MENYIAPKAN GENERASI ULU L-ALBAB

Published by achmad dharmawan on

Assalamualaikum wrwb.
       Saudaraku, mari kita syukuri anugrah dan kasih sayang Allah pada kita, untuk meningkatkan iman dan taqwa kita yang lebih berkualitas, sebagai satu-satunya bekal kita menghadap kepada-Nya. Shalawat dan salam mari kita senandungkan pada Baginda Rasulullah saw, keluarga, sahabat, dan pengikutnya. Semoga syafaat beliau kelak akan memayungi kita ketika kita membutuhkannya.
     Allah Swt menjadikan kita sebagai makhluk yang secara jasmani dirancang sebagai ciptaan yang terbaik (QS. Al-Tin: 4). Tetapi setiap saat bisa meluncur turun ke derajat yang serendah-rendahnya. Kecuali mereka yag beriman dan beramal shalih (QS. Al-Tin: 5-6). Karena itu, karunia akal dan hati yang diberikan kepada kita harus digunakan dengan sebaik-baiknya, agar kita mampu memahami petunjuk dan anugrah-Nya dengan baik, dan kita berusaha menjadi hamba-Nya yang cerdas (اولوا الالباب).
       Pertama, kita harus mampu memfungsikan berbagai macam bagian dari tubuh kita jasmani dan rohani dengan sebaik-baiknya.
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِّنَ الْجِنِّ وَالْإِنسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لَّا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَّا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ.  الاعراف ١٧٩
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai” (QS. Al-A’raf:179).
       Saudaraku, untuk itulah supaya kita tidak tersesat seperti binatang ternak, karena gagal memfungsikan hati dan indra kita, maka kita perlu memahami bagaimana sesungguhnya kriteria atau kualifikasi cerdas (اولوا الالباب) menurut Al-Qur’an. Pertama, orang-orang yang menjauhi thaghut dan kembali kepada Allah.
وَالَّذِينَ اجْتَنَبُوا الطَّاغُوتَ أَن يَعْبُدُوهَا وَأَنَابُوا إِلَى اللهِ لَهُمُ الْبُشْرَىٰ فَبَشِّرْ عِبَادِ.  الَّذِينَ يَسْتَمِعُونَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُونَ أَحْسَنَهُ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ هَدَاهُمُ اللهُ وَأُولَٰئِكَ هُمْ أُولُو الْأَلْبَابِ. الزمر ١٧-١٨.
“Dan orang-orang yang menjauhi thaghut (yaitu) tidak menyembahnya dan kemnali kepada Allah, bagi mereka berita gembira. Sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba-hamba-Ku. Yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal”. (QS. Al-A’raf:17-18).
      Kata الباب  adalah bentuk jamak dari kata tunggal لب yang artinya kecenderungan akal fikiran yang hanya mengarah pada kebaikan. Karena itu saya cenderung menggunakan kata cerdas. Berbeda dengan penggunaan akal fikiran untuk ketidakbaikan, namanya tidak cerdas, tetapi licik atau kelicikan.
      Kedua, seseorang yang senantiasa berdzikir dalam berbagai kesempatan dan merenungkan tentang ciptaan Allah di langit dan di bumi.
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِّأُولِي الْأَلْبَابِ.  الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.  ال عمران ١٩٠-١٩١.
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang tersapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka” (QS. Ali ‘Imran: 190-191).
      Dari kutipan di atas dapat kita fahami bahwa untuk menjadi generasi ulul albab yang memiliki kecerdasan menurut Al-Qur’an adalah pertama, berbasis pada iman dan pengabdian kepada Allah SWT. Kedua, menjauhi thaghut dan juga tidak menyembahnya. Ketiga, senantiasa ingat dan berdzikir kepada Allah agar selalu dekat dan dengan demikian terjauhkan dari prilaku maksiyat kepada-Nya. Keempat, senantiasa berfikir, merenungkan, dan bertadabbur atas ciptaan Allah, agar menjadi hamba yang rendah hati, tawadlu’, dan terhindar dari egoisme, ananiyah, ‘ujub, riya, dan takabbur. Kelima, berusaha menjadi pendengar yang baik atau aktif mendengarkan pendapat siapapun dan berusaha mengikuti yang baik.
     Saudaraku, mumpung sebentar lagi masuk bulan suci Ramadhan, bulan penuh kasih sayang, berkah, dan ampunan (maghfirah) dari Allah, mari kita ikuti nasihat Al-Qur’an tersebut. Semoga kita digolongkan sebagai hamba-hamba Allah yang cerdas, ulul albab, yang bisa memberi manfaat pada banyak orang, dan bisa menjadi manusia yang lebih baik.
Allah a’lam bi al-shawab.
Wassalamualaikum wrwb.

Silahkan Hubungi Kami