MARCHING BAND, KEBHINNEKAAN, DAN NASIONALISME

Published by achmad dharmawan on

Assalamualaikum wrwb.
Hari Ahad, 21/10/2018 saya sebagai Ketua II membidangi Pendidikan Yayasan Pusat Kajian
dan Pengembangan Islam (YPKPI) Masjid Raya Baiturrahman Semarang yang mengelola 2 TK, 2
SD, SMP Isriati, dan SMK Islamic Center dan Ketua Komite SD Negeri 1 (Kampus) Kota
Semarang, ikut hadir menyaksikan jalannya lomba dan kontestasi Marching Band
memperebutkan piala Raja Hamengkubuwono Cup 2018.
Jika SD 01 Ngaliyan Kampus – yang semula 3 SD 01, 03,dan 07 dan sejak saya diamanati
menjadi ketua Komite Sekolah saya “memaksa” minta supaya – akhirnya menjadi satu yakni SD
01, tahun 2006 sudah memulai membentuk Gita Suara Marching Band. Pengalaman pertama
merebut juara ke-2 tingkat Jawa Tengah, dan 2016 menyabet Juara Umum Piala Raja
Hamengkubuwono Cup.
Sementara SD Hj. Isriati Baiturrahman 2, baru memulai tahun 2018 ini secara intensif, dan
memberanikan diri ikut berkontestasi di even nasional di Yogyakarta ini. Padahal sebenarnya
“jejak sejarah” klub Marching Band di Kota Semarang, Masjid Raya Baiturrahman cukup
berpengalaman dan berkibar di masanya, dengan klub Arimbinya. Arimbi yang pernah
menyandang nama besar, dicoba dihidupkan kembali, oleh Kepala SD Isriati 01 Drs. H.
Musaddat Masykur. Memang membangunkan klub yang pernah menyandang nama besar dan
sudah “tidur panjang” sangat tidak mudah. Karena untuk memompa motivasi dan semangat
baru, jauh lebih susah dari membuat yang baru.
Sementara itu, saya tugaskan kepada Amir Yusuf, S.Pd. menjadi kepala SD 02 dengan segala
keberaniannya membentuk klub Marching Band Gempita Nusantara SD Isriati 02 Masjid Raya
Baiturrahman Semarang. Tidak tanggung-tanggung, melalui dukungan Komite dan Orangtua
murid, Gempita Nusantara Marching Band SD Isriati 02 ini, langsung ambil bagian di even
nasional dalam perebutan Piala Raja Hamungkubuwono Cup.
Tulisan ini disiapkan, setelah Parade, Sabtu, 20/10/2018 sore diikuti seluruh kontingen,
sepertinya tampil dengan penuh percaya diri, dan mudah-mudahan menjadi awal yang bagus
dan mampu unjug di kelompok tiga terbaik, syukur menjuarai Piala Raja Hamengkubuwono
yang cukup bergengsi.
Beda dengan SD Ngaliyan 01 yang sudah pernah menjuarai Piala Raja Hamengkubuwono
dan Piala Presiden, relatif sudah mapan dan matang dengan mental juaranya. Saya ingat
dengan yel-yel yang saya “gemakan dengan gemuruh” kala mereka mau berangkat, “SD Koalisi,
atau sekarang SD 01 Kampus, Jaya, Gita Suara, Juara”.
Marchingband biasanya difahami sebagai format yang lebih besar dari drumband. Bakk
jumlah personalia maupun perlatan musiknya. Menurut id.m.wikipedia.org, drumben (bahasa
Inggris: drum band) adalah sekelompok barisan orang yang memainkan satu atau beberapa
lagu dengan menggunakan sejumlah kombinasi alat musik (tiup, perkusi, dan sejumlah
instrumen pit) secara bersama-sama. Penampilan drumben merupakan kombinasi dari
permainan musik (tiup, dan perkusi) serta aksi baris-berbaris dari pemainnya. Umumnya,
penampilan drumben dipimpin oleh satu atau dua orang Komandan Lapangan dan dilakukan
baik di lapangan terbuka maupun lapangan tertutup dalam barisan yang membentuk formasi

dengan pola yang senantiasa berubah-ubah sesuai dengan alur koreografi terhadap lagu yang
dimainkan, dan diiringi pula dengan aksi tarian yang dilakukan oleh sejumlah pemain bendera.
Dari sisi format tampilannya sebenarnya drumband atau marchingband ini mirip dengan
sebuah orkestra yang kaya alat musik, bunyi suara, dan kerancakan dan harmoni paduan alat
musik dan suara. Bedanya jika drumband atau marchingband ditampilkan gerak jalan dan baris
berbaris.
Di Indonesia sudah banyak sekali klub-klub drumband atau marchingband dari tingkat SD,
SMP, SMA, hingga Perguruan Tinggi. Pesantren pun tidak mau ketinggalan. Ada juga di tingkat
Masjid seperti Masjid Istiqlal Jakarta. Juga di tingkat kementerian. Demikian juga perusahaan.
Bahkan organisasi yang menjadi wadah Marching Band pun sudah ada baik dari tingkat
kabupaten/kota, provinsi, maupun di tingkat pusat.
Pembentjkan klub drumband atau marchingband adalah untuk kepentingan menyiapkan
generasi muda yang tangguh dan handal, memiliki kemandirian, kepercayaan diri, kebersamaan
yang menjadi kunci sukses sebuah tim, juga sekaligus membentuk branding sebuah sekolah
atau lembaga. Karena marchingband adalah perpaduan yang harmonis, dari keterampilan,
kecerdasan, kebersmaan, menghargai kemajemukan, dan komitmen terhadap kelompok.
Dalam skala besar ini, menjadi fondasi dasar dalam memyemai komitmen nasionalisme ke-
Indonesia.
Ada banhak pelajaran yang sangat berharga bagi anak-anak yang menjadi peserta
marchingband ini. Setidaknya pelajaran yang dialami oleh anak saya sendiri. Pertama,
mentalitas dan kemandirian anak-anak untuk tampil bersama-sama secara kompak,
bertanggungjawab atas diri dan alat musik yang dipegang, agar bisa tampil maksimal, rancak,
rapi, dan harmoni dengan yang lain.
Kedua, anak-anak dibiasakan menghargai kerja dan prestasi teman-temannya masing-
masing, mengalahkan kepentingan dirinya sendiri, demi meraih tujuan bersama dalam satu tim
atau klub. Sudah barang tentu SD Ngaliyan Kampus 01 misalnya, bertekad mempertahankan
kejuaraan yang pernah diraihnya dengan nama besar Gita Suara Marching Band, dan SD Isriati
Baiturrahman 02 juga ingin membuat “sejarah baru” memperjuangkan Gempita Nusantara SD
Isriati 02 menjadi Sang Juara dan menggondol Piala Raja Hamengkubuwono Cup.
Ketiga, penanaman kedisiplinan, kejujuran, transparansi, kekompakan, dan
mengedepankan prestasi atau kerja sebaik-baiknya. Bagaimana membedakan peserta didik
yang mempunyai pengalaman ikut dalam keterampilan ekstra kurikuler drumband atau
marchingband dengan yang tidak tentu butuh penelitian yang valid. Yang jelas, ada tambahan
kesibukan dengan kedisiplinan tingkat tinggi, baik disiplin waktu, disiplin kerja maksimal, dan
ketelitian dengan presisi tinggi, baik membunyikan alat musik, gerak tangan dan kaki, maupun
peralatan lainnya.
Keempat, penanaman sifat dan sikap nasionalisme ke-Indonesiaan yang tinggi. Saat-saat
mereka sedang dalam pelatihan yang pastu membutuhkan berkali-kali latihan dan
pemangapan, apabila anak-anak tidak memiliki rasa cinta, loyalitas tinggi, dan komitmen pada
almamaternya yang menyeruak memenuhi dada dan perasaan mereka, pasti akan “gugur dan
terseleksi alam” yang pasti pelatih pun akan mencarikan penggantinya. Memang tidak mungkin
seluruh peserta didik di sebuah sekolah, bisa mengikuti kegiatan ekstra kurikuler drumband
atau marchingband ini. Selain jumlah personalia yang dibutuhkan juga terbatas. Peralatan

musik yang tinggi, custom yang berbiaya mahal, dan operasionalnya juga mahal. Implikasinya
tidak semua sekolah mampu membentuk drumband atau marchingband ini.
Selamat berjuang anak-anakku, baik SD Isriati 02 maupun SD Ngaliyan 01 Kampus. Semoga
kalian sukses memenangi even dan menjadi juara Piala Hamengkubuwono Cup ini. Kalaupun
seandainya belum berhasil, kalian semua sudah bisa menjadi juara untuk memenangi diri
sendiri, dan pasti kalian sangat mampu menghargai kebhinnekaan, dan menjunjung tinggi
komitmen nasionalisme ke-Indonesiaan serta loyalitas yang dibutuhkan oleh bangsa ini.
Kalian semua lima belas hingga dua puluh tahun ke depan, adalah pemimpin bangsa ini.
Tanamkan kerja keras, disiplin tinggi, loyalitas pada almamater, komitmen kebhinnekaan dan
nasionalisme ke-Indonesiaan yang tinggi. Allah, Tuhan Yang Maha Esa, pasti akan membimbing
dan memudahkan jalan bagi masa depan kalian.
Allah al-Musta’an ila sabil al-muhtadin. Allah a’lam bi sh-shawab.
Hotel Pop, Yogyakarta, 21/10/2018.

Silahkan Hubungi Kami