MENCINTAI ALLAH MENYAYANGI SESAMA

Published by achmad dharmawan on

Assalamualaikum wrwb.
       Saudaraku, mari kita bersyukur ke hadirat Allah SWT, yang tanpa kita minta, terus memberikan anugrah dan karunia-Nya pada kita. Semoga kita sehat afiat, iman dan taqwa kita makin berkualitas, rizqi kita lancar dan berkah. Untuk bekal ibadah, syukur umrah dan haji ke baituLlah di Mekah al-Mukarramah dan ziarah Rasulullah saw di Madinah al-Munawwarah.
       Shalawat dan salam mari terus kita senandungkan pada junjungan kita Rasulullah saw, keluarga, sahabat, dan pengikutnya. Kita semua mengharap syafaat beliau menolong kita di akhirat nanti.
       Judul di atas diambil dari tagline Rumah Sakit Islam Sultan Agung, yang dideklarasikan sebagai Rumah Sakit Syariah pertama di Indonesia, “Mencintai Allah Menyayangi Sesama”. Tagline tersebut smart, bagus, cerdas, religius, dan sangat tepat. Inspirasi tulisan ini muncul kebetulan diundang dan diamanati untuk bersama-sama melakukan qiyamullail berjamaah, yang diselenggarakan secara rutin tiga bulan sekali. Anda yang tidak setuju, saya faham. Karena perintah shalat tahajjud itu, ditegaskan dalam Al-Qur’an surat al-Isra’: 79.
     Rumah sakit dalam bahasa Arabnya adalah “mustasyfa” atau مستشفى artinya adalah tempat berobat atau tempat mendapatkan kesembuhan (شفاء), bukan “al-bait al-maridl” arrinya “rumah yang sakit”. Karena itu, agar Allah menyembuhkan saudara-saudara kita yang sakit, yang mencari kesembuhan di RSISA, maka dasarnya harus mencintai Allah, dan menyayangi mereka yang sedang sakit, agar segera sembuh atau disembuhkan oleh Allah.
       Saudaraku yang dicintai Allah. Kita diciptakan oleh Allah dan ditugasi menjadi khalifah-Nya adalah untuk beribadah (mengabdi) kepada-Nya (QS. Al-Anbiya’:107). Kita akan bisa mengabdi kepada Allah dengan sungguh-sunggguh, tulus dan ikhlas, apabila kita bisa mencintai Allah. Tempatkan mencintai Allah dan Rasul-Nya di atas segalanya.
Bagi teman-teman dokter, paramedis, pembimbing rohani, pekerjaan Anda adalah pekerjaan yang sangat mulia. Ketika Anda menolong, mengobati, dan mengobati pasien, bayangkan mereka itu adalah hamba-hamba-Nya yang sedang diuji sekaligus diberi pahala ketika mereka bersabar. Karena sakit adalah bagian dari peristiwa yang dialami seseorang, agar orang yang sehat mau dan tahu bersyukur kepada Allah yang memberi nikmat sehat.
الصحة تاج لا يعرفه الا المريض،
“Sehat itu mahkota, tidak nengetahuinya kecuali orang yang sakit”.
     Karena itu, prinsip “menyayangi sesama” ini sudah seharusnya menjadi komitmen kita semua, lebih-lebih keluarga besar RSISA, dan kita semua. Semua pasien dan semua manusia adalah saudara kita, termasuk yang berbeda agama dan keyakinan. Karena Islam mengajarkan persaudaraan sesama anak bangsa (أخوة وطنية) dan persaudaraan sesama manusia (أخوة انسانية). Apapun agama dan keyakinan mereka, mereka adalah hamba dan ciptaan Allah. Kewajiban kita untuk menghormati dan menyayangi mereka.
     Rasulullah saw menegaskan,
 ارحموا من في الأرض يرحمكم من في السماء
“Sayangilah orang-orang yang di muka bumi, maka Yang di langit akan menyayangi kamu”.
Bagaimana cara mencintai Allah? Allah memberi petunjuk melalui Rasulullah saw, agar mengikuti beliau. Kalau kita mencintai Allah dan menyayangi sesama, mengikuti apa yang dicontohkan beliau, maka Allah akan mencintai kita. Firman Allah swt:
قل ان كنتم تحبون الله فاتبعوني يحببكم الله ويغفر لكم ذنوبكم والله غفور رحيم أل عمران ٣١
Katakanlah (wahai Muhammad) : “Apabika kamu sekalian mencintai Allah, maka ikutilah aku, maka Allah akan mencintai kamu dan mengampuni pada (dosa-dosa)-mu, dan Allah Maha Mengampuni dan Maha Menyayangi” (QS. Ali ‘Imran: 31).
     Saudaraku, Rasulullah saw adalah sosok teladan yang sangat memanusiakan manusia, menghormati siapapun, kalau berbicara lembut, tampil senyum, dan sangat menghormati sesama. Beliau tidak membeda-bedakan orang, baik karena etnis atau warna kulit. لا فضل لعربي على أعجمي artinya “tidak lebih utama bagi orang Arab atas orang asing” dan لا فضل لأبيض على أسود artinya “tidak lebih utama bagi orang kulit putih atas orang kulit hitam”.
     Untuk sekedar menggambarkan bahwa beliau itu dijaga oleh Allah jangan sampai keliru dalam memperlakukan sesama,
عبس وتولى (١) أن جاءه الأعمى (٢) وما يدريك لعله يزكى (٣) أو يذكر فتنفعه الذكرى (٤) أما من استغنى (٥) فأنت له تصدى (٦) وما عليك ألا يزكى (٧) وأما من جاءك يسعى (٨) وهو يخشى (٩) فأنت عنه تلهى (١٠) كلا انها تذكرة (١١)
“Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, karena telah datang seorang buta kepadanya. Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa), atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadnya? Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup, maka kamu melayaninya. Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau dia tidak membersihkan diri (beriman). Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran), sedang ia taakut (kepada Allah), maka kamu mengabaikannya. Sekali-kali jangan (demikian). Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu adalah suatu peringatan” (QS. ‘Abasa: 1-11).
     Jadi kalau ada orang yang mengaku mencintai Allah, tetapi dia tidak bisa menyayangi sesama, berarti cintanya kepada Allah cinta palsu. Apalagi suka menebar rasa takut dan kebencian, berarti ia tidak mengikuti Rasulullah saw. Rasulullah saw yang baru bermuka masam dan berpaling kepada orang yang buta, dan orang yang buta pun, tidak mengetahuinya saja, sudah ditegur oleh Allah SWT. Petunjuk tersebutlah yang seharusnya menjadi panduan kita memperlakukan sesama dan menyayangi mereka. Terlebih bagi keluarga besar RSISA dalam melayani dan memperlakukan pasien dan keluarganya.
     Dalam rumus bisnis, pasien (dan keluarganya) adalah customer (pembeli/pelanggan), dan pembeli adalah raja. Karena itu visi customer satisfaction atau kepuasan pelanggan, sebagai wujud atau manifestasi mencintai Allah dan menyayangi sesama, harus menjadi komitmen dan budaya kerja keluarga besar RSISA.
     Semoga Allah memberi kita sehat afiat, makin mencintai Allah, dan menyayangi sesama. Inilah indikator kualitas keberagamaan kita. المسلم من سلم المسلمون من لسانه ويده artinya “Orang Islam (yang berkualitas) adalah orang membuat nyaman orang-orang Islam lainnya dari tutur kata dan tangannya”.
     Allah a’lam bi al-shawab.
Wassalamualaikum wrwb.
Ngaliyan Semarang, 13/3/2017.

Silahkan Hubungi Kami