PESANTREN, NKRI, DAN DERADIKALISASI

Published by achmad dharmawan on

Pertanyaan:
Assalamualaikum wrwb.
Yth. Pak Kyai, mohon dijelaskan, 1. Bagaimana pandangan Bapak Kyai tentang eksistensi
pesantren selama ini? 2. Mengapa masih banyak orang atau lembaga yang mendirikan
pesantren? 3. Apakah dengan banyaknya pesantren yang baru didirikan merupakan fenomena
kebangkitan pesantren? 4. Bagaimana kalau ada pesantren yang mengajarkan rasikalisme dan
anti Pancasila?
Atas penjelasan Bapak Kyai, saya ucapkan terima kasih.
Wassalam wrwb.
Wa’alaikumussalam wrwb.
Terima kasih pertanyaannya. Pertama, pesantren atau bahasa Arabnya ma’had merupakan
lembaga pendidikan tertua di Indonesia, yang diakui oleh para ahli pendidikan baik nasional
maupun internasional. Banyak hasil penelitian yang menunjukkan eksistensi dan peranan
pesantren, baik ilmuwan Indonesia maupun peneliti seperti Martin van Bruinessen. Pada
umumnya pesantren mengajarkan ilmu-ilmu yang mencakup akidah, fiqh, ushul fiqh, syariah,
tafsir, hadits, dan tasawwuf serta ilmu-ilmu alat atau metodologi, seperti ilmu nahwu, sharaf,
balaghah, badi’, bayan, ma’any, dan ilmu tentang nadham atau syair yang disebut ilmu ‘arudl.
Ilmu-ilmu yang diajarkan tersebut referensinya kitab kuning yang tanpa syakal atau harakat.
Sering disebut kitab “gundul”. Tentu yang bisa membaca hanyalah mereka yang sudah memiliki
kemampuan atau kemahiran ilmu nahwu yang mempelajari perubahan harakat di akhir kata,
dan ilmu sharaf yang membahas tentang perubahan kata, dan tentu penguasaan bahasa Arab.
Dilihat dari stratifikasi ilmu juga mirip di madrasah atau sekolah formal, ada peringkat dasar
(ibtidaiyah), menengah pertama (tsanawiyah), dan menengah atas (‘aliyah). Bahkan belakangan
pemerintah memfasilitasi adanya pesantren yang setara perguruan tinggi yang disebut dengan
ma’had ‘aly. Yang belakangan ini oleh pemerintah sudah dispesifikasikan (ditakhashshuskan)
pada bidang ilmu. Di Kementerian Agama juga sudah ada direktorat yang mengurusi pendidikan
pesantren ini.
Jadi kalau bicara tentang eksistensi pesantren sebagai pendidikan tertua di Indonesia —
atau baca nusantara — kiranya tidak perlu diragukan lagi. Karena sistem satuan kredit semester
(sks) di Perguruan Tinggi, pada hakikatnya adalah bentuk adopsi dari sistem pendidikan
pesantren model sorogan atau bandongan yang memberi keleluasaan pada santri untuk
memilih ilmu apa yang dipelajari sesuai dengan kemampuan masing-masing santri. Pesantren
model ini disebut dengan pesantren salafiyah yang kadang disebut dengan pesantren
tradisional. Meskipun sesungguhnya “sangat modern”.
Kedua, mengapa banyak mendirikan pesantren. Pesantren tidak lepas dari eksistensi santri
dan Kyai sebagai pemimpin pesantren. Pada umumnya, santri yang sudah mondok dan menjadi
santri bertahun-tahun, ketika sudah dianggap cukup dan direstui (diijazahi) oleh Kyainya,
diijinkan atau bahkan “diamanati” oleh Kyainya untuk membuat pondok pesantren. Sudah
barang tentu maksudnya adalah sebagai “kepanjangan” silsilah ilmu yang diajarkan Kyai di
pesantren, untuk diteruskan di daerah santri yang sudah lulus, yang sangat memerlukan
pencerahan dan berbagai ilmu agama dan keterampilan yang telah didapat di pesantrennya
terdahulu, untuk dikembangkan di pesantren yang baru. Soal kualitas dan bagaimana respon

masyarakat terhadap pesantren yang baru, tergantung pula kualitas Kyai “Baru” yang
mendirikan pesantren. Untuk “mendongkrak” pengaruh dan kharisma Kyainya, biasanya secara
periodik, “Kyai Baru” ini mengundang Kyai Sepuh pesantren lamanya, untuk mendoakan dan
“mempopulerkan” pesantren barunya. Dalam bahasa santri, ngalap berkah dari Kyai Sepuh
guru Kyai Baru di pesantrennya yang lama.
Ketiga, apakah makin banyaknya didirikannya pesanteen baik oleh perorangan atau
lembaga, menunjukkan fenomena kebangkitan pesantren? Jawabannya bisa ya bisa juga tidak.
Karena fenomena pesantren salafiyah, hingga kini masyarakat tampaknya merasa “sudah
terpatri” kemantapan dan kepercayaannya pada pesantren salafiyah yang lama. Bahwa ada
pesantren modern tumbuh di berbagai daerah, tentu sepanjang tidak mengajarkan ajaran-
ajaran yang menimbulkan faham radikalis dan bertentangan dengan Pancasila dan NKRI, maka
ini fenomena yang positif. Mengapa, karena masyarakat sangat memahami bahwa pendidikan
di pesantren lebih berhasil dalam mencetak alumni atau lulusan yang memiliki kemandirian
yang tangguh dan siap berkompetisi dalam dunia usaha. Ketika pemerintah memfasilitasi para
santri yang di dalam pesantrennya menyelenggarakan sekolah formal, untuk mendapatkan
beasiswa di Perguruan Tinggi ternama di negeri ini, banyak dari mereka yang justru sangat
kompetitif dalam meraih prestasi termasuk mereka yang mendapatkan Indeks Prestasi
Kumulatif (IPK) cumlaude.
Keempat, kalau ada pesantren yang mengajarkan faham radikalis (radikalisme) dan anti
Pancasila, seharusnya tidak berada di Indonesia. Karena negara Indonesia didirikan oleh para
faunding fathers atau pendiri negara ini, sudah diyakini bahwa bentuk Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) adalah final dan Pancasila sebagai landasan ideologi bangsa dan
negara ini. Tampaknya memang ada, mereka menggunakan istilah yang mirip, yakni pesantren
salafy, yang katanya mengajarkan ajaran Islam sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadits saja. Ajaran
selain yang ada dalam Al-Qur’an dan Hadits adalah bid’ah. Ini yang harus diwaspadai.
Karena itu, kita semua perlu memahami dan menyadarkan seluruh masyarakat akan
fenomena pesantren yang memang mengajarkan faham radikal dan anti Pancasila. Negara kita
ini adalah hasil perjuangan para ulama, syuhada’, dan para pejuang dengan cucuran darah, air
mata, dan sabung nyawa untuk membentuk NKRI. Setiap upaya yang merongrong faham Islam
moderat (wasathiyah) yang mengancam keutuhan NKRI dan merongrong Pancasila, harus
diluruskan dan diajak ke jalan yang benar. Semoga masyarakat menyadari dan memahami
bahwa perjuangan dan pengorbanan para pendiri bangsa membentuk NKRI dan Pancasila serta
UUD 1945 adalah juga karena atas berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa. Mari kita jaga,
pertahankan, dan isi NKRI dengan berusaha menjadi manusia Indonesia yang bertaqwa kepada
Allah Tuhan Yang Maha Esa.
Allah a’lam bi sh-shawab.
Wassalamualaikum wrwb.

Silahkan Hubungi Kami