Home / KOLOM DIREKTUR / PUASA DAN “MEMANUSIAKAN” ANAK YATIM DAN ORANG MISKIN

PUASA DAN “MEMANUSIAKAN” ANAK YATIM DAN ORANG MISKIN

Assalamualaikum wrwb.
       Alhamdulillah wa sy-syukru LiLlah, segala puji hanya milik Allah, mari kita syukuri karunia dan nikmat yang telah dilimpahkan pada kita, keluarga, anak-anak dan saudara kita. Semoga kenikmatan itu bertambah keberkahan hidup kita di bulan suci Ramadlan, kita bisa menyempurnakan ibadah kita, baik ibadah murni (mahdlah) maupun ibadah sosial terutama kebendaan (maliyah ijtima’iyah).
       Shalawat dan salam mari kita senandungkan pada Baginda Rasulullah Muhammad saw, keluarga, dan para sahabat yang adil. Semoga syafaat beliau kelak akan membantu meringankan beban kita di akhirat.
       Saudaraku, seandainya boleh dan bisa memilih, kita tentu  ingin lahir dari keluarga kaya, berkecukupan, berlimpah rizqi, dan berumur panjang. Sayangnya, Allah menentukan jatah nasib, orang tua, umur, dan rizqi, kita tidak ada yang tahu. Ada banyak rahasia, hikmah, wisdom, yang Allah berikan kepada kita, yang kita akan tahu ketika mengalami proses panjang, dan akhirnya Allah hang menunjukkan jati diri kita itu seperti apa, bagaimana perjalanan hidup kita, dan akan menuju kemana.
       Ibadah puasa merupakan saat melakukan perenungan, tadabur, menanyakan kepada Allah. Karena itu, puasa memang ibadah yang sangat individual, dalam arti hanya dirinya yang tahu dan tentu saja Allah yang Maha Mengetahui baik yang ghaib maupun yang tampak, agar kita “mampu” setidaknya melakukan kontemplasi untuk mendapatkan makna hidup dan makna puasa tersebut, apakah ada kaitannya dengan ibadah sosial kita.
       Saudaraku, puasa kita di bukan Ramadlan, pahalanya tidak akan sampai, ibarat gaji tidak bisa “dicairkan” sebelum orang yang berpuasa membayar zakat fitrah tepat pada waktunya. Rasulullah saw mengingatkan:
 عن جرير بن عبد الله رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم قال : ( شهر رمضان معلق بين السماء والأرض ولا يرفع إلى الله إلا بزكاة الفطر) .
Riwayat dari Jarir bin Abdillah ra, sesungguhnya Nabi saw bersabda: “(Pahala puasa) bukan Ramadlan digantung antara langit san bumi dan tidak akan dinaikkan kepada Allah kecuali dengan (membayar) zakat fitrah”.
       Karena itu, orang yang puasa wajib membayar zakat fitrah, dan tentu saja zakat mal bagi yang sudah memiliki lebih dari bagas minimal kepemilikan (nishab) dan rentang waktu kecukupan dalam setahun (haul). Itu pun waktunya dibatasi sebelum shalat Idul Fitri.
       Saudaraku, di hari ke-8 kita puasa Ramadhan 1438 hijriah ini, kita dianjurkan berdoa memohon kepada Allah sebagai berikut:
بسم الله الرحمن الرحيم اللهم صل على سيدنا محمد و على آل سيدنا محمد
اَللَّهُمَّ ارْزُقْنِي فِيْهِ رَحْمَةَ اْلاَيْتَامِ، وَاِطْعَامَ الطَّعَامِ، وَاِفْشَاءَ السَّلاَمِ، وَصُحْبَةَ الْكِرَامِ، بِطَوْلِكَ يَا مَلْجَاَ اْلاَمِلِيْنَ .
“Dengan Asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Ya Allah limpahkan kasih sayang-Mu untuk junjungan kami Nabi Muhammad saw, dan juga atas keluarga junjungan kami Muhammad, Ya Allah, anugerahkan kepada kami di dalam (bulan suci Ramadhan)-nya, untuk mengasihi anak-anak yatim, memberi (mereka) makan, menebarkan salam dan bersahabat dengan orang-orang yang mulia dengan keutamaan-Mu, wahai Tempat Bernaung orang-orang yang berharap”.
       Terhadap anak-anak yatim Rasulullah saw mengingatkan kita sebagai berikut. Dari Sahl bin Sa’ad ra.  dia berkata: Rasulullah saw. bersabda:
 أَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيمِ فِى الْجَنَّةِ هكَذَا  وأشار بالسبابة والوسطى وفرج بينهما شيئاً
“Aku dan orang yang menanggung anak-anak yatim (balasannya) di surga seperti ini”, kemudian beliau saw mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengah beliau saw, serta agak merenggangkan keduanya. (Riwayat Al-Bukhari).
       Dalam QS. Al-Ma’un ayat 1-2 Allah mengingatkan kepada kita:
 أَرَأَيْتَ الَّذِي يُكَذِّبُ بِالدِّينِ.  فَذَٰلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَ.
“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin” (QS. Al-Ma’un:1-3).
       Ada yang memahami dengan puasa, kita akan merasakan lapar. Meskipun tentu beda lapar orang yang sengaja dengan niat berpuasa, dengan orang yang lapar karena tidak memiliki persediaan yang akan dimakan. Kebutuhan dasar manusia, yang namanya makan dan minum, tidak bisa ditunda. Bahkan seandainya, ditunda maka yang terjadi adalah kematian, maka apapun yang ada, meskipun itu bangkai umpamanya atau yang dalam situasi normal diharamkan, maka dalam situasi darurat boleh dimakan. Sejalan dengan kaidah:
الضرورات تبيح المحظورات
“Keadaan darurat itu membolehkan sesuatu yang semula dilarang”.
       Mengapa acuh tak acuh dan tidak peduli terhadap anak yatim dan orang-orang miskin ini diposisikan sebagai sifat dan sikap mendustakan agama? Ini menunjukkan bahwa kesempurnaan keberagamaan kita itu, tidak cukup hanya dengan ibadah mahdlah yang bersifat vertikal saja, akan tetapi justru harus dibuktikan dengan amaliah sosial-kebendaan (مالية اجتماعية ) demi kemanusiaan. Mengapa? Karena mereka adalah hamba dan ciptaan Allah yang hatus dihormati dan diperhatikan, agar keberlangsungan hidup dan tumbuh dengan senang bisa terwujud.
      Saudaraku, mumpung di bulan Ramadlan, yang penuh keberkahan, maka kita sisihkan sebagian rizqi kita untuk menyelamatkan mereka, sekaligus memanusiakan mereka dan juga diri kita sendiri. Kita sendiri, jika tidak mempedulikan
saudara-saudara kita yang yatim dan fakir miskin, berarti kita tidak memanusiakan diri kita sendiri. Apakah kita akan berbangga-bangga dengan harta kita, sementara hati, penglihatan, dan pendengaran kita telah kehilangan “kepekaaan” atas nasib san keadaan saudara kita. Mari kita renungkan Firman Allah:
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِّنَ الْجِنِّ وَالْإِنسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لَّا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَّا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ. الاعراف ١٧٩
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka memounyai hati, tetapi tisak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai. Ata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah). Dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai” (QS. Al-A’raf:179).
       Semoga hati kita makin peka dan sensitif dan tergerak untuk menyelamatkan anak-anak yatim dan para fakir miskin, kita bisa dengan ikhlas ulurkan tangan memenuhi kebutuhan mereka, agar mereka dapat menjalani hidup dengan keimanan dan ketaqwaan. Karena mereka adalah saudara kita yang membutuhkan uluran kita, dan sekaligus melalui mereka juga Allah hendak “menguji” kita apakah masih pantas dan layak disebut sebagai manusia, atau sudah merndahkan diri kita lebih rendah dari pada binatang ternak? Semoga kita tidak dimasukkan Allah ke dalam golongan para pendusta agama.
       Allah a’lam bi sh-shawab.
Wassalamualaikum wrwb.

Check Also

Sertifikat Akreditasi S2 Prodi Ilmu Agama Islam

akreditasi S2 IAI 19-Jul-2022 14-25-26

Silahkan Hubungi Kami