MERAWAT KOMITMEN NASIONALISME

Published by achmad dharmawan on

Assalamualaikum wrwb.
     Allah akbar, hanya Allah Yang Maha Besar. Mari kita syukuri nikmat kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang dikaruniakan Allah SWT, 71 tahun yang lalu. Proklamasi kemerdekaan NKRI, yang dipimpin oleh Bung Karno dan Hatta, menggambarkan perjuangan penuh heroik, semua elemen bangsa, melalui cucuran darah dan air mata,  sabung nyawa, dan menjadikan para pejuang menjadi syahid atau syuhada’ yang tak pernah hilang dari ingatan seluruh bangsa Indonesia.
     Shalawat dan salam, terus kita kumandangkan untuk Rasulullah saw,  sosok idola dan uswatun hasanah, yang mengajarkan sikap dan beragama, berbangsa, dan bernegara secara santun, moderat, toleran (tasamuh), adil,  dan menghargai sesama manusia,  apapun agamanya. Semoga hati kita makin mampu mematrikan rasa cinta kita kepada beliau, dan mampu memanifestasikannya dalam memahami, membangun, merasakan, dan meneguhkan komitmen kebangsaan (nasionalisme) kita pada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
     Saudaraku yang dikasihi Allah. Anda yang masih muda atau yang tidak pernah ikut mendirikan NKRI, boleh jadi tidak merasakan betapa berat dan susahnya memerdekakan diri dari cengkeraman penjajah. Karena itu, aneh rasanya kalau ada yang mengaku sebagai bangsa Indonesia, merasa apalagi terus mengobarkan model khilafah yang jelas-jelas akan merusak tatanan NKRI. Demikian juga masih selalu muncul kelompok-kelompok separatis yang memancing kegaduhan, seperti memasang bendera kelompok tertentu dan ingin merdeka.
     Para pendiri bangsa ini telah berjuang, dengan cucuran darah dan bersabung nyawa untuk membentuk NKRI yang kaya dengan kemajemukan, agama, etnis, budaya, dan lain-lain. Mestinya kalau kita memekikkan Allah Akbar, adalah dalam kesadaran penuh bahwa hanya Allah yang Maha Besar. Sebagai manusia kita sangat kecil, dan tidak semestinya benih kesombongan, merasa diri kita paling agamis, paling hebat, betsarang dalam hati kita. Rasulullah saw mengingatkan “tidak akan masuk surga,  seseorang yang dalam dirinya ada kesombongan”.
    NKRI adalah final. Demikian Majelis Ulama Indonesia memfatwakan. KH Habib Luthfi Ali Yahya dan para Ulama dan Habaib yang lain selalu menegaskan NKRI harga mati. Tentu mereka ini,  telah mempertimbangkan dengan matang dengan kedalaman ilmu dan mata batinnya. Allah menciptakan manusia terdiri dari laki-laki dan perempuan dan dijadikan hidup bersuku-suku dan berbangsa-bangsa (QS. Al-Hujurat:13). Tujuannya agar saling mengenal dan berkompetisi secara sportif menjadi manusia yang paling bertaqwa, agar dapat meraih kemuliaan sisi Allah.
     NKRI dengan Pancasila dengan sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa, mewajibkan hanya orang-orang yang beragama dan berkeyakinan Tuhan Yang Maha Esa, yang layak dan boleh hidup di bumi Indonesia.
     Negara wajib melindungi warganya yang menjalankan agamanya. Juga menjamin NKRI tidak digerogoti oleh orang-orang komunis dan ateis hidup dan tumbuh di Indonesia. Kalau sampai terjadi kolaborasi dan “perselingkuhan politik” antara oknum pemimpin bangsa ini, berarti mengulang sejarah “nasakom” yang sempat memporak-porandakan kehidupan dan keharmonisan bangsa ini.
    Kita semua berkewajiban meningkatkan komitmen nasionalisme kita sesuai dengan nilai dan ajaran agama kita masing-masing. Dalam soal dasar negara, tidak harus bermimpi menegakkan khilafah. Karena ajaran Islam sudah didisain oleh Allah, cocok pada setiap waktu dan tempat.
     Piagam Madinah yang dirancang Rasulullah saw dalam membangun fondasi dan dasar negara Madinah, negara yang berperadaban, tidak bicara bentuk. Yang dibahas beliau adalah substansi atau hal yang prinsip saja,  seperti: konsep umat, ukhuwah, tawasuth, tawazun, tasamuh, dan kesamaan derajat (equality before the law).
     Saudaraku, lagi-lagi kita musti bersyukur karena dikehendaki oleh Allah menjadi warga NKRI. Yang berbeda tidak harus dipaksa menjadi sama, karena orkestra akan melahirkan alunan musik yang harmonis,  justru karena perpaduan dari alat dan bunyi yang berbeda.  Mari kita berlomba mengisi komitmen nasionalisme kita,  kebanggaan kita pada NKRI,  dengan mengisi kegiatan yang positif. Kita bangun persaudaraan yang tulus, toleransi yang jujur, yang mayoritas menyayangi yang minoritas,  yang minoritas juga menghormati yang mayoritas.
     Sebagai bangsa yang selama ini sudah dikenal religius, santun, saling asih,  asah, asuh, harus tetap dijaga dengan baik,  agar NKRI tetap utuh, persatuan dan kesatuan bangsa makin kokoh. Para pemimpin bangsa dan negara ini,  dapat memimpin dengan amanah dan adil, tidak mudah terjebak pada kepentingan politik golongan yang sempit, apalagi hanya melindungi kepentingan orang-orang perorang dengan mengorbankan kepentingan bangsa yang lebih besar.
    Kaidah hukum menegaskan, مصلحة العامة مقدمة على مصلحة الخاصة artinya “kemashlahatan umum harus didahulukan atas kemashlahatan khusus”.
     Semoga bangsa ini makin kokoh, dan layak berharap dapat terwujud NKRI yang baldatun thayyibatun wa Rabbun ghafur.
    Allah a’lam bi al-shawab.
Wassalamualaikm wrwb.
Ngaliyan,  4/2/2017.

Silahkan Hubungi Kami