Serangan 1 Maret

Published by achmad dharmawan on

Tanggal 1 Maret 2018
Serangan 1 Maret
Oleh: Ahmad Hasan Asy’ari Ulama’i

Tanggal 1 Maret 1949, Dikenal dengan peristiwa Serangan Umum 1 Maret, sebuah peristiwa penyerangan ke kota Yogyakarta secara besar-besaran yang direncanakan dan dipersiapkan militer Divisi III/GM III yang menyertakan sipil setempat didasarkan kepada instruksi Panglima Divisi III, Kol. Bambang Sugeng sebagai bentuk unjuk kekuatan bahwa TNI masih ada dan kuat.
Latar belakang serangan 1 Maret ke Yogyakarta sebagai Ibukota RI saat itu telah diduduki Belanda, terlepas ragamnya cerita serangan ini, peristiwa serangan 1 maret telah tercatat dalam sejarah perjuangan mempertahankan kemerdekaan RI. (https://id.wikipedia.org/wiki/Serangan_Umum_1_Maret_1949)
Belum lama Indonesia mendeklarasikan kemerdekaannya, bukan tanpa godaan dan ujian kemerdekaannya tersebut, itulah sebabnya anak bangsa ini setelah lama berjuang untuk memperoleh kemerdekaannya belum berhenti untuk menikmati kemerdekaannya melainkan terus berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan tersebut.
Kita yang telah hidup jauh dari era perjuangan kemerdekaan dan perjuangan mempertahankan kemerdekaan, kini harus meneruskan cita-citra pendiri bangsa ini untuk mengisi kemerdekaan untuk menggapai cita-cita hidup negara kesatuan Republik Indonesia yang berdaulat adil dan makmur.
Tanpaknya, perjuangan mengisi dan mengejar cita-citra tersebut belum tergapai dengan maksimal, bahkan sudah muncul godaan yang akan mengganti cita-cita perjuangan mereka dengan semangat yang berbeda. Marilah kita mulai sadar bahwa negeri ini dibangun untuk mewujudkan kemakmuran, maka segala upaya untuk mewujudkannya harus kita dukung bersama dan yang berusaha merusak perjalanan ke cita-cita tersebut harus kita hadapi bersama. Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh, itulah semangat yang dikobarkan para pendahulu kita.
Sebagai muslim yang juga mewarisi para pejuang muslim terdahulu, seperti Pangeran Diponegoro, Imam Bonjol, Cut NyaDien dan lainnya, mereka semua berkorban bukan semata untuk sektarian, kesukukuan, agama tertentu melainkan untuk negeri yang kita cintai yaitu Indonesia.
Mari kita tinggalkan ego sektoral untuk kebersamaan anak negeri membangun Indonesia yang lebih baik, yang dalam bahasa agama sebagai mushlihun (orang-orang yang memiliki semangat untuk memperbaiki kondisi) bukan mufsidun (orang-orang yang selalu membuat kerusakan di muka bumi ini, baik laku maupun ucapannya). Naudzu billah min dzalik.
Merdeka, Merdeka, Merdeka

1 maret

Silahkan Hubungi Kami