن رِّزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوا لَهُ ۚ بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ

Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (Kepada mereka dikatakan): “Makanlah olehmu rizki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun” (QS. Saba:15).
Dijelaskan pada ayat berikutnya, “tetapi mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr” (QS. Saba: 16).
Saudaraku, pelajaran yang lain kita bisa ambil dari kisah kaum Nabi Luth as yang tidak mau mengikuti ajakan dan usaha Nabi Luth as yang menyediakan putri-putrinya (untuk dinikahinya), akan tetapi mereka menolaknya, karena mereka memilih yang sesama laki-laki alias homoseks. Memperhatikan situasi demikian, Allah mengutus para malaikat untuk mengabarkan kepada Nabi Luth as agar pergi meninggalkan tempat bersama seluruh keluarganya. Simak ayat berikut ini:
قَالُوا يَا لُوطُ إِنَّا رُسُلُ رَبِّكَ لَن يَصِلُوا إِلَيْكَ ۖ فَأَسْرِ بِأَهْلِكَ بِقِطْعٍ مِّنَ اللَّيْلِ وَلَا يَلْتَفِتْ مِنكُمْ أَحَدٌ إِلَّا امْرَأَتَكَ ۖ إِنَّهُ مُصِيبُهَا مَا أَصَابَهُمْ ۚ إِنَّ مَوْعِدَهُمُ الصُّبْحُ ۚ أَلَيْسَ الصُّبْحُ بِقَرِيبٍ

Para utusan (malaikat) berkata: “Hai Luth, sesungguhnya kami adalah utusan-utusan Tuhanmu, sekali-kali mereka tidak akan dapat mengganggu kamu, sebab itu pergilah dengan membawa keluarga dan pengikut-pengikut kamu di akhir malam dan janganlah ada seorang pun di antara kamu yang tertinggal, kecuali isterimu. Sesungguhnya dia akan ditimpa adzab yang menimpa mereka karena sesungguhnya saat jatuhnya adzab kepada mereka ialah di waktu subuh; bukankah subuh itu sudah dekat?” (QS. Hud:81).
Saudaraku, saya tidak bermaksud menyimpulkan bahwa berbagai peristiwa bencana gunung meletus, gempa bumi bahkan terjadi di beberapa negara sekaligus, dan gerhana bukan total, adalah adzab atau siksaan akibat ulah manusia yang ingkar kepada ajaran Allah, akan tetapi tidak ada peristiwa di muka bumi dan di alam ini bisa terjadi tanpa sepengetahuan dan kehendak Allah.
Allah Subhanahu wa Ta’ala menegaskan dalam QS. Al-Hadid: 22:
مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِّن قَبْلِ أَن نَّبْرَأَهَا ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ –
“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melakukan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfudh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah”.
Saudaraku, marilah kita renungkan dan muhasabah selagi kita masih diberi kesadaran oleh Allah. Karena kita hidup di dunia ini, ketika Allah menciptakan kita, perjanjian kita dengan Allah, adalah untuk mengabdi kepada-Nya (QS. Adz-Dzariyat:56). Berbagai peristiwa alam, oleh Allah, memang sudah diberikan hukum alamnya sendiri yang disebut dengan sunnatuLlah (natural law), karena bagi Allah jika menghendaki sesuatu terjadi, berfirman “jadilah, maka terjadi” (kun fa yakun).
Semoga kita senantiasa ditolong oleh Allah, makin rendah hati, tawadlu’, dan melakukan muhasabah agar di sisa umur kita, bermanfaat bagi orang banyak, agama, nusa dan bangsa. Amin.
Allah a’lam bi sh-shawab.
Wassalamualaikum wrwb.

Silahkan Hubungi Kami