Akhir Khilafah Ali

Published by achmad dharmawan on

Tanggal 29 Januari 2018
Akhir khilafah Ali
Oleh: Ahmad Hasan Asy’ari Ulama’i

Tanggal 29 Januari 661 M., bersamaan dengan tanggal 21 Ramadan 40 H, merupakan hari wafat sekaligus hari akhir kekhilafahan Ali bin Abi Thalib setelah dua hari sebelumnya ditikam Abdurrahman bin Muljam waktu dia sujud dalam shalat subuh. Yang menarik dari kejadian ini, Ali bin AbiThalib masih sempat menyampaikan jika ia masih hidup, Abdurrahman bin Muljam akan diampuni, jika ia meninggal maka ia hanya menuntut agar Abdurrahman diberi satu pukulan yang sama (terlepas apakah dia akan meninggal karena pukulan itu atau tidak) (https://id.wikipedia.org/wiki/Ali_bin_Abi_Thalib).
Perjalanan kekuasaan dalam Islam telah memberikan pelajaran penting bagi umat Islam, sejak Nabi Saw diminta untuk memimpin Madinah, beliau menyusun sebuah undang-undang yang mengatur masyarakatnya yang dikenal dengan piagam Madinah. Nabi Saw menjadi rujukan bagi masyarakat tidak hanya dalam masalah ibadah tetapi masalah-masalah social kemasyarakatan juga. Terkait otoritas keagamaan beliau mendapat legitimasi langsung dari Allah dengan wahyu, sementara legitimasi sebagai penguasa wilayah selain taufiq dari Allah juga pengakuan dari masyarakat yang mendaulatnya.
Pasca wafatnya beliau, soal otoritas keagamaan tidak mungkin digantikan karena hal tersebut ada pada otoritas Allah, sementara kuasa wilayah Madinah tetap harus dilanjutkan oleh penggantinya, muncullah dari hasil usulan beberapa perwakilan suku, sosok Abu Bakar ash-Shiddiq dibaiat sebagai khalifah (pengganti) Rasulillah Saw dalam mengelola umat yang ada di Madinah dan negara-negara yang mengakui kepemimpinan Abu Bakar atas wilayah mereka.
Pasca wafatnya Bau Bakar dihgantikan Umar bin Khatthab selama beberapa tahun, sepeninggal beliau karena dibunuh posisi ini digantikan Utsman bin Affan demikian pula setelah Utsman meninggal karena dibunuh juga digantikan oleh Ali bin Abi Thalib yang pada akhirnya juga mati terbunuh. Inilah rentetan sejarah khilafah masa khulafaur Rasyidin dihiasi dengan konflik dan kekerasan hingga menewaskan para pemimpinnya, selain Abu Bakar.
Dibalik itu semua, ada pelajaran penting bahwa kekuasaan menjadi incaran banyak orang dan tidak sedikit perebutannya dilakukan berdarah-darah, jangankan level manusia saat ini yang banyak dosa, mereka yang jelas dijamin surge oleh Nabi Saw pun harus jadi korban perebutan kekuasaan, namun tidak dapat kita pungkiri kebaikan mereka sebagaimana tergambar pada sosok pemaaf Ali bin Abi Thalib terhadap pembunuhnya, dan sekalipun harus dihukum, maka harus dihukum setimpal bukan berlebihan. Mungkinkah pemimpin kita memiliki karakter seperti ini sehingga tidak perlu ada dendam pemilu, siapa yang tidak memilihnya maka tidak mendapat layanannya dan seterusnya, melainkan siapapun pemilihnya maupun yang tidak memilihnya jika ia telah memimpin maka ia mengayomi semuanya.

29 Januari

Categories: GAGASAN

Silahkan Hubungi Kami