KAA

Published by achmad dharmawan on

Tanggal 18 April 2018
KAA
Oleh: Ahmad Hasan Asy’ari Ulama’i

Tanggal 18 April 1955 merupakan hari pertama Konferensi Asia Afrika yang melibatkan beberapa negara (29 negara) dan dimotori Indonesia, Myanmar, Sri Lanka, India dan Pakistan bertempat di Gedung Merdeka Bandung.Koferensi ini pulalah yang melahirkan gerakan nonblok pada tahun 1961.(https://id.wikipedia.org/wiki/Konferensi_Asia%E2%80%93Afrika)
Gerakan nonblok saat itu untuk tidak memihak dua adikuasa yang mewakili Barat dan Timur, United State of Amerika (USA) dan Uni Soviet sebagai blok Barat dan Timur. Gerakan non blok ini berupaya menjadi model wasathiyah dalam Islam yaitu untuk tidak memihak kepada dua kekuatan berseteru, melainkan berupaya mendudukkan diri pada posisi pendamai, sekalipun kepentingannya agar wilayah Asia Afrika tidak menerima dampak dari perseteruan bolk-blok tersebut.
Dalam Al-Qur’an sendiri surat al-Baqarah 143 dijelaskan sebagai berikut:
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطاً لِّتَكُونُواْ شُهَدَاء عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيداً … ﴿١٤٣﴾
Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang tengah-tengah agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu..
Ayat tersebut menjadi dasar bagi mereka yang mengaku muslim terlebih di negara muslim, seharusnya bertindak sebagai pihak-pihak yang mendamaikan berbagai konflik yang ada di sekitarnya maupun negara di sekitarnya untuk kedamaian negara-negara yang konflik.
Belajar dari kesadaran tokoh-tokoh terdahulu dalam menciptakan perdamaian dunia, seharusnya mampu mendorong generasi saat ini berbuat hal yang sama untuk mempertahankan kedamaian dan perdamaian dunia. Hal ini juga sesuai dengan semangat preambule UUD 1945, selain kemerdekaan sebagai hak semua bangsa juga tanggungjawab pemerintah negara Indonesia untuk ikut serta melaksanakan ketertiban dunia dengan berdasar kepada Pancasila sebagai dasar negara RI ini.
KAA juga merupakan simbol jamaah sebagai kekuatan untuk melakukan perubahan, sebab keinginana personal atau satu negara untuk melakukan perubahan dunia merupakan sesuatu yang cukup berat karena melibatkan banyak person maupun negara, sehingga perubahan yanag diinginkan akan sulit dan lambat dicapai. Berbeda halnya jika masalah tersebut diusung bersama atau secara berjamaah, maka hal yang beratpun menjadi lebih ringan dan lebih cepat mencapai target.
Pada akhirnya, selamat mengenang peristiwa jamaah, permusyawaratan serta mendudukkan diri sebagai ummat tengah-tengah, semoga sejarah tersebut menjadi pelajaran bagi pemerintah saat ini untuk membangun dunia yang lebih maju dan damai. Semoga Allah meridai serta memberkati negara-negara yang berkontribusi untuk perdamaian dan kedamaian dunia. Amin.

Silahkan Hubungi Kami