Bandung Lautan Api

Published by achmad dharmawan on

Tanggal 24 Maret 2018
Bandung Lautan Api
Oleh: Ahmad Hasan Asy’ari Ulama’i

Tanggal 24 Maret diperingati sebagai hari Bandung Lautan Api, tepatnya pada tanggal 23 Maret 1946 kurang lebih 200.000 penduduk Bandung membakar rumah mereka dan pergi menuju pegunungan dengan maksud menghalangi tentara sekutu memanfaatkan kota Bandung sebagai markasnya. Peristiwa ini dipicu oleh ultimatum MacDonald kepada Gubernur Jawa Barat agar Bandung Utara dikosongkan (penduduk meninggalkan tempat termasuk pasukan di dalamnya).
Ultimatum tentara sekutu ini mendorong penduduk dan tentara melakukan musyawarah, dan hasilnya disampaikan Kolonel Abdoel Haris Nasoetion yang saat itu menjabat Komandan Divisi III TRI agar meninggalkan kota dan melakukan pembakaran seluruh tempat tinggal mereka. Dan saat itu pula terjadi serangan sekutu dan hingga jam 24.00 Bandung telah kosong dari penduduk sementara api tetap membubung tinggi sehingga dikenal Bandungpun telah menjadi lautan api (masuk ke tanggal 24 Maret 1946).
Peristiwa inipun mengilhami lahirnya lagu Halo, Halo Bandung sekalipun nama penciptanya masih diperdebatkan. Istilah Bandung Lautan Api ini juga muncul di harian Suara Merdeka tanggal 26 Maret 1946. Seorang wartawan muda bernama Atje Bastaman, yang ikut menyaksikan pembakaran Bandung dari atas bukit Gunung Leutik sekitar Pameungpeuk, Garut. Semula ia memberi judul berita “Bandoeng Djadi Laoetan Api”, disebabkan kurangnya ruang, maka judulnya diperpendek dengan “Bandoeng Laoetan Api”. (https://id.wikipedia.org/wiki/Bandung_Lautan_Api)
Apapun namanya, peristiwa heroic ini dikenang bangsa Indonesia khususnya warga Bandung sebagai sikap patriotis yang tidak akan terlupakan olah bangsa Indonesia, terlebih melalui lagu-lagu perjuangan yang senantiasa di kumandangkan di sekolah-sekolah menjadikan semangat pejuang saat itu tumbuh dalam setiap jiwa bangsa Indonesia.
Salah satu strategi perang yang handal dari para pejuang dengan menghanguskan kotanya agar tidak didiami penjajah. Hal serupa juga pernah Rasulullah Saw lakukan saat mendapatkan serangan kafir Quraisy, maka kota Madinahpun dilindungi dengan pembuatan parit besar dengan tujuan agar pasukan musuh tidak dapat melintas atau sampai ke kota, kalaupun terlanjur masuk maka merekapun akan terperosok ke dalamnya. Perang itulah yang dikenal dengan perang khandak (perang parit).
Dalam Hadis Nabi Saw riwayat Muslim
عن جابر يقول قال رسول الله صلى الله عليه وسلم قال الحرب خدعة
Dar Jabir, ia berkata: Rasulullah Saw bersabda: Perang itu tipu daya
Para tentara sekarang menyebutnya bukan tipu daya melainkan strategi, dan suatu saat dibutuhkan strategi yang spektakuler namun jelas tujuannya yaitu untuk memenangkan sebuah pertarungan dan menjaga hak serta kehormatan diri sebagai bangsa. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang ramah namun tetap kuat siap berkorban dengan harta, nyawa maupun tenaganya saat membela kehormatan negaranya. Rawer rawe rantas malang-malang putung (segala sesuatu yang merintangi maksud dan tujuan harus disingkirkan) untuk Indonesiaku

Categories: GAGASAN

Silahkan Hubungi Kami