Supermoon

Published by achmad dharmawan on

Tanggal 18 Januari 2018
SUPERMOON
Oleh: Ahmad Hasan Asy’ari Ulama’i

Supermoon merupakan fenomena bulan serasa lebih besar empat belas persen dan lebih cerlang sekitar tiga puluh persen dari ukuran saat purnama apogee (Bulan di dekat titik terjauhnya dari Bumi). Hal ini terjadi pada tanggal 4 Desember 2017 yang lalu dimana jarak bulan dengan bumi sekitar 357.492 kilometer, dan menurut penghitungan BMKG, Fenomena ini akan kembali terjadi pada tanggal 18 Januari 2018 (http://www.tribunnews.com/sains/2017/12/04/apakah-anda-sempat-menyaksikan-supermoon-malam-tadi).
Suatu benda tampak besar dan kecil dipengaruhi kedekatan seseorang dengan benda itu, Benda mati berada dalam ruang dan waktu dapat diukur dengan ilmu fisika, demikian pula ketika benda ini bergerak konstan sebagaimana gerak bumi, bulan dan semua tata surya, maka dapat diukur sedemikian rupa sehingga melahirkan pengetahuan yang mendekati suatu kepastian. Seperti kapan terjadi gerhana di titik wilayah tertentu, kapan tampak besar dan tampak kecil yang dipengaruhi jarak pandang dan lain sebagainya.
Dalam Al-Quran, Allah menyebut as-syamsu wal qamaru bihusban (matahari dan bulan bergerak sesuai hitungan tertentu), QS ar-Rahman: 5. Dalam ayat yang lain ar-Ra’d: 2 kullun yajri li ajalin musamma (masing-masing berjalan menurut waktu yang telah ditentukan), inilah yang dikenal kemudian sebagai sunnatullahnya alam semesta.
Mari kita bayangkan, sekiranya alam semesta ini tidak memiliki kejelasan yang terukur, maka manusia akan mengalami kesulitan menetapkan sesuatu termasuk kapan bulan tampak besar dari bumi karena kedekatan jarak dengan bumi dan kapan tampak kecil. Demikian pula kapan bulan mulai di atas ufuk kapan terjadi Ijtimak atau konjungsi geosentris atau peristiwa dimana Bumi dan Bulan berada di posisi bujur langit yang sama, jika diamati dari Bumi (dalam catatan ahli, Ijtimak ini terjadi setiap 29,531 hari sekali).
Melalui penelitian ilmuan ini pulalah, manusia dapat menikmati informasi kejadian alam semesta yang rutin jauh-jauh sebelum terjadi (bukan sulap atau sihir atau ramal), tapi produk penelitian terus menerus terhadap fenomena alam tersebut. Melalui temuan ini pula umat Islam dapat memahami saat-saat atau jam berapa matahari terbit, tepat di atas kita, tenggelam hingga saat fajar untuk menetapkan waktu ibadah shalat mereka dengan melakukan kroscek jadwal waktu shalat dengan jam yang dimiliki, bahkan dengan teknologi IT saat ini dapat secara otomatis melalui program lokasi dan aplikasi waktu shalat dapat diketahui dengan cepat dan mendekati akurasi yang tinggi.
Kesadaran akan ilmu ini sebenarnya telah dimulai sejak era Nabi Saw, di saat terjadi gerhana bersamaan dengan meninggalkan putra beliau Ibrahim, dan masyarakat menghubungkannya dengan sesuatu yang mistis, namun Beliau segera mengundang umatnya melakukan shalat dan memberikan informasi bahwa fenomena gerhana adalah fenomena alam. Beliau menyebutkan dalam HR Malik innasy syamsa wal qamara ayatani min ayatollah la yakhsifani limauti ahadikum wala lihayatihi .. (sunnguh matahari dan bulan merupakan tanda kebesaran Allah, keduanya tidaklah tertutup karena kematian atau kehidupan seseorang)
Ayo kita jadikan peristiwa Supermoon sebagai fenomena alam yang menggugah kesadaran kita akan kebesaran Allah dan mendorong manusia semakin semangat untuk belajar dan mengungkap misteri alam yang lainnya.

Tanggal 18 Januari 2018

Silahkan Hubungi Kami