DZIKIR “POLITIK” KEBANGSAAN (INDONESIA) ?

Assalamualaikum wrwb.
Segala puji hanya milik Allah. Mari kita syukuri anugrah dan karunia-Nya, agar kesehatan dan kenikmatan yang kita terima dari Allah dapat kita manfaatkan semaksimal mungkin mengikuti perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Shalawat dan salam mari kita senandungkan untuk Baginda Rasulullah saw, keluarga, sahabat, dan para pengikut setia beliau yang istiqamah meneladani beliau. Semoga syafaat beliau, kelak di akhirat akan memayungi kita semua.
Saudaraku, Selasa, 1/8/2017 yang lalu, di Istana Negara Jakarta digelar Majelis Dzikir Kebangsaan (Indonesia). Saya yang menambahkan Indonesia. Karena yang berdzikir adalah sebagian bangsa Indonesia yang menerima undangan dan hadir di Majelis tersebut. Tentu saja, ada banyak ulama yang diundang. Dan yang pasti ulama yang setuju dan boleh jadi terbuasa dengan acara dzikir kebangsaan.
Koran nasional memberitakan gambar dan caption di halaman dua, dalam rubrik politik. Ini memberi pesan, bahwa dzikir kebangsaan adalah kegiatan politik. Itu kira-kira jika penempatan berita tersebut, difahami. Tentu tidak salah, meskipun belum tentu benar. Karena apapun kegiatannya, musik, budaya, dan terlebih kegiatan bernuansa keagamaan, yang terkait dengan term kebangsaan, apalagi bertempat di Istana Negara, maka pasti tidak bisa dihindari adanya tafsir “spekulatif” bahwa itu adalah Dzikir “Politik” Kebangsaan Indonesia.
Tafsir berikutnya, kira-kira yang ada di benak dan pikiran teman-teman yang memiliki seni “political-mindset”, akan memberi tafsir “politik” juga, bahwa “RI-1” sedang membangun “sayap koalisi” versi baru yang boleh jadi agak kontradiksi dengan statemennya beberapa waktu yang lalu, bahwa politik tidak perlu dikait-kaitkan dengan agama. Sudah barang tentu, kontroversi dan silang pendapat pun mengemuka, terlebih di media sosial. Selain memang agak terasa di sisi lain, di negeri ini adanya fenomena “sekularisasi” yang meminjam pendapat Prof. Dr. KH. Ma’ruf Amin, radikalisme sekuler.
Saudaraku, dalam situasi kehidupan politik yang “tensinya” cukup fluktuatif, dari agak panas karena wacana pemanfaatan dana (jamaah) haji yang hampir mencapai 100 trilyun rupiah untuk membiayai pembangunan infrastruktur. Sisa-sisa pilkada DKI juga ikut mempengaruhi atmosfer politik. Belum “dingin” tensi politik, suhu dipanaskan lagi dengan pembubaran ormas HTI setelah lahirnya Perpu No. 2/2017 tentang Ormas. Perpu yang belum berumur satu bulan pun, sudah diajukan yudisial reciew, karena beberapa pihak merasa, bahwa Perpu ini dipandang kontrakdiksi dan menggerus demokratisasi yang dibangun susah payah sejak reformasi.
Apakah kemudian dengan “dzikir kebangsaan” ini, akan berdampak positif sebagaimana Al-Qur’an menjelaskan kepada kita bahwa kita sebagai hamba Allah diperintahkan berdzikir agar senantiasa ingat kepada Allah, dan dengan demikian kita sebagai warga negara bangsa Indonesia ini akan mendapatkan ketenangan. Jawabannya tentu sangat tergantung siapa yang menjawab dan dari perspektif atau mindset dalam melihat even dzikir yang bernuansa spiritual keagamaan dan sekaligus bernuansa “politik” karena memang digelar di Istana Negara. Karena setiap even apapun tidak bisa terlepas dari lokus di mana even itu diselenggarakan dan timing yang menyertainya.
Apabila penafsiran dan pemaknaannya menggunakan “kacamata” politik, boleh jadi akan lahir tafsir, bahwa ini adalah “politisasi” dzikir namun tujuannya adalah “spiritualisasi” politik kekuasaan, agar lahir penyadaran kembali bahwa bangsa Indonesia ini lahir dan diproklamasikan atas dasar kesadaran penuh, selain atas perjuangan para pahlawan, ulama, dan seluruh rakyat Indonesia untuk merebut kemerdekaan meskipun dengan peralatan dan senjata ala kadarnya waktu itu, adalah atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa. Alinea ketiga Pembukaan UUD 1945 menyatakan, “Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya”.
Dalam perspektif demikian, maka dzikir kebangsaan mendapatkan momentum strategis untuk meneguhkan bahwa politik yang sekular, menjadikan tidak mendapatkan tempat di hati, pikiran, dan suasana kebatinan para pemimpin bangsa ini. Karena itu, kita masih layak menggantungkan harapan, negara-bangsa Indonesia ini, semoga makin tawadlu’ dan rendah hati mendekatkan diri kepada Allah ‘Azza wa Jalla.
Seseorang yang masih dan senantiasa berdzikir kepada Allah ‘Azza wa Jalla, adalah indikator kecerdasan. Allah swt berfirman:
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِّأُولِي الْأَلْبَابِ. الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
“Sesunggunhya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kamk, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka” (QS. Ali Imran: 190-191).
Saudaraku, bangsa Indonesia yang penduduknya terbesar keempat dunia, setelah Cina, Amerika, dan India, mayoritas penduduknya atau 87% memeluk agama Islam, merindukan keberkahan dan pertolongan Allah. Karena itu, sepatutnya setelah para pemimpin, pejabat politik, dan para tokohnya bekerja keras, perlu mendekatkan diri dengan rendah hati, beriman dan bertaqwa, bertawakkal kepada Allah SWT. Semoga Allah senantiasa menyiramkan keberkahan. Allah Azza wa Jalla berfirman:
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِن كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُم بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ. الاعراف ٩٦
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya” (QS. Al-A’raf: 96).
Mengakhiri renungan ini, mari kita simak pesan Al-Qur’an berikut:
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللهِ أَلَا بِذِكْرِ اللهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ. الرعد ٢٨
“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati. Ereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allahlah hati menjadi tenteram” (QS. Ar-Ra’du:28).
Semoga dzikir kebangsaan, adalah bagian dari spiritualisasi dan ikhtiar membuka kesadaran bagi pemimpin dan seluruh warga bangsa ini, bahwa kemerdekaan Bangsa Indonesia adalah perwujudan rahmat Allah Tuhan Yang Maha Kuasa. Karena itu, kita semua berkewajiban merawat, menjaga, mengisi, dan memajukannya, berdasarkan iman dan taqwa kelada Allah, berakhlaqul karimah, dan memiliki keunggulan kompetitif, agar siap memasuki persaingan global.
Semoga Allah Tuhan Yang Maha Kuasa, melimpahkan keberkahan Bangsa dan Negara Indonesia yang kita cintai bersama, dan kita layak berharap akan terwujudnya baldatun thayyibatun wa Rabbun Ghafur. Allah a’lam bi sh-shawab.
Wassalamualaikum wrwb.
Ngaliyan Semarang, 4/8/2017.

IKATAN AHLI EKONOMI ISLAM INDONESIA (IAEI) DAN PENGGERAKAN USAHAWAN MUDA MUSLIM

Assalamualaikum wrwb.
AlhamduliLlah segala puji hanya milik Allah. Mari kita syukuri, anugrah dan karunia-Nya, hari ini kita sehat afiat dan dapat memulai belajar bagi teman-teman pelajar dan mahasiswa, memulai bekerja bagi teman-teman yang sudah bekerja baik di swasta maupun yang menjadi ASN (aparat sipil negara). Jangan lula mari kita niatkan mengabdi kepada Allah dan melayani hamba-hamba-Nya.
Shalawat dan salam mari kita wiridkan sebagai bukti cinta kita kepada Rasulullah Muhammad saw, keluarga, sahabat, dan para pengikut beliau. Semoga kebaikan dan kemudahan akan senantiasa menyertai kita, dan syafaat beliau kelak akan memayungi kita.
Saudaraku, segala puji bagi Allah, atas ijin Rektor UIN Walisongo dan support Dewan Direksi Bank Jateng (Syariah) saya yang diamanati sebagai Anggota Dewan Penasehat IAEI Pusat, berkesempatan mengikuti acara Grand Launching KNKS (Komite Nasional Keuangan Syariah) di Istana tanggal 27/7/2017 dan Silaknas (Silaturrahim Kerja Nasional) IAEI di Hotel Fairmont Jakarta 27-29/7/2017. Thema yang diusung dalam even nasional ini adalah Ekonomi Islam untuk Rakyat. Acara ini dihadiri oleh semua Dewan Pembina, Dewan Penasehat, Pengurus Pusat, Komisariat IAEI Provinsi dan Kampus-kampus seluruh Indonesia.
Isu penting Ekonomi Islam untuk Rakyat ini menjadi isu strategis dalam menggerakkan ekonomi rakyat, yang berbasis pada entrepreneurship atau kewirausahaan. Untuk itu dihadirkan Pengusaha Muslim Sukses Choirul Tanjung yang akrab disapa Pak CT. Juga wakil gubernur DKI terpilih, Sandiaga Uno, Bos Saratoga, dan Ahmad Zaky bos muda kreatif Bukalapak.com. Mereka ini yang ternyata pertumbuhan usahanya cukup atau sangat menggembirakan. Untuk itu diharapkan mereka memiliki komitmen untuk berbagi pengalaman dengan masyarakat yang mau merubah nasibnya.
Saudaraku, ada pelajaran penting bagi kita. Jkka kita melakukan flashback, tentu kita pasti mengingat sosok Rasulullah saw yang sejak dari kecilnya belajar prihatin. Diawali dari sebagai penggembala kambing dan pedagang. Yang pertama, ini sesungguhnya simbol dan mengandung pesan penting bahwa selain mengonsumsi daging secara sehat akan menyehatkan, terlebih penting lagi, sesungguhnya pekerjaan beternak binatang dari kambing, sapi, kerbau, unga, dan lain sebagainya yang halal, adalah profesi yang sangat menjanjikan. Apalagi bagi kita sebagai bangsa Indonesia yang tanahnya laksana zamrud yang dilintasi katulistiwa, tanahnya subur, sumber daya alam yang luar biasa. Bahwa soal pengelolaan kemudian para pemimpin negeri ini, terlalu “bermurah hati” atau “menjuragankan diri” sehingga semua tambang minhak, gas, bagubara, mas, perak, bauksit, dan lain-lain diserahkan kepada orang-orang asing, yang hanya cukup mendapat imbalan yang tidak sebanding, anggap saja ini soal “nasib”.
“Nasab” kita ini sebenarnya adalah “nasab” negara kaya, tetapi “nasib”nya, belum baik. Bahkan utang negara kita ini, tampaknya per Juni 2017 sudah mencapai lebih dari Rp 3.706,52 trilyun. Supaya teman-teman tidak pusing, ya tidak usah dipikirkan, biar diurus oleh mereka yang berutang. Bagian kita adalah menerima akibat atau bahasa santrinya atsarnya saja. Karena nyatanya untuk mendapatkan pekerjaan sekarang juga tidak terkalu mudah. Karena itu perlu dipikirkan bagaimana IAEI ini serius mampu menggerakkan usahawan muda Muslim, agar dapat menciptakan lapangan kerja, bukan mencari pekerjaan yang spirit dan paradigmanya menjadi salary-man.
Kedua, Nabi Muhammad saw kala masih muda juga, menjadi pedagang. Bahkan waktu itu, tampaknya beliau berdagang membawa dagangan dari Saudagar cantik dan kaya, Sayyidati atau Siti Khadijah, yang sukses, yang kelak menjadi istri Baginda Rasulullah saw. Bagi beliau, dan pada umumnya orang Arab, karena iklim dan tanahnya yang tandus, penuh bebatuan dan padang pasir, maka profesi dagang ini sangat menjanjikan.
Rasulullah saw ketika ditanya oleh seorang sahabat menegaskan:
أَخْبَرَنَاهُ أَبُو عَبْدِ اللَّهِ الْحَافِظُ ، قَالَ : ثنا أَبُو الْعَبَّاسِ مُحَمَّدُ بْنُ يَعْقُوبَ ، ثنا الْعَبَّاسُ بْنُ مُحَمَّدٍ الدُّورِيُّ ، ثنا الأَسْوَدُ بْنُ عَامِرٍ ، ثنا شَرِيكٌ ، عَنْ وَائِلِ بْنِ دَاوُدَ ، عَنْ جَمِيعِ بْنِ عُمَيْرٍ ، عَنْ خَالِهِ أَبِي بُرْدَةَ ، قَالَ : ” سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْكَسْبِ أَطْيَبُ ، أَوْ أَفْضَلُ ؟ ، قَالَ : عَمَلُ الرَّجُلِ بِيَدِهِ ، وَكُلُّ بَيْعٍ مَبْرُورٍ ” .
Abu Abdullah al-Hafidh mengabarkan, Abu al-Abbas Muhammad bin Ya’qub menceritakan kepada kami, al-Abbas Muhammad al-Duri menceritakan kepada kami, al-Aswad bin Amir menceritakan kepada kami, dari Wail bin Dawud, dari Jami’ bin Umair, dari Bibinya Abi Burdah berkata, Rasulullah saw ditanya tentang apa pekerjaan yang paling baik? Beliau saw bersabda: “Pekerjaan seseorang laki-laki dengan tangannya sendiri dan setiap perdagangan yang baik”.
Saudaraku, Rasulullah saw menggunakan redaksi بيع مبرور artinya perdagangan yang dilakukan menurut cara yang baik. Ini seperti halnya haji yang mabrur, yang tidak asa balasannya kecuali surga. Karena itu pula, Rasulullah saw menempatkan para pedagang yang jujur laksana ulama, mujahid, yang berkedudukan tinggi. Meskipun menjadi pedagang yang jujur juga sulit, tidak mudah, banyak cobaan.
Rasulullah saw menegaskan:
عن عبد الرحمن بن شبل رضي الله عنه ، قال رسول الله صلى الله عليه وسلم :
( إِنَّ التُجَّارَ هُمُ الفُجَّارَ ، قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ ؟ أَوَ لَيسَ قَد أَحَلَّ اللَّهُ البَيعَ ؟ قَالَ : بَلَى ، وَلِكِنَّهُم يُحَدِّثُونَ فَيَكذِبُونَ ، وَيَحلِفُونَ فَيَأثَمُونَ )
رواه أحمد (3/428) والحاكم (2/8).
Dari Abdurrahman bin Syibl ra, Rasulullah saw bersabda : “Sesungguhnya para pedagang adalah orang-orang yang melampaui batas –baca brengsek –. Mereka bertanya: “Wahai Rasulullah saw bukankah Allah sungguh sudah menghalalkan jual beli? Beliau bersabda: “Baiklah, akan tetapi mereka bercerita, berbohong, bersumpah, dan melanggarnya” (Riwayat Ahmad 3/428 dan al-Hakim 2/8).
Jujur dalam dagang atau bisnis, apalagi dalam situasi yang konon seperti di negeri kita ini terjadi saling “silang sengkarut”, bisnis banyak “tergantung” atau “dimanfaatkan” sebagai kompensasi politik oknum yang sedang berkuasa, maka di sinilah betapa berat dan sulitnya menjadi pedagang san pengusaha yang jujur. Namun jika pedagang atau pengusaha bisa jujur, mereka diposisikan sederajat dengan nabi.
عن أبي سعيد الخدري رضي الله عنه قال رسول الله صلى الله عليه وسلم :
( التَّاجِرُ الصَّدُوقُ الأَمِينُ مَعَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ )
رواه الترمذي (1209)
Dari Abu Said al-Khudzri ra, Rasulullah saw bersabda: “Pedagang yang jujur dan dapat dipercaya bersama para Nani, orang-orang yang benar, dan orang-orang yang mati syahid” (Riwayat at-Tirmidzi).
Saudaraku, pendidikan kewirausahaan atau entreprenurship memang harus dikenalkan dan diberikan kepada peserta didik di negeri ini, agar mereka memiliki orientasi hidup dan masa depan untuk tidak menjadi pekerja yang bergantung pada upah, tetapi tanamkan kepada mereka menjadi usahawan muda. Menjadi pengusaha akan mampu membuka lapangan pekerjaan bagi banyak orang. Yang jelas, seorang pengusaha akan mampu m enggerakkan ekonomi riil yang akan menguatkan fondasi ekonomi umat. Semoga Acara Silaknas IAEI ini mampu menghasilkan rumusan kesepakatan yang busa segera dieksekusi di tingkat mahasiswa dan yang setaraf, agar mereka bisa segera move on dari orientasi menjadi buruh, salary-man, tetapi menjadi penggerak, pengusaha, dan dapat mendiptakan lapangan pekerjaan bagi banyak orang. Selamat KNKS dan Bravo Silaknas IAEI, semoga mampu mewujudkan ekonomi Islam untuk Rakyat. Yang lebih penting adalah follow-up di tingkat mahasiswa dan pelajar yang ingin mengasah keterampilannnya berusaha membutuhkan pendampingan dan arahan dari para senior, seperti Pak CT, Pak Sandiaga Uni, Brother Ahmad Zaky, dll. IAEI Pusat bisa memasang tarjet, dengan menugasi pengurus IAEI Provinsi untuk menyiapkan calon usahawan untuk dilatih dan dibekali agar berani memulai usahanya. Semoga sukses.
Allah a’lam bi sh-shawab.
Wassalamualaikum wrwb.

 

MUI DI PUSARAN RADIKALISME AGAMA DAN RADIKALISME SEKULER

Assalamualaikum wrwb.
Alhamdu liLlah, segala puji hanya milik Allah. Mari kita syukuri anugrah dan karunia-Nya, kita sehat afiat dan dapat melaksanakan aktifitas belajar, bekerja, dan mengabdi pada masyarakat. Semoga Allah mencatatnya sebagai amal ibadah, guna menambah bekal akhirat kita. Shalawat dan salam mari kita senandungkan untuk Baginda Rasulullah saw, keluarga, sahabat, dan para pengikut setia beliau. Semoga semua urusan kita lancar dan dimudahkan oleh Allah ‘Azza wa Jalla.
Saudaraku, 26/7/2017 MUI memperingati HUT-nya ke-42. Tidak ada tiup lilin dan potong tumpeng. Karena ini tampaknya bukan budaya Islam. Yang pertama, budaya barat, dan potong tumpeng budaya lokal Jawa. Meskipun tidak ada dasar normatifnya, karena masih dalam batas-batas yang dinilai baik, maka MUI tidak perlu memfatwakan. Kalau ada yang berdoa untuk kebaikan MUI, tentu itu adalah doa hang baik. Sebagai manusia, dianjurkan untuk berdoa dan memohon kepada Allah, semoga MUI mampu menjaga jatidirinya tetap istiqamah dan berkomitmen mengawal dan memandu masyarakat menuju khaira ummah, dalam ber-Islam secara moderat (wasathiyah) dan menjadi tenda besar umat Islam.
Dalam memeriahkan ulang gahun MUI, hair ini digelar Seminar Nasional tentang kajian akademik terhadap fatwa yang sudah dikeluarkan oleh MUI dari awal berdiirnya tahun 1975 hingga tahun 2017. Juga diadakan halaqah tentang Ekonomi Syariah yang digelar bersama dengan Bank Indonesia (BI) yang ikut memfasilitasi dan mensupport inisiasi, perintisan, pengembangan, dan membesarkan gagasan MUI tentang ekonomi syariah melalui pembentukan Komite Perbankan Syariah, dan pembentukan Perbankan Syariah di era 90-an yakni Bank Muamalat Indonesia (BMI).
MUI yang memposisikan diri sebagai ahli waris para Nabi, dan sebagai wadah berhimpunnya ulama, zuama, dan cendekiawan Muslim Indonesia memang merupakan wadah dan sekaligus representasi ormas Islam yang ada, dari yang “keras” sampai yang “lunas”. Tugas MUI, kata Prof KH Ma’ruf Amin, adalah menjadi tenda besar umat Islam, untuk melunakkan yang “keras” dan mengeraskan yang “lunak” agar berada pada posisi “moderat” atau “tengah” yang tawasut (moderat), tawazun (balance/seimbang), taadul (adil/justice), tasamuh (toleran), tarahum (saling menyayangi), taawun (tolong menolong), dan ukhuwah (brotherhood/ukhuwwah).
Saudaraku, sejak reformasi tahun 1998, kran demokratisasi dibuka lebar, membawa implikasi terjadinya “booming” dan “euforia” demokrasi, dan ini melahirkan banhak “organisasi kemasyarakatan Islam” atau “ormas” yang paradigma pemahamannya berbeda dengan mainstream MUI yang moderat. Ada yang bernama Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang artinya bahasanya Partai Kemerdekaan Indonesia. Meskipun setelah beberapa hari ini dibubarkan oleh Pemerintah, mereka didampingi oleh Yusril Ihza Mahendra, mengajukan yudisial review atas Perpu No. 2/2017 tentang Organisasi Kemasyarakatan kepada Mahkamah Konstitusi.
Tentang radikalisme, Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan, arti katanya : 1). paham atau aliran yang radikal dalam politik; 2). paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastis; 3 sikap ekstrem dalam aliran politik. Jkka diakitkan dengan radikalisme agama, radikalisme agama dapat ditegaskan, sebagai paham atau aliran dalam memahami agama sebagai faham yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial keagamaan dengan cara kekerasan.
Sementara itu, radikalisme juga tampaknya muncul dalam faham sekuler. Dalam KBBI disebutkan, sekuler1/sekuler/ /skulr/ artinya bersifat duniawi atau kebendaan (bukan bersifat keagamaan atau kerohanian). Secara sederhana faham sekuler adalah faham yang menyatakan bahwa agama adalah urusan privat, dan urusan publik hatus dipisahkan dari agama. Tampaknya, radikalisme sekuler, juga terjadi di negeri kita ini, dan gaungnya cukup nyaring. Terutama yang disuarakan oleh aktor-aktor yang tergabung dalam gerakan-gerakan liberal.
Saudaraku, pertanyaannya adalah apa dan bagaimana MUI harus memposisikan diri sebagai organisasi yang memiliki legal standing atau standingpoint untuk memposisikan diri sebagai pemandu dan pemelihara umat (himayah wa ri’ayah ummah) dalam ikhtiyar mewujudkan umat yang terbaik (khaira ummah). Sebagai organisasi yang tidak memiliki massa atau pengikut dalam jumlah besar, tidak cukup seksi bagi partai politik karena tidak bisa memberi kontribusi suara secara signifikan dalam even-even politik. Ini berbeda dengan Ormas Islam seperti Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah yang nyaris selalu menjadi “rebutan” atau “beauty contest” para parpol untuk “meminang” mereka, guna mendulang suara saat pemilu, legislatif, presiden, pilub, dan atau pilkada.
MUI sudah berikhtiar secara maksimal untuk bisa membuka ruang dialog dengan berbagai ormas Islam yang memiliki kecenderungan berbeda dengan mainstream wasathiyah. Upaya yang dilakukan, ketika dialog tidak cukup efektif, maka dilakukan melalui sosialisasi, ajakan, dan komunikasi agar bisa bersama-sama membangun kebersamaan di tengah kebhinnekaan. Jika ada yang berbeda dalam soal furuiyah, tidak perlu dibesar-besarkan, dengan cara memupuk hal-hal yang memang menjadi persamaan.
Pilihan MUI untuk memahami dan mengejawantahkan Islam yang rahmatan lil alamin, memang tidak mulus. Tampaknya sudah lebih dari biasa, MUI menjadi sasaran bully, caci, dan maki, dari berbagai pihak. Bahkan dari Ulama yang tidak atau kurang sejalan dengan prinsip, jatidiri, dan visi-misi MUI pun, tidak kalah keras dan lantangnya mengkritisi MUI yang memang kelahirannya melalui “cesar” oleh Pak Soeharto waktu itu. Meskipun demikian, kehadiran MUI juga tidak jarang menjadi penyejuk, pendingin, dan pengayom umat, karena fatwa-fatwa dan taushiyahnya yang oleh sebagian besar umat, dianggap masih dalam posisi netral, imparsial, dan obyektif.
Saudaraku, di saat komitmen dan sikap istiqamah memegangi aturan agama laksana “menggenggam bara api”, maka di hari ulang tahun MUI, sudah saatnya kaum Muslimin di Indonesia ini, yang dirindukan oleh masyarakat dunia, membangun kebersamaan dan kerjasama kemitraan dalam menjadikan Indonesia sebagai model dan kiblat kehidupan sosial keberagamaan yang rukun, damai, penuh persaudaraan sejati, toleran, saling menyayangi dan daling tolong menolong. Harapan itu tidak akan sia-sia, selagi kita semua memiliki semangat persaudaraan sejati dalam menjaga kebhinnekaan dalam kebersamaan, dan kita tetap satu sebagai warga Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang dipersatukan dengan dasar dan ideologi Pancasila.
Semoga Allah ‘Azza wa Jalla senantiasa melimpahkan kasih sayang dan taufiqnya pada kita, untuk senantiasa bangga sebagai warga negara bangsa Indonesia, yang istiqamah, dalam ikhtiar mewujudkan baldatun thayyibatun wa Rabbun Ghafur.
Allah a’lam bi sh-shawab.
Wassalamualaikum wrwb.
Wisuda Sarjana dan Pascasarjana UIN Walisongo, 27/7/2017.

Pengumuman Hasil Seleksi Mahasiswa Baru Pascasarjana Semester Gasal 2017/2018

Pengumuman Hasil Seleksi Mahasiswa Baru Pascasarjana Semester Gasal 2017/2018

Berdasarkan keputusan sidang pimpinan UIN Walisongo Semarang, denganini diberitahukan bahwa Nama-nama yang tercantum dalam lampiran pengumuman ini dinyatakan LULUS seleksi pada seleksi penerimaan mahasiswa baru (PMB) Pascasarjana UIN Walisongo Semester Gasal 2017/2018.
Kepada Saudara yang dinyatakan LULUS, diwajibkan untuk melaksanakan registrasi mahasiswabaru Pascasarjana pada tanggal 8 18 Agustus 2017. Untuk keterangan lebih lanjut silahkan menghubungi sekretariat Pascasarjana di kampus 1 UIN Walisongo Semarang. Demikian untuk menjadikan perhatian.

 

Download 1

Download 2