Super Blue Blood Moon

Published by achmad dharmawan on

Tanggal 31 Januari 2018
Super Blue Blood Moon
Oleh: Ahmad Hasan Asy’ari Ulama’i

Tanggal 31 Januari 2018 hari ini akan terjadi peristiwa langka yaitu gerhana bulan total, Blue Moon (bulan berwarna biru kemerahan) dan Supermoon sekaligus (trilogi Supermoon), peristiwa ini diperkirakan dapat disaksikan mulai jam 17.00 hingga 23.00 WIB (http://wartakota.tribunnews.com/2018/01/29/fenomena-langka-31-januari-terjadi-gerhana-bulan).
Peristiwa ini mendorong umat Islam khususnya melakukan shalat Khusuf di beberapa tempat, bahkan postingan undangan shalat ini berikut tatacaranya yang tidak lazim (sebagaimana shalat sunnah pada umumnya) yaitu dua rakaat dengan empat ruku dan empat kali sujud, beredar banyak melalui medsos dan media elektronika lainnya.
Panggilan tersebut memperhatikan peristiwa yang pernah dialami sahabat di era Nabi Saw, saat itu terjadi gerhana bersamaan dengan meninggalnya putra Nabi Saw (Ibrahim), lalu masyarakat menghubungkan peristiwa gerhana ini dengan kematian seseorang. Nabi Saw mengajak umat untuk melakukan shalat dan memberikan pencerahan melalui khutbahnya bahwa gerhana ini merupakan fenomena alam dan tidak ada hubungannya dengan kematian maupun kehidupan seseorang, sebagaimana hadis berikut (HR al-Bukhari)
عن عائشة رضي الله عنها قالت كسفت الشمس على عهد رسول الله صلى الله عليه وسلم فقام النبي صلى الله عليه وسلم فصلى بالناس فأطال القراءة ثم ركع فأطال الركوع ثم رفع رأسه فأطال القراءة وهي دون قراءته الأولى ثم ركع فأطال الركوع دون ركوعه الأول ثم رفع رأسه فسجد سجدتين ثم قام فصنع في الركعة الثانية مثل ذلك ثم قام فقال إن الشمس والقمر لا يخسفان لموت أحد ولا لحياته ولكنهما آيتان من آيات الله يريهما عباده فإذا رأيتم ذلك فافزعوا إلى الصلاة
Dari Aisyah ra. Ia berkata: terjadi gerhana matahari di zaman Rasulillah Saw, lalu beliau berdiri melaksanakan shalat bersama orang-orang, beliau membaca lama (ayat al-Qur’an) lalu ruku dan lama ruku-nya lalu mengangkat kepalanya (I’tidal) lalu membaca lama (ayat al-Qur’an) hanya lebih pendek dari yang pertama, lalu beliau ruku dan lama ruku-nya hanya lebih pendek dari ruku yang pertama lalu mengangkat kepala (I’tidal) kemudian sujud 2 kali sujud, kemudian beliau berdiri kembali melakukan pada rakaat kedua sebagaimana rakaat pertama. Kemudian beliau berdiri (berkhutbah), beliau menyatakan: sungguh matahari dan bulan tidak mengalami gerhana karena kematian atau kehidupan seseorang melainkan bagian dari tanda kuasa Allah yang ditunjukkan kepada hamba-Nya, maka bila kalian melihat peristiwa itu bersegeralah shalat.
Beginilah cara Islam membina umatnya untuk menyikapi fenomena alam dengan merenungkannya sebagai tanda kuasa Allah, artinya harus diilmui apa yang telah Allah hamparkan di alam semesta ini agar tidak lagi dihubungkan dengan sesuatu yang mistis dan menyalahi sunnatullah. Di sisi lain umat Islam juga menjadikan moment tersebut sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah melalui Shalat atas keterbatasan manusia menerima fenomena tersebut tanpa mampu mengubahnya. Selamat menyaksikan fenomena langka ini dan selamat menunaikan shalat gerhana semoga Allah rida dan memberikan berkah kepada kita semua.

31 januari

Categories: GAGASAN

Silahkan Hubungi Kami