MEMAHAMI KEBAHAGIAAN

Published by achmad dharmawan on

Oleh Ahmad Rofiq
Assalamualaikum wrwb. 
Sahabatku yang dimuliakan Allah. Mari bersyukur dengan perasaan,  supaya kita sekaligus merasakan bahagia. Allah telah memberi semua yang kita butuhkan,  meskipun belum sesuai keinginan kita.
Shalawat dan salam untuk Rasulullah saw terus kita senandungkan,  agar hati kita terjaga,  untuk menyertai Shalawat Allah dan Malaikat untuk beliau (QS. Al-Ahzab: 56). Kita menunggu syafaat beliau kelak di akhirat.
Semoga di pagi yang cerah ini,  Anda bahagia. Karena bisa salat tahajjud,  dzikir, dan mendoakan anak,  orang tua, dan keluarga.
Apa sesungguhnya makna bahagia. Bahagia adalah perasaan senang terpenuhinya keinginan. Ada yang mendefinisikan, bahagian (al-sa’adah)  adalah kekuatan hati yang ridha menghadapi kenyataan. Ada yang menambahkan ridha atas kenyataan yang diterima apapun keadaannya dan tumbuh dari iman dalam hati. Ada yang mengartikan,  bahagia adalah berpegang kepada (aturan,  petunjuk) Allah dalam merealisasikan kebaikan. Al-Ghazaly dalam Kimiya’ al-Sa’adah mengatakan,  jika Anda ingin bahagia maka prasyaratnya adalah mengenali diri sendiri (معرفة النفس). Kesempurnaan kebahagiaan tergantung pada tiga hal: kekuatan marah,  keinginan,  dan ilmu. Semua itu tergantung bagaimana bisa dimenej secara baik. Sudan tentu,  muaranya di dalam manajemen hati (qalbu). Dalam hati terdapat sifat dan keadaan,  yakni akhlaq buruk (اخلاق السوء) dan akhlak baik (اخلاق الحسن). Yang buruk menghasilkan kerusakan berbuah penderitaan,  dan yang baik menghasilkan derajat kebahagiaan.
Ada 4 jenis akhlak,  kata Al-Ghazaly, akhlak syetan,  akhlak binatang,  akhlak binatang buas,  dan akhlak malaikat. Akhlak syetan wujudnya nafsu,  makar,  rekayasa,  dll. Akhlak binatang wujudnya makan,  minum,  tidur,  dll. Akhlak binatang buas wujudnya memukul,  membunuh,  dan permusuhan, dan akhlak malaikat menghasilkan kasih sayang,  ilmu pengetahuan,  dan kebaikan.
Karena itu,  jalan keluarnya adalah mengenali diri kita sendiri,  dari mana kita diciptakan,  dari mana dan menuju ke mana hidup kita,  bagaimana kita diciptakan, dengan apa kita bahagia dan celaka.  Karena dengan mengenali diri sendiri, diharapkan akan dapat mengenali Allah. “Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka bahwa Al-Qur’an itu adalah benar…” (QS. Fushshilat:53). Kita diberi hati dan ruh. Agar kita mendapatkan kebahagiaan,  maka qalbu dan ruh berjuang (jihad) mengikuti jalan Allah,  dengan mengajak jasmani dan indrawi sebagai “tentara”-nya hati dan ruh. Pasti Allah akan menunjukkan jalannya (QS. Al-‘Ankabut: 69).
Saudaraku,  Rasulullah saw memberi resep,  jika kita ingin hidup di dunia bahahia dan di akhirat sejahtera,  1). Istri shalihah; 2). Rumah yang luas. Kalau rumah tipe 21 bagaimana? Setidaknya hatinya yang lapang; 3). Tetangga yang baik; dan kendaraan yang nyaman” (Riwayat Ibnu Hibban dan al-Hakim).
Ada empat hal juga yang penting: 1). Lupakan perbuatan baik yang pernah Anda lakukan kepada orang lain, agar ikhlas dan tidak mengolok-oloknya. 2). Ingat perbuatan buruk yang Anda lakukan kepada orang lain, agar tidak mengulanginya. 3). Jangan pernah dan buang jauh-jauh  iri dalam soal materi atau rizqi orang lain. 4). Tanamkan iri dalam soal ibadah pada orang lain.
Saudaraku,  mati kita berjihad mengenali diri kita yang sebenarnya,  agar kita mampu mengikuti jalan Allah. Insya Allah kita akan mereguk kebahagiaan sejati.
Allah a’lam bi al-shawab.
Wassalamu’alaikum wrwb.
Ngaliyan, 19/1/2017.

Silahkan Hubungi Kami