Teuku Umar

Published by achmad dharmawan on

Tanggal 11 Pebruari 2018
Teuku Umar
Oleh: Ahmad Hasan Asy’ari Ulama’i

Tanggal 11 Pebruari 1899, merupakan wafatnya Pahlawan Nasional dan Pejuang Kemerdekaan Teuku Umar dari Aceh. Suami dari pahlawan Ceut Nyak Dien ini melakukan strategi membela musuh (dalam hal ini Belanda) untuk mendapatkan kekuatan senjata guna menyerang balik menggunakan senjatanya tersebut.
Teringat hadis Nabi Saw bahwa perang adalah siasat atau tipu daya (HR al-Bukhari)
عن أبي هريرة رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال هلك كسرى ثم لا يكون كسرى بعده وقيصر ليهلكن ثم لا يكون قيصر بعده ولتقسمن كنوزها في سبيل الله وسمى الحرب خدعة
Dari Abu Hurairah ra, dari NAbi Saw, beliau bersabda: Kisra (raja Persia) akan hancur dan tidak ada lagi Kisra setelah itu, sedangkan Kaisar (raja Romawi) pasti akan hancur dan tidak ada lagi kaisar setelah itu, sungguh kalian akan membagi-bagikan perbendaharaan kekayaan mereka di jalan Allah, dan beliau menyebut perang merupakan tipu daya.
Berdasarkan hadis tersebut dalam peperangan merupakan sesuatu yang sah dilakukan dan beberapa pejuang kemerdekaan Indonesia melakukan strategi tipu daya seperti ini untuk mendapatkan kemenangan, demikian pula sebaliknya ketika Belanda mengalahkan Pangeran Diponegoro juga melalui tipu daya, maka alangkah buruknya peperanga tersebut karena mempertemukan tipu daya.
Dalam Islam tidak hanya konteks perang, sebagaimana larangan berbohong tegas dilarang (haram), namun untuk kemashlahatan, bohong diizinkan sebagaimana isyarat hadis berikut: (HR al-Bukhari)
أَنَّ أُمَّ كُلْثُومٍ بِنْتَ عُقْبَةَ بْنِ أَبِى مُعَيْطٍ وَكَانَتْ مِنَ الْمُهَاجِرَاتِ الأُوَلِ اللاَّتِى بَايَعْنَ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- أَخْبَرَتْهُ أَنَّهَا سَمِعَتْ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَهُوَ يَقُولُ لَيْسَ الْكَذَّابُ الَّذِى يُصْلِحُ بَيْنَ النَّاسِ وَيَقُولُ خَيْرًا وَيَنْمِى خَيْرًا
Ummu Kultsum binti ‘Uqbah bin ‘Abi Mu’aythin, ia di antara para wanita yang berhijrah pertama kali yang telah membaiat Nabi Saw. Ia mengabarkan bahwa ia mendengar Rasulullah Saw bersabda, “Tidak disebut pembohong jika bertujuan untuk mendamaikan antara pihak yang berselisih di mana ia berkata yang baik atau mengatakan yang baik (demi mendamaikan pihak yang berselisih)
Namun yang patut dipahami bahwa bohong di sini bukan untuk selamanya (sifatnya temporal) dan harus segera ditutupi dengan kejujuran pada timing yang tepat, kuncinya pada mashlahah itu sendiri bukan pada bohongnya sehingga kemashlahatan tersebut sekiranya terwujud dengan kejujuran maka harus dengan kejujuran, namun kemashlahatan hanya dapat dicapai dengan bohong, maka bohong sesaat untuk mendapat mashlahat boleh dilakukan (tidak dosa), sebagian ulama bias menggunakan pengalihan lebih baik jika masih bias dilakukan dibanding bohong.
Demikianlah nilai perjuangan Teuku Umar yang perlu kita pahami dalam konteks memperjuangkan kemerdekaan negeri ini. Merdeka
11 pebruari

Silahkan Hubungi Kami