MERAWAT KONTINUITAS NIAT, AMAL BAIK, DAN ISTIQAMAH

Published by achmad dharmawan on

Assalamualaikum wrwb.
AlhamduliLlah wa sy-syukru liLlah. Segala puji hanya milik Allah, mari kita syukuri semua nikmat dan karunia-Nya yang kita terima. Hanya atas pertolongan dan kasih sayang-Nya kita sehat afiat dan dapat melaksanakan aktifitas kita. Mari kita niatkan ibadah dan mengabdi kepada Allah, agar perbuatan kita lebih bermakna. Urusan dunia akan tetapi bernilai akhirat, karena niat kita yang baik.
Shalawat dan salam mari senantiasa kita wiridkan, mengiringi Allah dan para Malaikat-Nya yang senantiasa bershalawat dan menyampaikan keselamatan pada Baginda Nabi Muhammad Rasulullah saw, keluarga, dan para sahabat. Semoga kebaikan selalu menyelimuti kita, keluarga, dan anak-anak kita. Dan semua urusan kita diberi kemudahan oleh Allah.
Saudaraku, Allah ‘Azza wa Jalla menegaskan, bahwa manusia diciptakan oleh Allah, tujuannya hanya satu, yaitu beribadah atau menghamba kepada Allah (AS. Adz-Dzariyat: 56). Karena memang hanya Allah yang pantas dan berhak untuk disembah. Kata orang bijak, “hidup ini ibarat singgah untuk minum”, dalam ungkapan Jawa, “urip kuwi lirkadiyo mung mampir ngombe”. Tentu setelah itu masih harus meneruskan perjalanan panjang menuju kehidupan “abadi” untuk mengharapkan ridha-Nya dan “perjumpaan” atau “liqa’” pada Allah Rabbu l-‘Arsy wa s-samawat.
Saudaraku, kematian pasti akan datang menjemput kita, dan itulah awal dari kehidupan panjang menuju keabadian. Allah SWT menegaskan: “Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu. Dan Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur” (QS. Ali ‘Imran: 145).
Karena kita tidak ada yang mengetahui kapan kematian itu datang menjemput kita, maka kita harus memperbanyak amal shalih. Untuk itu berbuat baiklah, pasti Allah, Rasulullah, dan orang-orang yang beriman akan melihat amal perbuatan kita (QS. At-Taubah: 105). Selain itu, amal perbuatan kita juga harus kita rawat kontinuitas, kesinambungan, dan sikap istiqamah kita agar jalan untuk mendapatkan Ridla Allah terbuka lebar dengan kesungguhan niat kita. Rasulullah saw mengingatkan kita:
” كَمْ مِن عَمَلٍ يتَصَوَّرُ بِصُورَةِ عَمَلِ الدُنيَا ثُمَّ يَصِيرُ بِحُسنِ النِّيَّةِ مِن أَعْمَالِ الآخِرَةِ, وَكَم مِن عَمَلٍ يَتَصَوَّرُ بِصُورَةِ عَمَلِ الآخِرَةِ ثُمَّ يَصِيرُ مِن أَعْمَالِ الدُنيَا بِسُوءِ النِّـيَّةِ ”
“Banyak sekali amalan (seseorang) yang menggambarkan dengan gambaran amalan dunia kemudian (berubah) menjadi  amalan akhirat karena baiknya niat, dan banyak sekali amalan (seseorang) yang menggambarkan dengan gambaran amalan akhirat, kemudian (berubah) menjadi termasuk amalan dunia, karena buruknya niat”.
Karena itu, mari kita berusaha dan memohon kepada Allah Yang Maha Pemurah, agar kita mampu menjaga dengan baik amalan kita. Kita hindari perbuatan yang berlebihan, meskipun diperbolehkan, seperti makan berlebihan. Kita buang jauh-jauh sifat dan sikap bakhil, karena itu akan menjadi pangkal penyakit fisik. Selain itu, sikap berlebihan akan berdampak melahirkan sikap takabbur, sombong, dan arogan, yang sangat dibenci oleh Allah ‘Azza wa Jalla.
ثلاثة نفر يبغضهم الله من غير جرم : الأكول و البخيل و المتكبر
“Tiga kelompok orang yang akan dimarahi oleh Allah, adalah tukang makan, orang yang bakhil, dan orang yang sombing atau takabbur”.
Rasulullah saw juga mengingatkan pada kita terutama yang masih senang nongkrong-nongkrong, membiarkan waktu kita sia-sia dan lewat begitu saja tanpa berbuat kebajikan, sebagai berikut:
عن أبي هريرة -رضي الله تعالى عنه- قال: قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: (من حسن إسلام المرء تركه ما لا يعنيه)قال حديث حسن رواه الترمذي وغيره.
Riwayat dari Abu Hurairah ra berkata, Rasulullah saw bersabda: “Termasuk baiknya ke-Islaman seseorang adalah ia meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat baginya”. Ia berkata, hadits Hasan, diriwayatkan At-Tirmidzi.
Mari kita memohon kepada Allah agar kita mampu berbuat yang baik atau shalih, dengan niat yang baik, agar apa saja yang baik yang kita laksanakan, bernilai dan akan menjadi amalan akhirat, untuk bekal kita menyusuri perjalanan panjang untuk mendapatkan ridla dan keberkahan Allah. Mari kita cermati secara seksama, penegasan Allah Rabbu l-‘Arsy wa s-samawat:
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنتُمْ تُوعَدُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan bahwa Tuhan kami adalah Allah, kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakankah mereka dengan surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu” (QS. Fushshilat: 30).
Marilah kita rawat bersama iman dan Islam kita, dengan memupuk amalan shalih kita, meskipun sedikit atau kecil, tetapi kontinu atau berkesinambungan. Insyaa Allah dengan kita mengamalkan yang kecil tetapi langgeng, itu akan menjadi amalan utama kita. (افضل الاعمال الى الله ادومها وان قل ). Semoga Allah senantiasa menolong kita diberi kesehatan, dan kekuatan iman dan islam, dan kita merasa ringan, ikhlas, dan khusyu’ dengan penuh kerendahan hati (tawadlu’) dalam mendekatkan diri kepada-Nya. Amin.
Allah a’lam bi sh-shawab.
Wassalamualaikum wrwb.

Silahkan Hubungi Kami