RUH, FITRAH, DAN MASA DEPAN MANUSIA

Published by achmad dharmawan on

Assalamualaikum wrwb.
     Saudaraku yang dirahmati Allah, mari kita syukuri semua kenikmatan yang kita terima dari Allah. Sehat afiat ibarat mahkota yang harus dijaga, hanya dipahami dan disadari kala kita sakit. Shalawat dan salam kita senandungkan pada Rasulullah saw, keluarga, dan sahabat. Semoga hati kita makin bersih, selalu husnudhan, namun tetap waspada.
     Manusia oleh Allah dikasih ruh (nyawa) atau jiwa, ketika kita masih dalam wujud janin berusia 120 hari. Yakni, setelah menjalani proses berupa nuthfah (air mani bertemu dengan ovum) selama 40 hari, Allah jadikan menjadi segumpal darah, selama 40 hari, segumpal darah itu Allah jadikan segumpal daging selama 40 hari, segumpal daging dijadikan tulang belilang, lalu Allah bungkus dengan daging, kemudian dijadikan makhluk yang lain. Maha Suci Allah, Pencipta yang Paling Baik (QS. Al-Mu’minun: 14).
     Dijelaskan dalam hadits riwayat Al-Bukhary dan Muslim dari Ibn Mas’ud, setelah janin berusia 120 hari, Allah mengutus malaikat, dan ditiupkan ruh. Diperintahkan kepada malaikat untuk mencatat empat hal: rizqi, amal, ajal, dan celaka atau bahagianya. Rasulullah saw bersumpah,
فوالله الذي لا اله غيره ان أحدكم ليعمل بعمل أهل الجنة حتى ما يكون بينه وبينها الا ذراع فيسبق عليه الكتاب فيعمل بعمل أهل النار فيدخلها، وان أحدكم ليعمل بعمل أهل النار حتى ما يكون بينه وبينها الا ذراع فيسبق عليه الكتاب فيعمل بعمل أهل الجنة فيدخلها رواه البخاري ومسلم
“Dan demi Dzat yang tidak ada tuhan selain Dia, sesungguhnya seseorang dari kalian melakukan perbuatan Ahli surga hingga jarak dirinya dan surga hanya satu dzira’, maka didahului catatan, maka dia melakukan dengan perbuatan ahli neraka, maka ia memasukinya. Dan sesungguhnya salah seorang dari kalian melakukan perbuatan ahli neraka hingga jarak antara dirinya dan neraka hanya satu dzira’, maka karena didahului catatan, maka ia melakukan pwebuatan ahli surga dan ia memasukinya” (Riwayat al-Bukhary dan Muslim).
     Mencermati sabda Rasulullah saw di atas, seakan usaha manusia di dunia ini sia-sia, tidak ada pengaruh apapun, karena catatan “nasib” sudah “baku” dan tidak bisa dirubah. Apakah benar demikan? Kata guru saya dulu, qadla’ Allah itu ada yang mubram (tetap) dan ada hang mu’allaq (yang bisa berubah, jika Allah merubahnya, yang diusahakan dan dimohonkan oleh manusia melalui doa).
     Soal ruh manusia adalah urusan Allah. Suatu saat Rasulullah saw ditanya para sahabat soal ruh, lalu rurun wahyu, “Katakanlah (wahai Muhammad) ruh itu masuk urusan Tuhanku” (QS. Al-Isra’: 85). Bagaimana soal ajal manusia, itu juga rahasia dan hak prerogatif Allah. Itupun Allah memberi kesempatan, barangsiapa ingin dibeber atau dimudahkan rizqinya dan dipanjangkan umurnya, maka sambunglah tali kasih sayang (silaturrahim) (Riwayat al-Bukhary, 2067, Muslim, 2557). Ini menunjukkan bahwa Allah bisa saja merubah jatah ajal kita menjadi lebih panjang apabila kita rajin silaturrahim.
     Ada ulama yang menegaskan, bahwa Allah menjadikan silatirrahim sebagai sebab syar’iy untuk panjangnya umur,  demikian juga akhlaq yang baik dan baik dalam bertetangga. Karena itu, rajinlah silatirrahim. Ini salah sayu ajaran kemanusiaan yang luar biasa besar manfaatnya.
    Dalam kaitan fitrah manusia, ditegaskan bahwa “Tidaklah setiap bayi dilahirkan kecuali dalam keadaan suci (fitrah), maka kedua orang tuanya yang meyahudikannya, menasranikannya, atau memajusikannya” (Riwayat al-Bukhary). Fitrah di sini maksudnya bertauhid atau mengesakan Tuhan. Kalau ada manusia yang tuhannya tidak Esa, maka hakikatnya ia telah menyimpang dari fitrahnya (QS. Al-A’raf: 172).
     Saudaraku, manusia diciptakan oleh Allah hanya ada satu tujuan yakni beribadah mengabdi kepada-Nya (QS. Al-Dzariyat: 56). Dalam ibadah mahdlah, semua diatur agama, melalui Al-Qur’an dan Sunnah Rasul. Demikkan juga ibadah sosial sebagai pengejawantahan tugas kekhalifahan manusia di muka bumi, maka manusia diberi rambu-rambu agar bisa berbuat yang sebaik-baiknya, bermanfaat bagi dirinya, keluarganya, dan masyarakat. Sebaik-baik manusia adalah manakala ia bisa berbuat yang bermanfaat bagi orang lain (Riwayat Muslim).
     Allah Swt menjamin hamba-hamba-Nya yang ingin keadaan, nasib, dan masa depannya menjadi lebih baik, amalannya amalan ahli surga, maka tergantung pada usahanya. Jika ingin hidup enak dan lurus, maka ia harus berilmu, karena dengan ilmu hidupnya akan disinari cahaya. Ingin mereguk kebahagiaan ia harus rajin bekerja, dan jika ingin hisupnya tenang, maka ia harus rajin bermunajat, berdzikir, dan dengan kerendahan hati (tawadlu’) dhepe-dhepe di hadapan Allah dengan penuh kepasrahan.
     Allah menegaskan,
انما المؤمنون الذين اذا ذكر الله وجلت قلوبهم واذا تليت عليهم ايته زادتهم ايمانا وعلى ربهم يتوكلون الأنفال ٢
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ketika disebut asma Allah hati mereka bergetar, dan jika sibacakan ayat-ayat-Nya maka bertambahlah imannya, dan kepada Tihan mereka, mereka bertawakkal (berpasrah diri)” (QS. Al-Anfal:2).
     Saudaraku, bagi Anda yang sudah merasakan kenikmatan sebagai hamba yang sukses, syukurilah itu adalah anugrah Allah yang terbaik. Pasti banyak saudara kita yang berada di “bawah” kita. Bagi Anda yang belum berhasil, pahami dan sadarilah masih banyak jalan yang akan dibukakan Allah, asal kita mau berusaha dan bekerja keras. Karena di setiap kesulitan Allah pasti memberi kemudahan. Justru kebahagiaan itu akan sangat dirasakan apabila diawali dengan kesulitan.
     Semoga Allah senantiasa memberikan jalan kemudahan, menjadikan kota pandai mensyukuri nikmat-Nya, dan selalu bermunajat kepada-Nya. Kenikmatan yang tak bisa dibayangkan dengan apapun, adalah manakala kita sedang bermanja dan berasyik ma’syuk dengan Rabbuna, Allah Rabbil ‘Izzah.
     Allah a’lam bi al-shawab.
Wassalamualaikum wrwb.
Pascasarjana UIN Walisongo, 28/2/2017.

Silahkan Hubungi Kami