Hasyim Asyari

Published by achmad dharmawan on

Tanggal 10 April 2018
Hasyim Asyari
Oleh: Ahmad Hasan Asy’ari Ulama’i
Tanggal 10 April 1875 merupakan hari lahir tokoh ulama pendiri organisasi NU yaitu Kyai Haji Mohammad Hasjim Asy’arie, lahir di Demak dan kemudian digelari Hadratus Syeikh (maha guru). Lahir dari pasangan Kyai Keras dari Jombang dengan Halimah, sebagai anak ke tiga dari 10 bersaudara. Beliau menikah sampai 7 kali dan salah satu putranya juga sangat dikenal di negeri ini yaitu Wahid Hasyim (salah satu perumus Piagam Jakarta) dan darinya pula lahir cucunya bernama Abdurrahman Wahid (Presiden Indonesia yang ke-4).
Hasyim Asy’ari banyak belajar kepada Syekh Ahmad Khatib Minangkabau, Syekh Muhammad Mahfudz at-Tarmasi, Syekh Ahmad Amin Al-Aththar, Syekh Ibrahim Arab, Syekh Said Yamani, Syekh Rahmaullah, Syekh Sholeh Bafadlal, Sayyid Abbas Maliki, Sayyid Alwi bin Ahmad As-Saqqaf, dan Sayyid Husein Al-Habsyi di Mekah. Dia memperoleh ijazah khusus mengajarkan Shahih al-Bukhari dari at-Tamasi selain ia juga belajar tasawuf ala Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah. Mengaji Fikih Syafi’i dan Falak, Hisab dan alJabar kepada Syaikh Ahmad Katib al-Minangkabau.
Pemikiran K.H. Hasjim Asy’ari tentang Ahlus Sunnah wa Jama’ah adalah untuk menyebut ulama Al-Qur’an, sunnah dan fiqh yang tunduk kepada tradisi Rasul dan Khulafaur Rasyidin, sebagaimana pengikuti Maliki, Hanafi, Syafi’i, dan Hambali, yang kemudian diyakini sebagai pengikut, penjaga dan penyebar faham Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Dalam Pandangan KH. Hasjim Asy’ari ada dua perspektif melihat Ahlus sunnah wal jama’ah, yaitu dalam teologi menganut Asy’ari Maturidi, dalam fiqh menganut madzhab yang empat di atas.
Beberapa karya Hadratus syaikh antara lain: Risalah Ahlis-Sunnah Wal Jama’ah, an-Nurul Mubin fi Mahabbati Sayyidil Mursalin, Adabul Alim wal Muta’allim fi ma yahtaju Ilaihil Muta’allim fi Ahwali Ta’alumihi wa ma Ta’limihi, At-Tibyan, Muqaddimah al-Qanun al-Asasi li Jam’iyyat Nahdlatul Ulama, Risalah fi Ta’kid al-Akhdzi bi Mazhab al-A’immah al-Arba’ah, Mawaidz, Arba’ina Haditsan Tata’allaqu bi Mabadi’ Jam’iyyat Nahdlatul Ulama, dan at-Tanbihat al-Wajibat liman Yushna’ al-Maulid bi al-Munkarat. (https://id.wikipedia.org/wiki/Hasjim_Asy%27ari)
Kutipan informasi seputar Hadratus Syaikh di atas mengingatkan umat Islam Indonesia bahwa ulama pendahulu kita serius belajar dan berkarya, bahkan wawasannya pun luas karena dapat mengakomodir keragaman pendapat sebagai bagian dari pilihan dalam menjalankan ibadah. Selain itu semangat merujuk kepada nilai-nilai al-Qur’an dan sunnah Nabi sebagaimana dipahami para ulama terdahulu tetap dijadikan bahan renungan untuk mengambil sikap, padahal keragaman yang ada pada dunia Islam saat itu baik bidang teologi berkembang sedemikian rupa hingga bimbingan beliau untuk masyarakat di Indonesia lebih cocok menurutnya jika mengikuti alur fikir Asy’ari Maturidi, bukan berarti beliau tidak paham teologi lainnya. Demikian pula dalam fikih, sebagaimana yang beliau pelajari yaitu fikih Syafi’I, namun masih memberikan ruang bagi masyarakat muslim di Indonesia khususnya yang menjadi anggota NU untuk mengapresiasi madzhab yang empat. Wawasan yang luas dan komparatif inilah yang menjadikan KH. Hasyim Asy’ari mampu membawa umat Islam khususnya warga NU ke dalam bingkai ahlus sunnah wal jamaah yang diharapkannya. Semoga Allah ampuni dasa beliau dan diterima amal shalihnya, amin

Categories: GAGASAN

Silahkan Hubungi Kami