SYA’BAN BULAN INTROSPEKSI

Published by achmad dharmawan on

Assalamualaikum wrwb.
       Saudaraku, marilah kita senantiasa bersyukur ke hadirat Allah swt. yang telah melimpahkan karunia dan nikmat iman, Islam, dan kesehatan kepada kita. Banyak saudara-saudara kita yang pada saat ini sedang berbaring di rumah sakit, berjuang karena ingin sembuh dan ingin menambah amalan mereka yang baik-baik. Shalawat dan salam kita haturkan kepada Nabi Agung Muhammad saw, nabi akhir zaman dan teladan kita dalam mengisi dan membangun jati diri kita sebagai hamba Allah yang beriman dan beragama.
Marilah kita berikhtiar untuk senantiasa terus menerus meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT sebagai bekal paling berharga pada kehidupan di masa depan. Karena iman menurut Abu al-Hasan al-Asya’ari dapat bertambah dan berkurang seiring dengan amal shalih kita sehari-hari. Karena itu, kita musti berusaha keras untuk beramal shalih.
       Saudaraku, QS. asy-Syura, 42:19-20 dikutip dalam Kitab Durrah al-Nashihin yang membahas tentang Fadlilah Bulan Sya’ban (hal.207-208).
اللهُ لَطِيفٌ بِعِبَادِهِ يَرْزُقُ مَن يَشَاءُ وَهُوَ الْقَوِيُّ الْعَزِيزُ.  مَن كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الْآخِرَةِ نَزِدْ لَهُ فِي حَرْثِهِ وَمَن كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الدُّنْيَا نُؤْتِهِ مِنْهَا وَمَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِن نَّصِيبٍ.
Allah Maha Lembut terhadap hamba-hamba-Nya; Dia”
memberi rezki kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Kuat lagi Maha Perkasa. Barangsiapa menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagian pun di akhirat”.
       Para Ulama memahami kata “لطيف بعباد”dengan “يرحم التائبين والمستغفرين” artinya “memberi rahmat kepada orang-orang yang bertaubat dan memohon ampunan”. Rasulullah saw bersabda :
ما من صوت أحب الى الله تعالى من صوت عبد مذنب تاب الى الله تعالى فيـقول : لبيك يا عبدى سل ما تري
“Aku penuhi permohonanmu wahai hamba-Ku ajukanlah permohonanmu apa yang kamu kehendaki”.
       Saudaraku, sebagai manusia biasa, dalam perjalanan hidup kita, nyaris tiada hari atau bahkan saat yang kita lalui tanpa melakukan kesalahan, menambah dosa, dosa kecil hingga yang besar, mulai dari dosa hati, dosa sikap, dan dosa ucapan serta perbuatan. Karena salah satu tabiat manusia, adalah selalu berbuat kekeliruan dan kesalahan. Dalam kaitan inilah, Rasulullah saw menyatakan : ”Setiap anak keturunan Adam adalah sering berbuat keliru dan salah, dan sebaik-baik orang yang keliru/salah adalah yang mau memperbaiki diri” (كل بني ادم خطاؤون وخير الخطائين التوابون). Penegasan Rasulullah saw tersebut, tentu tidak dimaksudkan untuk digunakan sebagai legitimasi kita dalam berbuat kekeliruan dan kesalahan.
       Allah SWT memberikan kesitimewaan kepada manusia dengan akal dan hatinya. Dengan akal kita bisa berpikir dan menimbang sesuatu perbuatan itu benar-salah, baik-buruk, bermanfaat ataukah menimbulkan madharat, baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain. Ini karena keimanan dan amal shalih adalah dua hal yang merupakan satu kesatuan dan tidak bisa dipisahkan. Jika Abu al-Hasan al-Asy’ary perintis tradisi pemikiran Sunny menyatakan bahwa ”al-Iman yazidu wa yanqushu” artinya ”iman itu bertambah dan berkurang”, adalah karena iman itu bertambah manakala amal shalih mengalami peningkatan. Sebaliknya, iman akan berkurang dan melemah, manakala amal shalihnya berkurang. Ketika seseorang amal shalihnya bertambah, maka inilah yang dalam bahasa sehari-hari dinamakan dengan prestasi. Seseorang yang ingin berprestasi, tentu dia selalu berusaha mendayagunakan akal dan hatinya, untuk melakukan yang terbaik untuk dirinya dan bagi orang lain. Di sinilah terletak peluang terjadinya kekeliruan dan kesalahan sebagai konsekuensi atau risiko sebuah perbuatan itu dilakukan.
Karena itulah, Allah memberikan ruang dan kesempatan untuk memperbaiki keslalahan. Dalam tataran kekeliruan dan kesalahan yang bersifat horizontal dengan sesama manusia, media untuk memutihkannya adalah dengan permintaan dan pemberian maaf kepada sesama. Dalam konteks inilah, indikator penting ketaqwaan seseorang adalah manakala dia dengan senang hati meminta dan memberi maaf kepada orang lain atas kemungkinan kekeliruan dan kesalahan yang dilakukannya.
       Sementara dalam tataran kekeliruan atau kesalahan yang bersifat vertikal, sebagai hubungan antara hamba dengan Khaliq (Pencipta)-Nya, maka ruang dan waktu untuk memutihkannya, adalah dengan beristighfar memohon ampunan dan bertaubat atas semua dosa dan kesalahan dengan taubatan nashuhah. Rasulullah saw sendiri meskipun boleh dikatakan sebagai manusia suci (ma’shum), beliau selalu memohon ampunan dan bertaubat yang setiap malam menghabiskan sepertiga malam untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
       Dalam diri manusia, sebenarnya telah dibekali instrumen kontrol yang secara mekanistik dapat bekerja tanpa perintah. Inilah yang oleh Rasulullah saw diingatkan, bahwa dalam diri kita ada segumpal darah, yang apabila ini baik, maka yang lain akan baik, dan apabila segumpal darah ini kerjanya tidak baik, maka yang lain akan tidak baik juga. Inilah yang dinamakan qalbu (hati). Qalbu secara harfiah artinya berubah. Disebut qalbu karena sifatnya yang selalu berubah-ubah. Ketika hati sedang gelap disebut dengan qalbu dhulmani, yang penampilannya akan membawa kegelapan dirinya dan menimpa orang lain, seperti: dengki, hasud, sombong, takabur, pamer atau riya, dan lain-lain. Manakala hati itu terang, disebut dengan qalbu nurani, yang menerangi dirinya sendiri dan menjadi suluh terang bagi orang lain, seperti: sikap ramah, berkata baik dan indah, dan suka menolong orang lain. Dalam kenyataannya, godaan duniawi dan dorongan nafsu, menjadikan hati yang terang itu terkalahkan dengan kegelapan yang menimpanya.
Instrumen penting untuk mengasah hati dan pikiran manusia, adalah oleh-oleh Rasulullah saw dalam peristiwa isra’ dan mi’raj di bulan Rajab yang baru beberapa hari lalu kita lewati, yakni mendirikan shalat lima waktu secara khusyu’ dan istiqamah.
      Allah SWT menyediakan ruang waktu dalam bulan Sya’ban ini sebagai bulan untuk memutihkan yang hitam, menerangkan yang gelap, dan membersihkan yang kotor. Sya’ban artinya bercabang-cabang, dan oleh karena itu, kita dianjurkan untuk membersihkan diri dengan bertaubat kepada-Nya.
Suatu saat Rasulullah saw bertanya kepada para sahabat :
أتدرون لم سمى شعبان ؟ قالوا الله ورسوله أعلم قال لأنه يتشعب فيه خير كثير (روضة العلماء)
“Apakah kalian  tahu mengapa disebut dengan “sya’ban” ? Mereka menjawab : “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui”. “Karena di dalam bulan tersebut, kebaikan yang banyak itu bercabang-cabang” (Raudhah al-Ulama’).
       Allah Swt Maha Pengasih dan Penyayang kepada hamba-Nya yang mau dengan sadar berusaha memperbaiki dirinya. Dalam satu riwayat Rasulullah saw menyatakan :
يؤتى بعبد يوم القيامة وتعرض سيئاته فيقول الله تعالى أما استحييت منى اذ عصيتني ؟ فيرفع العبد صوته ببكاء شديد فيقول الله : احفظ صوتك حتى لا يسمع محمد صلى الله عليه وسلم ولا يعرف أنى سترتها فى الدنيا وأنا أغفرها اليوم فيبكى أشد منه من فرحه فيسمع محمد صلى اله عليه وسلم فيقول الله تعالى : وهبته لك ولا تحزن يا حبيبي (زهرة الرياض)
Artinya : “Pada hari kiamat seorang hamba dihadapkan dan ditunjukkan kejelekan-kejelekannya, maka Allah berfirman : “Apakah kamu malu kepadaku karena kamu maksiyat kepadaku ?” Maka hamba itu meninggikan suaranya karena menangis yang sungguh-sungguh. Maka Allah berfirman : “Jagalah suaramu sehingga Muhammad saw tidak mendengar dan tidak mengetahui bahwa aku telah menutupi kejelekan kamu di dunia dan Aku akan mengampuninya pada hari ini”, maka si hamba tersebut menangis sekuat-kuatnya karena saking bahagianya, diampuni oleh Allah.
Maka setelah Nabi Muhammad saw. mendengar, beliau berkata : “Wahai Tuhanku, Engkaulah Dzat yang paling Penyayang dari yang penyayang, limpahkanlah ampunan itu kepadaku, maka Allah berfirman : “Aku akan limpahkan itu kepadamu dan jangan bersedih wahai kekasih-Ku” (Zuhrah al-Riyadh).
       Saudaraku, dalam bulan Sya’ban, banyak kemurahan dan kemudahan diberikan Allah kepada kita. Karena itu marilah kesempatan ini kita gunakan untuk mempersiapkan diri sebagai bagian usaha dalam memasuki bulan Ramadhan dengan penuh kekhusyu’an dan kepasrahan diri kepada Allah swt. Rasulullah saw sendiri senantiasa puasa satu bulan penuh, dan bersabda : “Allah meningkatkan amalan hamba-hamba-Nya dalam bulan ini”. Karena itu, para Ulama dan masyarakat menyambut dan mengisi bulan Sya’ban ini dengan serangkaian ibadah. Sebagaimana riwayat Imam Muslim, “Rasulullah saw bersabda : “Datang kepadaku malaikat Jibril pada malam nishfu Sya’ban, dan berkata : “Wahai Muhammad, malam ini dibuka pintu-pintu langit dan pintu-pintu rahmat maka berdirilah dan shalatlah kamu, angkat kepalamu dan tengadahkan kedua tanganmu ke langit ! Aku berkata : “Wahai Jibril, apa artinya malam ini ? Jibril berkata : “Pada malam ini dibuka tiga ratus pintu rahmat, Allah mengampuni semua orang yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu pun kecuali orang yang menyihir, dukun, pecandu, peminum khamar, atau mengulangi zina, memakan riba, menyakiti kedua orang tua, menghasut orang lain, dan memutus tali silaturrahim. Mereka itu tidak diampuni oleh Allah sehingga mereka bertaubat dan meninggalkannya”. Maka Nabi saw keluar, shalat dan menangis dalam sujud beliau, seraya berdo’a : “Ya Allah sesungguhnya kami memohon perlindungan kepada-Mu dari siksa dan kemarahan-Mu, kami tidak mampu menghitung keni’matan-Mu sebagaimana kami memuji kepada-Mu, maka hanya bagi-Mu lah segala puji sehingga Engkau meridhainya” (Zubdah al-Wa’idhin).
       Mengakhiri renungan ini, marilah kita cermati Firman Allah SWT :
من كان يريد حرث الأخرة نزد له فى حرثه ومن كان يريد حرث الدنيا نؤته منها وما له فى الأخرة من نصيب   الشورى (42) 19-20
Artinya : “Barangsiapa menghendaki keberhasilan kehidupan akhirat, maka Kami (Allah) akan menambah keberhasilannya, dan barangsiapa menghendaki keberhasilan kehidupan dunia, Kami akan memberinya, dan dia tidak mendapatkan bagian pada kehidupan akhirat” (QS. Al-Syura: 19-20).
       Semoga dalam bulan Sya’ban ini, kita semua dikarunia kekuatan dan kesabaran untuk dapat meningkatkan keimanan, mengamalkan perbuatan yang baik dan meninggalkan segala bentuk kemaksiyatan kepada-Nya. Amin. Allah a’lam bi al-shawab.
Ngaliyan, Semarang, 11/5/2017.

Silahkan Hubungi Kami