JIHAD KEMISKINAN

Published by achmad dharmawan on

Assalamualaikum wrwb.
     Puji dan syukur hanya milik Allah. Mari kita syukuri, nikmat dan karunia-Nya sungguh luar biasa. Kalau kita syukuri, kita bahagia, dan pasti Allah akan menambah karunia-Nya.
     Shalawat dan salam kita lantunkan terus buat sosok teladan hidup kita, dalam beragama, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Semoga syafaat beliau, akan memayungi kita di hari tidak ada lagi payung perlindungan.
     Saudaraku yang dirahmati Allah, manusia hidup musti serius, supaya sukses. Bekerja keras dan sungguh-sunggguh agar hidup di dunia sukses, di akhirat bahagia sukses dan sejahtera. Term atau istilah jihad, dalam penggunaannya sehari-hari tampaknya mengalami distorsi, gagal faham, jadinya fahamnya gagal. Pada masa orde baru muncul istilah “komando jihad”. Istilah jihad yang semestinya positif berubah konotasinya menjadi negatif, terutama di kalangan pengelola pemerintah.
     Belakangan ini juga ada “kelompok jihadis” yang tampaknya menjadi “frasa baru” yang mereka memilih cara jihad dalam arti “berperang” bisa dalam arti luas maupun dalam arti sempit yakni berperang secara fisik.
     Kata “jihad” dari kata jahada-yajhadu-jihad artinya bekerja keras atau bersungguh-sungguh. Seperti “Dan orang-orang yang berjihad (mencari keridlaan) Kami, benar-benar Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik” (QS. Al-‘Ankabut:69).
     Jihad bermakna membela agama Allah sebagai agama tauhid di tengah tantangan berat dari agama penyembah berhala. “Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan begitu pula dalam (Al-Qur’an) itu,  supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu menjadi saksi atas segenap manusia. Maka dirikanlah shalat, tunaikan zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong” (QS. Al-Hajj: 78).
     “Hai Nabi berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan betaikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka jahannam” (QS. Al-Taubah: 73). Memaknai ayat ini tentu dengan melihat konteks ruang dan waktunya.
      Saudaraku yang diberi titipan rizqi berlimpah oleh Allah. Kefakiran dan kemiskinan, merupakan bagian dari ujian Allah kepada hamba-hamba-Nya. Bukan hanya kepada mereka yang hidupnya susah, akan tetapi yang paling penting justru ujian bagi yang kaya (the haves), karena harta adalah titipan dan amanah (QS. Al-Anbiya’: 35). Supaya kita tidak kagetan, dan berubah menjadi sombong dan lupa kepada Allah, maka perlu belajar,  seperti tukang parkir. Kalau motor dan mobil dia senang, karena dia senang bakal menerima rizqi banyak, tetapi dia berharap motor dan mobil segera diambil oleh pemiliknya. Sebab kalau tidak diambil, dia susah, karena bisa jadi dia akan “diperbudak” untuk menjaganya.
     Mengapa “Jihad Kemiskinan”. Sabda dan wanti-wanti Rasulullah saw,  كاد الفقر أن يكون كفرا yang menurut al-Albany dla’if, menggambarkan dengan tegas, bahwa kefakiran itu nyaris dan sangat tipis garisnya dengan kekufuran. Rasulullah saw pernah berdoa :
اللهم اني أعوذ بك من الكفر والفقر رواه أبو داود وأحمد
“Ya Allah, aku berlindung dari kekufuran dan kefakiran” (Riwayat Abu Dawud dan Ahmad).
     Untuk mengurangi atau bahkan meniadakan kemiskinan, Islam menempatkan zakat sebagai pilar atau rukun Islam setelah shalat. Tidak kurang dari 26 kali, perintah zakat mengikuti perintah shalat. Jika zakat merupakan sadaqah wajib, masih banyak perintah sadaqah sunnah seperti infaq,  sadaqah, hibah,  waqaf,  dll. Ini karena jika harta tidak dibayar zakatnya, akan bisa berubah menjadi haram, karena tercampur oleh harta lain yang seharusnya dikeluarkan untuk para mustahiq zakat.
     Al-Qur’an menempatkan perbuatan mebgeluarkan harta sebagai jihad. Dan jihad dengan harta untuk memerangi kemiskinan, agar tidak ada lagi saudara-saudara kita yang miskin, mendapat legitimasi dalam banyak ayat Al-Qur’an (QS. Al-Taubah: 88). “Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya ataa orang-orang yang duduk aatu derajat” (QS. Al-Nisa’: 95, Al-Anfal: 72, Al-Taubah: 44). “Berjihadlah dengan harta-hartamu dan jiwamu di jalan Allah… ” (QS. Al-Taubah: 3).
    Data penduduk miskin di Indonesia,  yang belakangan sedang dirundung keprihatinan mendalam karena banyak kegaduhan, akibat penegakan hukum yang dirasakan masyarakat sebagai tidak fair dan tidak adil, karena hukum sudah berfihak kepada atau dimanfaatkan oleh penguasa, 2017 ini ada 27,7 orang. Jika asumsinya satu keluarga 4 jiwa misalnya, maka masih ada 6.925.000 kepala keluarga (KK) yang miskin. Jumlah yang masih fantaatis,  di negara yang sangat subur, sumber daya alam kaya luar biasa.
     Potensi zakat yang sangat besar, 217,2 trilyun rupiah, semestinya dapat dihimpun secara maksimal, dikelola,  dan didistribusikan dengan baik dan tepat sasaran dengan pola zakat produktif, maka secara perlahan kemiskinan akan bisa dikurangi. Multiplaying effect positif yang diharapkan adalah mereka yang berubah nasib dari mustahik menjadi muzakki,  akan bisa menularkan pengalaman mereka.
     Saudaraku, jika kita mampu melakukan jihad untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan kemiskinan ini,  rasanya hidup kita akan lebih berbahagia. Mengakhiri tulisan ini, mari kita simak secara seksama, pesan Rasulullah saw :
أيها الناس أفشوا السلام وأطعموا الطعام وصلوا الأرحام وصلوا بالليل والناس نيام تدخلوا الجنة بسلام رواه البزار والطبراني
“Wahai manusia,  tebarkanlah kedamaian dan keselamatan, berilah makan orang yang membutuhkan,  jalinlah silaturrahim, dan shalatlah kamu di waktu malam,  ketika kebanyakan orang sedang pada tidur nyenyak,  maka kalian akan masuk surga dengan selamat dan nyaman” (Riwayat al-Bazzar dan al-Thabrany).
     Semoga Allah senantiasa melimpahkan rizqi yang banyak,  halal, dan barakah, sehingga kita dengan ringan dan senang hati melaksanakan jihad di jalan Allah dengan sebagian harta kita,  untuk mengurangi syukur menghilangkan kemiskinan dan kefakiran yang dialami saudara-saudara yang belum beruntung.
      Dengan demikian mereka memiliki ketahanan akidah,  dan tidak mudah tergoyahkan oleh bujuk rayu, iming-iming materi, dan tetap menggenggam keislamannya,  sampai akhir hayat, dan menghadap Allah dalam khusnul khatimah.
     Allah a’lam bi al-shawab.
Wassalamualaikum wrwb.
Ngaliyan Semarang, 3/2/2017.

Silahkan Hubungi Kami