Tari

Published by achmad dharmawan on

Tanggal 29 April 2018
Tari
Oleh: Ahmad Hasan Asy’ari Ulama’i

Tanggal 29 April merupakan hari tari internasional. Tari merupakan ekspresi jiwa manusia yang diaktualisasikan melalui gerak. Di Indonesia ini, hamper setiap daerah memiliki tarian khas, sehingga negeri ini dikenal akan kekayaan budaya dan seni di dalamnya termasuk seni tari.
Hari tari internasional ini dicanangkan pada tahun 1982 oleh CID (Counseil Internasional de la Danse) sebuah lembaga tari internasional dengan tujuan mengajak warga dunia menampilkan, dilatari ragamnya tarian di dunia dan mulai pudarnya penjagaan warisan dunia ini karena minat tari semakin menurun khususnya tarian tradisional, karena tarian modern saat ini terus bermunculan. (http://nationalgeographic.co.id/berita/2015/04/sejarah-hari-tari-dunia)
Dalam Islam, tarian juga telah di kenal, bahkan Nabi Saw pernah mengundang istrinya untuk menonton tarian yang dilakukan orang-orang Habasy yang dikenal dengan zivin, sebagaimana tertuang dalam riwayat Imam Muslim berikut ini
عنْ عَائِشَةَ ، قَالَتْ جَاءَ حَبَشٌ يَزْفِنُونَ فِي يَوْمِ عِيدٍ فِي الْمَسْجِدِ ، فَدَعَانِي النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَوَضَعْت رَأْسِي عَلَى مَنْكِبِهِ ، فَجَعَلْت أَنْظُرُ إِلَى لَعِبِهِمْ ، حَتَّى كُنْت أَنَا الَّتِي أَنْصَرِفُ عَنِ النَّظَرِ إِلَيْهِمْ
Dari Aisyah, ia berkata: orang Habasyi datang dan menari pada hari id di masjid, lalu Nabi memanggilku, lalu aku letakkan kepalaku di atas pundak beliau, lalu aku melihat ke permainan mereka hingga aku sendiri berpaling dari menonton mereka
Hadis di atas merupakan gambaran bahwa Islam sebagai agama yang indah tetap menjaga nilai nilai keindahan yang diekspresikan seseorang melalui seni suara, seni rupa hingga seni gerak, sekalipun di tengah perjuangan beliau untuk mengeliminir berbagai hal yang berbau kesyirikan serta bertolak belakang dengan akhlak mulia terus beliau gaungkan, namun cara-cara yang indah tetap beliau tumbuhkan karena Islam tidak menghambat pengembangan seni kecuali seni tersebut mengganggu atau merusak dakwah pokok Nabi Saw tersebut.
Seperti pemahat dikecam Nabi Saw dalam rangka memotong matarantai penyembahan terhadap berhala, sampai-sampai Nabi mengecam dengan keras, bahwa siapapun yang membuat serupa dengan makhluk hidup, kelask diminta untuk memberikan nyawa. Sudah barang tentu mustahil bagi manusia untuk memberikan nyawa, sehingga hal itu harus dimaknai sebagai kecaman yang berat.
Berbeda halnya dengan suasana kesyirikan yang ditimbulkan patung-patung tersebut telah hilang, semestinya pengembagan seni patung tidak harus terhambat terlebih untuk pengembangan dunia pendidikan yang membutuhkan media yang lebih mendekati rielnya, dalah satunya adalah pembuatan miniatur patung hewan, tumbuhan dan lainnya atau melalui tayangan foto maupun film.
Kembali kepada hari tari internasional, semoga inovasi terus tumbuh dengan tetap menjaga tarian tradisional yang baik dan mengambil tarian yang lebih baik lagi. Intinya bumbu-bumbu tari yang mengarah kepada kemusyrikan harus di hindari, demikian pula yang bertlak belakang dengan akhlakul karimah.

Silahkan Hubungi Kami