Muhammad Natsir

Published by achmad dharmawan on

Tanggal 6 Pebruari 2018
Mohammad Natsir
Oleh: Ahmad Hasan Asy’ari Ulama’i

Tanggal 6 Pebruari 1993 merupakan hari meninggalnya ulama, politisi dan pejuang kemerdekaan Indonesia Mohammad Natsir, Ia adalah pendiri sekaligus pemimpin partai politik Masyumi, ia pernah menjabat menteri dan perdana menteri Indonesia, juga pernah menjabat sebagai presiden Liga Muslim se-Dunia (World Muslim Congress) dan ketua Dewan Masjid se-Dunia.
Ia pernah dipenjarakan Presiden Soekarno karena vokal menyuarakan pentingnya peranan Islam di Indonesia, ia juga dicekal Soeharto saat menjadi presiden karena kritik-kritiknya . Sekitar 45 buku dan ratusan karya tulis lain dihasilkannya dan ia sempat dianugerahi tiga gelar doktor honoris causa, satu dari Lebanon dan dua dari Malaysia, serta berbagai anugerah yang diperolehnya hingga pada tanggal 10 November 2008, Natsir-pun dianugerahi gelar sebagai pahlawan nasional. (http://rri.co.id/semarang/post/berita/358331/hari_ini_dalam_sejarah/6_februari.html)
Melakukan kritik merupakan kewajiban muslim saat melihat sesuatu yang tidak beres, dalam bahasa agama disebut munkar, salah satu usahanya adalah menyampaikan kebenaran kepada atasan, pemimpin atau sejenisnya, sekalipun dampak dari kritik ini bisa saja berbuah pahit untuk dirinya, sebagaimana isyarah dalam hadis Nabi Saw yang disahihkan Ibn Hibban
عن أبي ذر رضي الله عنه قال قال لي النبي صلى الله عليه وسلم : قل الحق ولو كان مرا
Dari Abu Dzra ra., ia berkata: Rasulullah berkata kepadaku: katakanlah suatu kebenaran sekalipun hal itu pahit.
Beberapa tokoh nasional selain Natsir adalah Buya Hamka yang juga kritis dan mendapatkan buah pahit dari perjuangannya tersebut sehingga mereka mendekam di penjara. Bagi mereka yang dikenal memiliki dasar dasar keagamaan yang kuat serta perjuangan yang didasari nilai-nilai kebenaran tidak membuatnya gentar sekalipun harus dipenjara.
Saat ini kritik juga masih terus dikumandangkan masyarakat kepada pemerintah kecuali pijakannya masih kepentingan golongan, partai dan lainnya, sehingga terkadang kritriknya hanya destrukstif, dan cenderung menambah keruwetan di negeri ini, lebih-lebih indikasi vokal karena dilatari kepentingan politik, ekonomi dan sebagainya, maka nikmatpun mereka dapatkan sesaat dan pahit yang lama justru yang akan mereka rasakan. Berbeda dengan mereka yang melakukan kritik secara tulus, boleh jadi pahit dirasakan sesaat, namun nikmatpun akan terus diterimanya, sebagaimana tokoh-tokoh di atas, termasuk Muhammad Natsir yang perjuangannya harus dibalas air tuba, namun belakangan dia dikenang sepanjang masa oleh anak bangsa hingga digelari sebagai pahlawan nasional.

6 pebruari

Silahkan Hubungi Kami