BELAJAR MENCINTAI RASUL

Published by achmad dharmawan on

Assalamualaikum wrwb.
     Saudaraku, semoga Anda di pagi hari ini sehat afiat, bagi yang sudah mengerjakan shalat dluha, semoga cinta Anda kepada Allah dan Rasul-Nya makin bertambah, dan rizqi Anda akan ditambahkan berlipat ganda. Itulah anugrah Allah, yang tidak bisa dihitung oleh manusia. Bagi yang belum, selagi ada kesempatan, ambil wudlu, jalankan shalat dluha. Tidak usah Anda tanyakan apakah ada korelasi signifikan antara rajin shalat dluha, dengan keberlimpahan rizqi. Karena yang bisa menjawab Anda sendiri, atau orang yang melaksanakannya dengan ikhlas.
     Shalawat dan salam mari kita senandungkan untuk Baginda Rasulullah saw, keluarga, sahabat, dan semua pengikut beliau. Semoga shalawat yang kita wiridkan, baik secara pribadi atau melalui shalawatan bersama, seperti dzibaiyah (dzibaan) bersama di Lantai 17 Menara Suara Merdeka (21/3/2017). Semoga hati semua yang mengikuti acara dzibaan tersebut makin ayem dan tentrem, bahagia, dan hatinya berbunga-bunga, mengiringi shalawat dan cinta Allah dan para Malaikat kepada Rasulullah saw.
     Dzibaan adalah bagian dari “tradisi” dan “budaya” bershalawat dan dibacakan sejarah Rasulullah saw. Sosok utusan Allah, kekasih, pembawa risalah, dan pembawa juru damai, dan dengan ajaran Islam, ingin mewujudkan kasih sayang, ramah dan rahmah, saling mengasihi dan mencintai, saling hormat menghormati, dan saling tolong menolong, agar hidup kita terasa indah.
     Kata bijak menegaskan, من احب شيئا كثر ذكره  artinya “barang siapa mendintai sesuatu maka ia banyak menyebut atau mengingatnya”. Bahkan ada yang menyatakan, من احب شيئا فهو عبده. Artinya “barang siapa mencintai sesuatu, maka ia menjadi hambanya”.
      KH Munif Zuhri, Girikusumo Mranggen ademak, menjelaskan kisah cinta seorang sahabat bernama Al-Dlahhak (artinya suka tertawa, meminjam Ky Munif, dagelan). Al-Dlahhak termasuk sahabat yang secara materi kaya. Tetapi cintanya kepada Rasulullah saw, demikian besarnya. Suatu saat, ketika Rasulullah saw sudah berada di Madinah, membuncah dan memuncak rasa rindunya pada Rasulullah saw, karena didera rasa cinta yang luar biasa mendalam. Anda tentu memahmai, bahwa pada masa awal hijrah Rasulullah saw ke Madinah, orang-orang kafir Quraisy mengancam bunuh siapa saja orang-orang Mekah yang hendak menyusul hijrah Rasul ke Madinah.
    Al-Dlahhak si pecinta Rasulullah saw, sudah tidak tahan lagi untuk menahan rindu dan cintanya pada beliau. Ia memutuskan hendak ke Madinah, tetapi oleh orang-orang kafir, ia dihalangi. Bahkan mereka juga mengancam bunuh terhadap Al-Dlahhak ini. Namun demi cinta dan rindunya Al-Dlahhak kepada Baginda Rasulullah saw, maka ia merelakan seluruh harta kekayaan, rumah, dan segala isinya, diambil oleh orang-orang kafir, yang penting ia bisa berangkat ke Madinah untuk menemui orang yang sangat dicintainya, yakni Rasulullah saw. Begitu besar pengorbanan cinta Al-Dlahhak kepada Rasulullah saw.
     Singkat cerita, Allah memanggil Al-Dlahhak untuk menghadap-Nya terlebih dahulu. Kyai Munif menceritakan, ketika giliran jenazah Al-Dlahhak harus dimasukkan ke liang lahat, Rasulullah saw sendiri yang memasukkan jenazah Al-Dlahhak tersebut bersama shabat yang lain.  Saat itulah, Rasulullah saw mendekap jenazah Al Dlahhak sambil berdoa, “Ya Allah, dia mencintai aku, dan aku juga mencintai dia ya Allah, selamatkanlah dia ya Allah, masukkan dia ke surga-Mu Ya Allah”. Subhanallah. Betapa dahsyatnya cinta Al-Dlahhak kepada Rasulullah saw, dan Rasulullah saw pun, sangat luar biasa dalam membalas cinta sahabat beliau.
     Saudaraku, banyak cara mencintai Allah SWT dan Baginda Rasulullah saw. Kala kita mencintai dan mengikuti Rasulullah saw, kita akan dicintai oleh Allah, sebagaimana dinyatakan:
قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
“Katakanlah (wahai Muhammad): “Apabila kamu sekalian mencintai Allah, maka ikutilah aku, sungguh Allah akan mencintai kamu sekalian dan mengampuni dosa kamu sekalian, dan Allah Maha Mengampuni dan Maya Penyayang” (QS. Ali ‘Imran:31).
     Bershalawat adalah bagian dari ungkapan dan menanamkan rasa cinta kita sebagai umat atau pengikut kepada Rasulullah saw. Dzibaan, Natsaran, Simth al-Durar, Shalawat Badar, Shalawat Nariyah, dan lain-lain adalah ungkapan cinta para ulama yang mengagumi beliau, yang dituang dalam sejarah beliau.  Dalam sejarah peringatan Maulid Nabi Muhammad saw. diawali pada masa Shalahuddin al-Ayyuby (1138-1193 M), yang ingin menggugah kesadaran umat Islam agar memiliki spirit dan semangat mencintai Rasulullah saw.
     Saudaraku, orang yang cinta, tidak pernah menghitung seberapa besar pengorbanan yang harus dilakukan demi mengungkapkan rasa cinta kepada yang dicintai. Kita semua bisa belajar kepada sahabat Al-Dlahhak. Para Sahabat, Abu Bakr al-Shiddiq, yang kaya raya, ketika menjadi khalifah, ia serahkan kekayaannya demi untuk negaranya. Demikian juga Umar ibn al-Khathab yang diberi gelar al-Faruq, karena ketegasan dan adilnya. Juga Utsman ibn Affan, yang saudagar kaya, hartanya banyak diberikan untuk negara. Apalagi Umar bin Badul Aziz, yang dikenal sebagai khalifah berwih, zuhud, dan wira’i.
     Karena itulah, mari kita jaga siri kita, kalaupun kita tidak atau belum mampu membuktikan dinta kita melalui pengorbanan harta, mari kita buktikan cinta kita kepada Allah dan Rasul-Nya, dengan menggenggam anugrah iman, kita buktikan dengan amal ibadah yang ritual dan sosial, kita bangun rasa keberagamaan kita dengan menunjukkan kasih sayang dan cinta kita dengan menyayangi semua ciptaan Allah. Perbedaan agama, etnis, suku, apalagi hanya beda kekayaan dan materi, janganlah menjadi penghalang untuk menyayangi dan menghormati mereka. Rasulullah saw saja memberi contoh, menyuapi orang Yahudi buta, yang dulunya sering menyakiti beliau.
     Saudaraku, kita manusia biasa, yang masih sering terpukau oleh harta. Kaya boleh, atau harus, tetapi cara perolehannya harus halal. Tapi jika sampai mencintai harta secara berlebihan, bahkan menjadikannya tujuan, pasti akan menjadi biangkerok berbuat kesalahan. Na’udzu bi Allah.
Semoga Allah menjaga cinta kita kepada Allah dan Rasul-Nya, dan ini menjadi modal kita untuk dicintai Allah dan Rasul-Nya. Amin.
     Allah a’lam bi al-shawab.
Wassalamualaikum wrwb.
Pascasarjana UIN Walisongo, 22/3/2017.

Silahkan Hubungi Kami