Israel

Published by achmad dharmawan on

Tanggal 19 Januari 2018
ISRAEL
Oleh: Ahmad Hasan Asy’ari Ulama’i

Tanggal 19 Januari 1949, Kuba mengakui status negara Israel, hal ini tidak seramai perbincangan klaim Amerika melalui pernyataan Donald Trump akhir-akhir ini terhadap Yerussalem sebagai ibukotanya yang mengundang Majelis Umum PBB melakukan siding darurat pada hari Kamis 21 Desember 2017 yang akhirnya diperoleh suara mayoritas menentang sikap Amerika dengan 128 suara, 35 suara abstain, dan 9 lainnya mendukung (Amerika Serikat, Israel, Guatemala, onduras, Togo, Mikronesia, Nauru, Palau, dan Kepulauan Marshall)
Secara historis, 1947 PBB menyetujui Palestina menjadi dua negara yaitu satu negara Yahudi dan satu negara Arab. Sehingga pada 14 Mei 1948, Israel memproklamasikan kemerdekaannya, sejak saat itu perang berkecamuk di wilayah tersebut dari mereka yang setuju dan tidak menyetujui pemisahan ini. Terlebih soal penempatan ibukota Yerusalem yang diklaim Israel sebagai ibukotanya sehingga seluruh perkantoran ditempatkan di sana, sementara Palestina juga masih mengakui sebagai ibukotanya. Adapun Tel Aviv yang lebih populer di mata dunia sebagai ibukota Israel tidak pernah diusik atau dibanggakan Israel sebagai ibukotanya. Kesannya memang cari-cari masalah.
Bukan hal baru bagi Israel memiliki watak cari-cari masalah, Al-Quran telah mengabadikan di dalamnya cerita tentang bangsa Israel, bukan untuk menjeneralisir mengingat para nabi dan umatnya-pun banyak yang beriman dan baik. Betapa tidak, Al-Qur’an memuji kelebihan bangsa ini atas yang lainnya (QS al-Baqarah 47), namun mereka pulalah yang dikenal sebagai bangsa yang “ngeyel” cenderung mengelak, sebagaimana terurai dalam kisah Musa yang memerintahkan mereka untuk berkurban (Qs al-Baqarah 67-71) dan sejumlah ayat yang menggambarkan karakter mereka yang demikian buruk.
Bagi umat Islam, seyogyanya melihat hal-hal yang ada pada Israel ini dengan wawasan yang luas dan tetap berkeadilan, sebab seringkali generalisasi terhadap pemberitaan sebagaian bangsa Israel yang nakal dianggap sebagai kenakalan seluruh bangsanya, termasuk kenakalan pemimpinnya dianggap sebagai kenakalan seluruh rakyatnya, lalu menganggap orang Israel tidak ada yang baik. Demikian pula dengan pendukungnya, Amerika Serikat, karena ulah Donald Trump lalu semua rakyat Amerika dinilai sama semuanya dengan dia.
Namun demikian, kedzaliman yang dilakukan pimpinan Israel maupun Donald Trump tetap harus diluruskan, mengingat Nabi Saw memerintahkan kita tidak hanya menolong korban (dalam hal ini bangsa Palestina) melainkan menolong yang dzalim kepada korban sebagaimana termuat dalam HR at-Turmudzi dari Anas bin Malik: tolonglah saudaramu yang dzalim maupun yang didzalimi, sahabatpun bertanya-tanya tentang cara menolong yang dzalim, Nabi Saw menyampaikan: kau cegah/ halangi kedzaliman tersebut adalah pertolonganmu kepadanya. (jika kita berprinsip bahwa semua umat manusia bersaudara, sesama anak Adam)

Tanggal 19 Januari 2018

Silahkan Hubungi Kami