ILMU DAN RIZQI

Published by achmad dharmawan on

Assalamu’alaikum wrwb.
Puji dan syukur hanya milik Allah, yang harus kita syukuri. Allah banyak memberi karunia yang bahkan tidak kita sadari apalagi memohonnya. Oksigen tanpa bayar, kita hirup setiap hembusan nafas, adalag salah satu bukti nyata.
Doa cinta,  kasih sayang, dan keselamatan, kita senandungkan pada Baginda Nabi Muhammad saw, keluarga,  dan sahabat, sebagai ikhtiar menjaga hati dan cinta kita, agar terus terpatri niat tulus meneladani beliau.
Rasulullah saw menegaskan, “cari ilmu sejak di buaian hingga liang lahat”. “Cari ilmu wajib bagi setiap orang Islam laki dan perempuan”. Yang lebih penting lagi,  “barang siapa ingin (sukses hidupnya di) dunia, maka baginya berilmu, dan yang ingin (hidup bahagia dan sejahtera di) akhirat, baginya wajib berilmu” (Riwayat al-Bukhari).
Ilmu secara harfiyah dari kata ‘alima-ya’lamu-‘ilm artinya mengetahui. Secara terminologi,  adalah pengetahuan tentang suatu hal. Jika yang dipelajari soal agama, supaya hidupnya selamat dunia akhirat,  disebut ilmu agama. Jika yang dipelajari makhluk hidup, disebut ilmu biologi. Jika yang dipelajari alam semesta,  disebut ilmu fisika, astronomi,  tergantung sudut pandangnya.
Ungkapan berbahasa Arab mengatakan, “al-‘ilm nuurun” artinya “ilmu adalah cahaya”. Karena dengan ilmu,  hidup seseorang akan mudah,  karena disinari cahaya ilmu, dan tidak mudah tersesat pada jalan yang salah. Dalam perkembangannya,  ada yang membagi pada ilmu agama,  ilmu sosial,  dan ilmu alam (sains). Karena hidup ini bagi kaum Muslim,  kehidupan dunia adalah untuk mempersiapkan kehidupan yang abadi dalam kebahagiaan dan kesejahteraan,  maka di dunia harus sukses,  agar mampu berinvestasi untuk kehidupan akhirat.
Rizqi merupakan barang, hak,  atau apapun yang kita butuhkan. Namun sering disalahpahami,  bahwa rizqi terbatas pada uang. Padahal semua yang menjadi kebutuhan kita,  adalah rizqi juga. Allah menjanjikan akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu (QS. Al-Mujadalah:11).
Ayat tersebut menegaskan bahwa apabila kita ingin hidup sukses, mudah mendapatkan rizqi,  atau setidaknya mudah dalam menjemput rizqi Allah,  bahagia,  dan sejahtera di dunia dan akhirat,  maka ilmu yang dibutuhkan adalah kesatuan ilmu agama dan ilmu umum (unity of science).
Hidup sukses tidak cukup hanya dengan ilmu agama saja,  atau dengan ilmu umum saja. Agama tanpa ilmu lumpuh,  ilmu tanpa agama buta. Karena itu lah,  untuk dapat menjemput rizqi yang sudah disediakan oleh Allah,  secara mudah dan sukses, maka makin tinggi ilmunya dan pemahaman serta pengamalan agamanya makin baik,  akan makin mudah dan sukses.
Itu semua masih dibutuhkan sikap rendah hati (tawadlu’), karena setinggi-tinggi  ilmu yang dapat manusia raih, masih ada yang lebih pintar. Perlu kiranya diperdalam dengan mendekatkan diri kepada Allah Rabbul ‘Izzah, agar mampu khusyu’ dalam menjalani hidup yang lebih bermakna.
Orang yang berilmu,  disebut ‘alim,  jamaknya Ulama. Ini secara bahasa. Jika yang dimaksud Ulama adalah yang takut kepada Allah, maka ia haruslah ‘Amil,  atau mengamalkan ilmunya. Lebih dari itu, ia juga ‘Abid atau penghamba yang baik. Jika semua sudah dijalankan, dan Allah membukakan “jalan-Nya” maka akan menjadi ‘Arif artinya mengenal Allah. Dalam perspektif inilah,  kenapa para Ulama rizqinya dijamin oleh Allah,  dengan tanpa bisa dihitung dan fiduga-duga. Subhanallah.
Allah a’lam bi al-shawab.
Wassalamu’alaikum wrwb. 
Semarang Ngaliyan, 14/1/2017.

Silahkan Hubungi Kami