NERIMO (QANA’AH) DAN KEBAHAGIAAN

Published by achmad dharmawan on

Assalamualaikum wrwb.
     Saudaraku yang dirahmati Allah. Mari kita awali kegiatan di pagi hari Ahad ini dengan mensyukuri nikmat yang diberikan Allah, dengan mensyukurinya. Dengan bersyukur, kita merasa bahagia, dan Allah akan menambah anugrah-Nya kepada kita. Shalawat dan salam, kita senandungkan pada Nabiyullah Muhammad Rasulullah saw, keluarga, dan para sahabat. Beliau menegaskan,
أصحابي كالنجوم بأيهم اقتديتم اهتديتم
artinya “Sahabatku, laksana bintang gemintang, apabila kalian mengikuti mereka, kalian akan mendapat petunjuk” (Riwayat Ibn ‘Abd al-Barr).
     Manusia diciptakan oleh Allah, tujuannya hanya satu, yaitu beribadah kepada-Nya (QS. Al-Dzariyat: 56). Ibadah yang kita lakukan, tujuannya untuk investasi manusia sebagai deposit tabungan akhirat, agar tidak ada penyesalan di belakang hari. Seperti orang-orang kafir yang digambarkan oleh Allah “(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: “Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang saleh terhadap apa yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan” (QS. Al-Mu’minun:99-100).
     Ayat tersebut dipahami oleh sebagian ulama seakan hanya bagi orang kafir saja. Padahal maksudnya, siapapun yang abai terhadap kewajiban agamanya, maka pasti ia akan menyesali dirinya, ingin dihidupkan kembali guna menebus dosa dan semua kewajiban yang ditinggalkannya.
     Hidup di dunia memang sarat persaingan. Karena Allah membuat mati dan hidup agar manusia bersaing dan berkompetisi secara sehat,  siapa di antara kita yang paling baik amal perbuatannya (QS. Al-Mulk: 2). “Maka berlomba-lombalah (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat) (QS. Al-Baqarah: 148) supaya kita memiliki cukup bekal. Jadi hari kiamat itu pasti, bukan hayalan atau ramalan masa depan. Allah menggambarkan model “Ahli kitab yang lurus, adalah membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, mereka juga bersujud, beriman kepada Allah dan hari akhir, menyuruh yang makruf, mencegah yang munkar, dan bersegera (mengerjakan) yang makruf. Mereka itulah orang-orang yang shalih” (QS. Ali ‘Imran:114).
     Dalam kompetisi ada yang menang dan ada yang kalah. Akan tetapi di hadapan Allah, selagi dia adalah petarung yang tangguh, berjuang untuk menjadi hamba-Nya yang berprestasi, maka akan diberi kemudahan oleh Allah. Karena pemenang di hadapan Allah itu tidak ditentukan oleh menumpuknya kekayaan, berderet dan tingginya jabatan, tetapi ditentukan oleh kadar dan kualitas ketaqwaannya kepada Allah (QS. Al-Hujurat: 13).
     Karena itu, agar hidup kita ini berjalan dengan bahagia dan nyaman, tidak dilanda kekhawatiran, kegalauan, dan ketakutan, kita mesti tanamkan sifat dan sikap qanaah (nerimo ing pandum). Sudah barang tentu harus didahului usaha atau ikhtiar yang sungguh-sungguh, dan tawakkal yang cukup. Manusia kewajibannya usaha dan doa, namun Allah juga yang mengatur, menghendaki, dan menentukan taqdir-Nya.
    Qanaah artinya rela atau merasa cukup dari hasil usahanya dan bertawakkal kepada Allah.
عن عبد الله ابن عمرو رضي الله عنهما أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال قد أفلح من اسلم ورزق كفافا وقنعه الله بما أتاه رواه مسلم
Riwayat dari Abdullah bin ‘Amr, Rasulullah saw bersabda: “Sungguh beruntung orang yang beragama Islam, rizqinya cukup,  dan merasa cukup dengan apa yang Allah berikan kepadanya” (Riwayat Muslim).
     Saudaraku jadilah orang kaya. Apalagi kaya harta, asal diperoleh dengan cara dan usaha yang halal. Dengan kekayaan yang didasari iman dan taqwa, maka seseorang akan bisa membayar zakat yang banyak, memberdayakan rakyat yang fakir dan miskin, membangun fasilitas sosial, jalan dan fasilitas umum, madrasah atau sekolah, masjid dan mushalla, dan keperluan publik lainnya.
      Saudaraku, waspadalah, jangan salah menempatkan atau memperlakukan harta. Harta hanyalah alat, instrumen, atau wasilah, agar hidup di dunia yang tidak lama ini, berhasil dan sukses menjadi manusia sejati yang memberikan banyak manfaat pada orang banyak (خير الناس أنفعهم للناس ). Apabila Anda belum atau bahkan tidak berhasil menjadi orang kaya secara materi, hidup Anda masih akan berjalan. Rasulullah saw pun menegaskan, bahwa “sesungguhnya kaya itu bukan karena kaya harta, akan tetapi kaya adalah kaya jiwa (hati)” (Riwayat Bukhary dan Muslim).
     Bagaimana caranya untuk bisa qanaah, riwayat Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda: “Lihatlah orang-orang yang ada di bawah kalian, dan janganlah melihat orang yang di atas kalian. Yang demikian itu lebih layak bagi kalian agar kalian tidak memandang hina nikmat Allah yang dilimpahkan pada kalian” (Riwayat Bukhary dan Muslim).
     Saudaraku, saya yakin kita sudah memahami wawaler (nasehat) atau didikan orang tua, bahwa umur, rizqi, jodoh, dan mati, sudah ada ketentuannya dari Yang Maha Pemberi hidup. Hanya kadang karena pendidikan, lingkungan, atau teman pergaulan, di antara kita sering lupa. Ketika rizqi kita sedang kurang beruntung, apalagi merasa sudah rajin shalat wajib, shalat tahajud, dan shalat dliha, karena kurang sabar dalam menerima cobaan dan ujian, yang terjadi justru “menyalahkan” Tuhan. Ia memaki, “mengapa Tuhan tidak adil, saya sudah beribadah maksimal, rajin shalat tahajud, rajin shalat dluha, tapi kok rizqi saya seret, tidak lancar, sementara kebutuhan anak-anak makin banyak,  apa dosa saya”?
     Saudaraku, sebagai hamba Allah, mari kita perbaiki sikap mental, mindset, dan pemikiran kita, kita dudukkan posisi kita sebagai manusia. Pertama, kita mulai lagi niat kita, hidup adalah untuk mengabdi kepada Allah. Karena belajar, bekerja, melaksanakan pekerjaan rutin di rumah tangga, adalah wujud ibadah kita. Kedua, sebagai abdi, harus bekerja serius dan sukses, karena kita memang mengharap balasan dan ridla Allah. Hidup yang diridlai Allah, akan terasa ringan dan nyaman. Ketiga, ketika sudah bekerja keras dan tawakkal, maka apapun hasilnya, itulah yang terbaik buat kita. Allah pasti memberi yang kita butuhkan, bukan yang kita inginkan. Karena itu, kita tanamkan sifat dan sikap qanaah, nerimo ing pandum, menerima bagian yang diberikan, karena dengan kita menikmati dan mensyukuri apa yang ada, kita akan mendapatkan kebahagiaan.
    Mengakhiri tulisan ini, sebagai manusia, kita musti sadar, Allah akan selalu menguji kita, melalui kebaikan atau kekurangan, rasa takut dan khawatir, kelaparan, atau kekurangan. Yang dititipi  ilmu tinggi, adalah cobaan agar tidak tinggi hati atau sombong,  yang diberi jabatan bergengsi, adalah ujian, seberapa ia bisa amanah dan adil, dan yang diberi rumpukan harta, adalah ujian apakah ia seorang yang dermawan, ataukah dia makin kaya makin jauh dari Allah, yang diperbudak oleh hartanya.
Jalanilah, selagi Allah masih sayang sama kita, Allah juga yang mencukupi kebutuhan kita. Bersabarlah karena Allah menyertai orang yang sabar.
حسبنا الله ونعم الوكيل نعم المولى ونعم النصير توكلت على الله لا حول ولا قوة الا بالله العلي العظيم
Semoga Allah senantiasa membuka hati dan pikiran kita,  dan mampu menjadi hamba-Nya
yang pandai bersyukur, nerimo (qanaah), insya Allah kebahagiaan akan menjadi “milik” Anda.
    Allah a’lam bi al-shawab.
Wassalamualaikum wrwb.
Ngaliyan, Semarang, 12/2/2017.

Silahkan Hubungi Kami