MENYEMAI GENERASI MUDA RELIGIUS

Published by achmad dharmawan on

Assalamualaikum wrwb.
     Sahabatku yang dirahmati Allah, mari kita syukuri anugrah dan karunia Allah. Di pagi ini, kita mulai bangun dan shalat malam, hingga subuh. Kita songsong mentari yang menjalankan perintah-Nya untuk berbagi kenikmatan, tanaman bisa tumbuh normal,yang berbunga mulai mekar, bakal buah berkembang jadi buah. Shalawat dan salam kita senandungkan pada Raaulullah saw, keluarga, dan sahabat. Semoga syafaat beliau kelak menyapa dan melindungi kita di hari akhirat kelak.
     Sahabat tentu ingat nasihat bijak, شبابنا اليوم رجالنا في الغد  artinya “pemuda hari ini lusa atau kelak akan menjadi dewasa”, ada yang mengartikan “pemuda hari ini adalah pemimpin masa depan”. Ini sesungguhnya adalah pesan penting, agar kita sebagai orang tua berusaha secara maksimal, menyemai generasi muda, agar menjadi generasi muda yang agamis atau religius.
     Tidak ada pilihan lain, kecuali kembali mengikuti tuntunan Rasulullah saw. Pertama, sejak memilih calon istri atau calon suami, kita dianjurkan melihat empat hal, wajah, harta, nasab atau keluarga, dan agama. Prioritasnya agama (Riwayat al-Bukhary). Kala melakukan hubungan suami istri, didahului bersuci dan berdoa, semoga dijauhkan dari syetan dan kalau Allah memberikan keturunan, dijauhkan dari syetan (Riwayat al-Bukhary dan Muslim).
     Kedua, jangan mengonsumsi makanan, minuman, atau apapun dari barang atau rizqi yang tidak halal. Karena darah yang berasal dari barang yang tidak halal, akan menghasilkan sifat dan karakter yang tidak baik.
     Ketiga, hendaknya janin yang masih di dalam rahim (kandungan) sering dibacakan Al-Qur’an, agar sejak dini sudah mendengar dan mengenal ayat-ayat Al-Qur’an. Ayat-ayat Allah dapat mengukir persemaian religiusitas janin yang akan dibawa hingga dewasa. Indikator keimanan adalah manakala disebut Asma Allah bergetar hatinya dan kala dibacakan ayat-ayat Allah, bertambah imannya, dan makin bertawakkal penuh kepasrahan kepada Allah (QS. Al-Anfal: 2, Al-Hajj: 336).
     Keempat, didik dan biasakan anak-anak kita sejak usia sangat dini, untuk selalu berterima.kasih kepada Allah. Orang yang bersyukur kepada Allah, berarti ia mensyukuri dirinya sendiri (QS. Luqman: 12). Hanya sedikit hamba-hamba Allah yang pandai bersyukur (QS. Saba: 13). Budaya berterima kasih ini seakan sangat sepele, tetapi makananya sangat dalam. Karena apapun yang diterima manusia, pada hakikatnya adalah dari Allah SWT.
     Kelima, tanamkan kepada anak-anak kita jangan pernah sekutukan Allah, itu kedhaliman besar (QS. Luqman: 13). Selain tidak akan diampuni oleh Allah, syirik juga akan melahirkan sifat dan sikap sombong, takabur, dan angkuh, yang cenderung mengarah kepada sikap absolut dan liberalistik.
    Keenam, tanamkan kesadaran kepada anak-anak kita, bahwa ibu mengandung berbulan-bulan dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, menyusui dan menyapih selama dua tahun (QS. Luqman: 14), mendidik dan membesarkannya dengan penuh kasih sayang. Tanamkan pemahaman bahwa “surga di bawah telapak kaki ibu”, karena itu jangan pernah anak-anak berkata dan bersikap kasar kepada orang tua, terlebih ibu (QS. Al-Nisa’: 31).
     Ajari anak-anak kita dengan panggilan yang baik, tidak hanya menyapa langsung nama, tetapi kakak/mbak, atau adik/kenang. Ini beda dengan pendidikan model barat yang sering memanggil langsung nama. Karena sapaan “jangkar” – meskipun katanya ini mengajari sikap demokratis – tetapi ini bisa berakibat fatal. Apalagi ketika sampai anak berani memanggil kedua orang tuanya dengan nama langsung.
     Ketujuh, tanamkan sifat dan sikap pada anak-anak kita untuk selalu menghormati dan menyayangi orang lain, bahwa mereka adalah ciptaan Allah yang harus dihormati. Menghormati mereka berarti menghormati Allah Sang Pencipta. “Orang yang menghormati orang lain, pasti akan dihormati orang lain” (Riwayat al-Bukhary).
     Kedelapan, ajari dan biasakan anak-anak kita mengerjakan shalat  ketika mereka masih usia tujuh tahun, dan kasih “pelajaran” ketika usia sepuluh tahun, mereka masih belum mau shalat dengan rajin (Riwayat Ahmad, al-Hakim, dan Abu Dawud). Ajari mereka amar makruf dan nahi munkar dengan contoh yang nyata, seperti sedekah pada yang kurang mampu, dll.
     Kesembilan, tanamkan pada jiwa mereka, untuk tidak sombong, takabur, tidak bersuara karas, karena bahasa cenderung menunjukkan karakter yang keras juga. Allah tidak menyukai prilaku sombong, angkuh, dan suara kasar. Karena suara keras lagi kasar, adalah suara khimar (QS. Luqman: 18-19).
     Saudaraku, tentu masih banyak yang harus ditanamkan pada generasi muda dan anak-anak kita. Di tengah perkembangan informasi dan teknologi yang makin canggih, jeratan budaya barat, narklba, seks bebas, dan segala macam tantangan modern, maka dasar-dasar pendidikan agama dan sikap religius dari keluarga, menjadi fondasi penting dan kokoh, bagi masa depan anak-anak kita. Merekalah yang kita “gadang-gadang” akan menjadi tabungan pahala akhirat kita kelak, manakala mereka akan menjadi anak-anak shalih shalihah yang siap mendoakan kita. Mereka juga yang kelak akan mematrikan dan menoreh prestasi dan lukisan mas di kanvas masa depan kita yang enak dan indah di pandangan mata.
ربنا هب لنا من أزواجنا وذرياتنا قرة أعين واجعلنا للمتقين اماما (الفرقان ٧٤).
“Ya Tuhan Kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan anak-anak kami sebagai penyenang hati (kami) yang enak di pandangan, dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa” (QS. Al-Furqan: 74).
     Semoga anak-anak dan generasi muda kita, senantiasa dalam lindungan Allah, dijaga dan diselamatkan dari berbagai cobaan, ujian, dan pengaruh negatif, karena merekalah “tabungan” dan “kebanggaan” kita di saat kita sudah berada di alam penantian panjang di alam barzah. Semoga menjadi anak-anak dan generasi muda yang shalih dan shalihah, yang siap menjadi pemimpin masa depan Indonesia. Kita masih terus menggantung harapan Indonesia ini akan menjadi baldatun thayyibatun wa Rabbun ghafur.
     Allah a’lam bi al-shawab.
Wassalamualaikum wrwb.
Ngaliyan, Semarang, 7/3/2017.

Silahkan Hubungi Kami