Hitler

Published by achmad dharmawan on

Tanggal 30 April 2018
Hitler
Oleh: Ahmad Hasan Asy’ari Ulama’i

Tanggal 30 April 1945 merupakan hari meninggalnya Adolf Hitler,Politisi sekaligus ketua partai NAZI (partai Pekerja Sosialis Nasional). Beberapa gelar disematkan kepadanya, salah satu di antaranya sebagai dictator Jerman Nazi, ia terlahir sebagai anak keempat dari enam bersaudara dari pasangan Alois Hitler dan Klara Pölzl (1860–1907).
Hitler menerapkan system otokratik, prinsip ini tergantung kepada kepatuhan absolut semua anak buah kepada pimpinannya, sebagaimana piramida maka dirinya sebagai pemimpin mutlak. Hal ini pulalah yang menguatkan kediktatorannya (https://id.wikipedia.org/wiki/Adolf_Hitler)
Secara umum, Hitler berhasil membangun kedisiplinan para bawarannya, namun pada saat yang sama banyak korban karena system yang ia buat ini. Sekalipun tercatat dalam sejarah sebagai tokoh fenomenal Jerman bahkan dunia, namun tak sedikit yang mengecam kejahatan Hitler ini.
Belajar dari tokoh ini, Tampaknya sebuah misi akan berhasil jika dipegang oleh orang yang kuat dan tegas bahkan sedikit kejam bagi pelanggarnya, hanya saja nilai-nilai ini berbeda dengan keberhasilan misi Islam yang justru dibangun bukan dengan kekerasan namun dengan kelembutan hati, sebagaimana firman Allah dalam Qs Ali Imran ayat 159
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّهِ لِنتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنتَ فَظّاً غَلِيظَ الْقَلْبِ لاَنفَضُّواْ مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّهِ إِنَّ اللّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ ﴿١٥٩﴾
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma`afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.
Model kepemimpinan yang tahan kritik bahkan untouchable ini juga menimbulkan kesatuan komando dan akhirnya semua berada dalam satu visi (hanya saja visi pimpinan, bukan visi bersama), hal ini juga berbeda dengan visi Islami yang cenderung mendorong umat untuk emmusyarahkan segala hal dan melaksanakan apa yang menjadi kesepakatan musyarah tersebut (saat ini biasa disebut demokratis, sekalipun sebagian muslim lebih suka menyebutnya sebagai permusyawaratan. Sebagaimana lanjutan ayat di atas, juga dikuatkan oleh gambaran orang-oranng yang dikehendaki Allah dengan ciri-ciri yang tertuang dalam Qs asy-Syura ayat 38
وَالَّذِينَ اسْتَجَابُوا لِرَبِّهِمْ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَمْرُهُمْ شُورَى بَيْنَهُمْ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ ﴿٣٨﴾
Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.
Semoga sosok Hitler menjadi pelajaran berharga bagi kita semua baik hal-hal yang buruk padanya juga yang baik pada dirinya, sehingga kita dapat bersikap objektif di dalam melihat perjalanan hidup seseorang terlebih tokoh tertentu.

Categories: GAGASAN

Silahkan Hubungi Kami