ISLAM DAN HARMONI KEHIDUPAN

Published by achmad dharmawan on

Assalamualaikum wrwb.
     Saudaraku yang dirahmati Allah, mari kita mensyukuri nikmat Allah, atas karunia-Nya kita sehat afiat, masih bernafas tanpa bantuan oksigen tambahan, bisa beribadah kepada-Nya, dan berbagi keceriaan kepada sesama. Menurut Rasulullah saw, tabassum (senyum), berwajah manis, kepada sesama adalah sadaqah. Tentu dalam konteks yang positif dan sesuwi ajaran Islam.
     Shalawat dan salam kita lantunkan pada Baginda Rasulullah saw, keluarga, dan sahabat. Semoga hati kita makin bersih, dan semua kesulitan dimudahkan oleh Allah. Amin.
     Islam diturunkan sebagai agama penyempurna (QS. Al-Maidah: 3), sesuai dengan makna kata “Islam” adalah sebagai kasih sayang Allah untuk seluruh penghuni alam raya atau rahmatan lil ‘alamin (QS. Al-Anbiya: 107). Jati diri Islam sesungguhnya mengajarkan kedamaian, harmoni, persaudaraan, toleran, saling menghormati, saling menyayangi, dan persamaan kedudukan. Nilai lebih seorang muslim di hadapan Allah, hanya ditentukan oleh kualitas ketaqwaannya kepada-Nya (QS. ). Bukan oleh tumpukan harta, berjejernya jabatan, dan bertenggernya gelar akademik. Karena harta, jabatan, dan status sosial, hanyalah sampiran casing duniawi, yang justru sering menjebak si penyandangnya, ke dalam kubangan dan lembah kesengsaraan. Berapa banyak orang yang hanya karena ketamakan atau kerakusan pada harta, ia lakukan upaya apapun untuk mendapatkannya.
     Tingginya angka kriminal di Indonesia, yakni peringkat 68 dari 147 negara. Dalam 1 menit 32 detik terjadi satu tindak kriminal. Dan kebanyakan pemicunya adalah soal ingin mendapatkan harta dengan jalan pintas. Berapa banyak kepala daerah, anggota legislatif, yudikatif, dan hampir semua profesi terkena virus hedonis yang memantik upaya menghalalkan berbagai cara. Ujungnya, mereka harus merasakan dinginnya di balik jeruji besi. Bahkan belakangan makin banyak penawaran investasi bodong, yang masih bisa membohongi masyarakat. Karena mentalitas sebagian masyarakat yang ingin cepat kaya, termasuk umrah yang ditawarkan dengan biaya murah, masih banyak juga korbannya.
     Saudaraku, harmoni dan kebahagiaan ibarat dua saudara, yang tidak bisa dipisahkan. Ketercukupan ekonomi memiliki kontribusi nyata, terjadinya harmoni kehidupan. Karena, apabila kebutuhan dasar manusia tidak terpenuhi, karena memang tidak bisa ditunda, maka yang terjadi adalah penderitaan. Penderitaan yang tidak dibekali keberagamaan yang cukup, maka akan melahirkan sikap sensitif, kehilangan kesabaran, dan berpotensi melakukan rinsakan kriminal.
     Adalah kewajiban pemerintah untuk dapat menyediakan lapangan pekerjaan, sehingga rakyatnya bisa bekerja dan mendapatkan penghasilan. Di sinilah dibutuhkan ketajaman visi dan komitmen seorang pemimpin negara dan pemerintahan untuk melangkah secara nyata untuk memfasilitasi mereka, apalagi yang sudah udzur.
     Harmoni biasanya dikaitkan dengan hubungan intern umat beragama, antar umat beragama dengan pemeluk agama lainnya, yang dirasakan cukup sensitif, dan antarumat beragama dengan pemerintah. Karena harus diakui, bahwa masih sering muncul arogansi, merasa benar sendiri, dan mengafirkan yang lain yang tidak bergabung di kelompoknya.
     Jika menilik sejarah pada dekade masa khulafa al-rasyidin sepeninggal khalifah yang ketiga, pada era khalifah keempat, muncul kelompok yang semula sangat loyal, namun karena merasa dikecewakan, mereka keluar dari kelompok dan menamakan diri sebagai kelompok khawarij (sempalan). Boleh jadi sebagai kompensasi dari kekecewaan mereka itulah mereka memilih cara kekerasan untuk menghabisi siapa saja yang dianggap musuh mereka.
     Rasulullah saw bersabda: “Penganut Yahudi akan pecah menjadi 71 firqah, Nashrani menjadi 71 firqah, dan akan terpecah umat ini menjadi 73 firqah. Semuanya di neraka kecuali satu. Ditanyakan, “Siapa itu ya Rasulallah saw?” Beliau menjawab: “Orang yang mengikuti aku dan sahabatku” (Riwayat Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ibn Majah dan al-Hakim).
     Saudaraku, sebagai umat beliau, hadits tersebut mari kita fahami bahwa pemahaman agama oleh masing-masing umat, cenderung terjadi perbedaan. Apabila tidak ada pemahaman harmoni dalam keberagamaan, akan berpotensi melahirkan konflik. Karena itu, perlu kita kemukakan visi keragaman atau kajemukan adalah sunnatuLlah, yang peelu dikelola secara baik. Allah sengaja menciptakan keragaman, agar dari keragaman inilah terjadi harmoni dan keindahan, laksana sebuah orkestra yang diaransir secara artistik.
     Marilah kita berlomba menjadi pemeluk agama yang humanis, toleran, saling bersaudara, saling sayang menyayangi, saling hormat menghormati, agar terwujud kenyamanan. Rasulullah saw pesan:
المسلم من سلم المسلمون من لسانه ويده والمهاجر من هجر ما نهى الله عنه
“Orang Islam (yang berkualitas) adalah apabila orang yang beragama itu mendatangkan.keselamatan, kenyamanan, dan kedamaian, dari tutur kata lisannya dan tangan kekuasaannya, dan orang yang berhijrah adalah orang yang hijrah dari larangan Allah” (Riwayat Al-Bukhary dan Muslim).
     Semoga Allah senantiasa membukakan hati dan pikiran kita untuk memeluk agama Islam dan mengamalkannya secara lebih berkualitas, sehingga kita mampu memanusiakan saudara-saudara kita, sehingga mereka merasa nyaman dan bahagia.
Allah a’lam bi al-shawab.
Pascasarjana UIN Walisongo, 8/3/2017.

Silahkan Hubungi Kami