Parfi

Published by achmad dharmawan on

Tanggal 10 Maret 2018
Parfi
Oleh: Ahmad Hasan Asy’ari Ulama’i
Tanggal 10 Maret merupakan hari Persatuan Artis Film Indonesia (Parfi) setelah dikukuhkan pada tahun 1956. Parfi ini memwadahi insan film, berharap banyak dari silaturrahim ini semakin membesarkan perfilman di Indonesia.
Dunia ini panggung sandiwara, demikian potongan lagu Godbless, sehingga insan-insan yang memerankan di dalamnya menjadi model bagi kehidupan, ada yang memerankan baik ada yang memerankan kejahatan dan aneka peran kehidupan lainnya. Tak jarang begitu bagusnya dalam memerankan peran tertentu, masyarakatpun melihat sosok pemeran sebagai sosok tak terpisahkan dari peran yang dimankan, seperti Damsik yang cukup baik memerankan Datuk Maringgi menjadi bulan bulanan ibu-ibu yang tidak suka dengan watak Datuk Maringgi melampiaskan kekesalannya kepada Damsik yang memerankan tokoh tersebut.
Demikianlah sosok insan film yang dapat memerankan model manusia dengan baik yang bukan peran dirinya yang sesungguhnya, oleh sebab itu insan film merupakan tokoh publik yang diidolakan masyarakat baik karena rupawan mereka maupun kehidupan mereka yang cukup menjanjikan (umumnya kaya-kaya). Terlepas dari sisi tersebut, sebagai idola, para artis ini harus menjadi agen perubahan social dengan memanfaatkan posisinya sebagai public figure yang memiliki banyak massa untuk mempengaruhi kehidupan anak bangsa ini menjadi lebih baik.
Realitasnya, banyak di antara mereka untuk lompat ke kehidupan lain (poilitik misalnya) yang sama-sama membutuhkan dukungan banyak massa menjadikan mereka mudah lolos sebagai tokoh politik baik sebagai anggota parlemen, kepala daerah dan lainnya. Sektor bisnispun denga melibatkan mereka menjadikan produk tersebut lebih cepat tersosialisasi dan memberikan keuntungan yang banyak.
Namun disisi lain, beberapa artis mencoreng jagad perfilman bahkan mempengaruhi mereka yang mengidolakannya ikut rusak atau prustasi dan sejenisnya karena ulah mereka yang tertangkap tangan menggunakan narkoba, melakukan perselingkuhan, terlibat kejahatan korupsi dan lainnya. Oleh sebab itu kita harus bijak dalam mengidolakan seseorang, wajar jika para ulama menekankan hanya mengidolakan Nabi Muhammad Saw yang secara lahiriyah maupun bathiniyah tidak ada split dalam kehidupannya sehingga patut diteladani untuk selamanya.
Mengidolakan yang lainnya bukan tidak boleh, sebagaimana mengidolakan orang tuanya, teman atau tokoh tertentu, namun sebaiknya secara wajar wajar saja sehingga yang baik dapat kita ikuti jejaknya namun yang buruk tetap kita tinggalkan jauh-jauh, syukur bisa kita bantu idola kita tersebut untuk memperbaikinya. Ingat HR at-Turmudzi
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم” أحبب حبيبك هونا ما عسى أن يكون بغيضك يوما ما و أبغض بغيضك هونا ما عسى أن يكون حبيبك يوما ما
Dari Abu Hurairah Ra., ia berkata: Rasulullah Saw bersabda: cintilh kekasihmu seperlunya, boleh jadi ia menjadi musuhmu suatu saat, bencilah musuhmu seperlunya, boleh jadi ia menjadi kekasihmu suatu saat.
Selamat hari Parfi, jadilah artis yang baik maka masyarakat yang mengidolakanmu akan baik juga, sebaliknya wahai masyarakat, sayangi idolamu sewajarnya, boleh jadi suatu hari mereka salah langkah, kamu tidak ikut-ikutan atau prustasi karenanya.

10 maret

Categories: GAGASAN

Silahkan Hubungi Kami