Pers

Published by achmad dharmawan on

Tanggal 9 Pebruari 2018
PERS
Oleh: Ahmad Hasan Asy’ari Ulama’i

Tanggal 9 Pebruari diperringati sebagai Hari Pers Nasional (HPN), Pers merupakan badan yang membuat penerbitan media massa secara berkala. Kata Pers (Belanda), atau Press (inggris), secara terminologi berarti media massa cetak atau wadah untuk memperluas dan memperjauh jangkauan pesan kepada manusia.
HPN ini didasarkan kepada Keputusan Presiden Nomor 5 tahun 1985. Keputusan Presiden Soeharto yang ditandatangani pada tanggal 23 Januari 1985 tersebut dengan catatan bahwa pers nasional Indonesia mempunyai sejarah perjuangan dan peranan penting dalam melaksanakan pembangunan sebagai pengamalan Pancasila.
Dalam kotenks hari pers nasional ini, perlu juga wadah informasi yang lain, syukur dapat menjangkau media sosial yang berkembang pesat untuk mendapatkan perhatian yang lebih guna mendukung pembangunan yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Dalam Islam, catatan penting telah digadang-gadang sejak awal oleh Nabi Saw, misalnya terhadap Al-Qur’an, soal hutang piutang dan lainnya. Demikian pula soal penyebaran informasi yang beliau sarankan dengan tegas dan reward yang jelas pula sebagaimana hadis berikut:
عن عبدالله بن عمرو بن العاص رضي الله عنهما: أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: بلِّغوا عني ولو آية، وحدِّثوا عن بني إسرائيل ولا حرَج، ومَن كذب عليَّ متعمِّدًا فليتبوَّأْ مقعدَه من النار (البخاري)
Dari Abdullah bin Amr bin al-Ash, bahwa Nabi Saw bersabda: sampaikanlah oleh kalian sekalipun satu ayat, dan ceritakanlah (berita) dari Bani Israil, hal itu tidak masalah, (catatan) barang siapa berbohong atas namaku secara sengaja maka neraka tempatnya
Hadis di atas juga mengandung pelajaran adanya warning bagi penyebar berita bohong, artinya pers harus jujur dan bertanggungjawab, sementara dalam hadis yang lain Nabi Saw juga memberikan isyarat reward bagi yang menyebarluaskan informasi dengan maksud supaya informasi tersebut dapat ditangkap oleh mereka yang konsern bahkan lebih mampu menindaklanjutinya. (berikut ini HR Ahmad dari Jubair bin Muth’im)
نضَّرَ الله عبدًا سَمِع مقالتي فوعاها، ثم أداها إلى مَن لَم يَسْمعها، فرُبَّ حامل فِقْه لا فقه له ورب حامل فقه إلى مَن هو أفقه منه
Allah indahkan (raut muka) hamba yang menyimak ucapanku klalu menjaganya, kemudian ia sampaikan kepada yang tidak mendengar, boleh jadi yang menyampaikan tidak paham betul atau boleh jadi yang membawa (berita ini) paham dan sampai kepada orang yang lebih paham darinya.
Pelajaran di atas, menunjukkan konsern Nabi Saw terhadap penyebaran informasi yang luas, dan ini merupakan akar pers di era tersebut, namun dengan beberapa catatan supaya disampaikan secara jujur dan tidak ada unsur kebohongan, selain itu media bukan yang paling paham terhadap informasi tersebut melainkan ada ruang publik yang dimungkinkan lebih memahami persoalan yang dinformasikan di dalamnya.

9 pebruari

Silahkan Hubungi Kami