INDONESIA: “IRISAN SURGA” DI BUMI NUSANTARA

Published by achmad dharmawan on

Assalamualaikum wrwb.

Alhamdu liLlah wa sy-syukru liLlah. Segala puji hanya milik Allah. Mari kita syukuri secara sungguh-sungguh, hanya dengan anugrah dan karunia-Nya, kita sehat afiat dan dapat melaksanakan tugas dan  kegiatan kita dengan baik. Semoga semuanya lancar dan diberi kemudahan oleh Allah. Shalawat dan salam mari kita senandungkan mengiringi Allah dan para malaikat yang selalu bershalawat pada Nabi Muhammad saw. Semoga kebaikan itu melimpah kepada keluarga, sahabat, dan para pengikut yang setia meneladani beliau. Semoga syafaat beliau akan memayungi kita kelak di akhirat, dan urusan dunia kita berjalan lancar dan bermanfaat.

Saudaraku, hari pertama kunjungan ke beberapa tempat wisata ke museum Mother Theresa, Masjid Tipu Sultan, dan Victoria Memorial Hall, karena kegiatan training baru dimulai hari Senin ini, saya mendapatkan kesan yang menggugah kesadaran dan sekaligus imajinasi saya, untuk makin mensyukuri nikmat dan karunia Allah yang telah dikaruniakan kepada negeri saya nusantara, Negara Keaatuan Republik Indonesia.

Sepanjang perjalanan sebagai muslim saya selain harus banyak melantunkan istighfar, memohon ampunan kepada Allah, karena menyaksikan banyak hal di wilayah kota Kolkata ini. Pertama, tentu banyak ketimpangan terjadi antara saudara-saudara saya di kota ini yang secara ekonomi belum  menguntungkan. Masih banyak orang-orang laki-laki yang telanjang dada di kanan kiri jalan raya besar, ada juga yang mandi di tepi jalan raya. Tentu kalau misalnya mandi di sungai, di tepi jalan raya luar kota seperti di sebagian wilayah Demak. Itu pun dulu zaman saya masih kuliah program sarjana (S1) dulu.

Kedua, budaya hidup bersih di kota Kolkata ini, tampaknya masih hanya menjadi milik mereka yang berduit. Saya tidak sempat berburu informasi, apakah pemerintah Provinsi Benggala Barat dan Kota Kolkata sendiri harus mengeluarkan berapa juta atau milyar rupee untuk menjaga kebersihan kotanya. Kata teman saya, Dr. Makrum Kholil, yang pernah “khuruj” di sini 10 hari, Kolkata kehidupan masyarakatnya semrawut, seperti tidak ada pemerintahan, peradaban rendah, kehidupan mereka terkesan jauh dari kemajuan”. Tentu kesan demikian, bisa benar sebagian, meskipun tidak seluruhnya benar.

Saya sendiri berpendapat, mengapa dulu Kolkata — atau semula disebut Calcutta — yang sudah menjadi ibu kota India, kemudian  dipindah ke New Delhi, boleh jadi karena sebenarnya dari sisi sejarah sudah sangat tua, akan tetapi secara geografis memang berada di wilayah India paling timur berdekatan dengan Bangladesh, juga karena kemungkinan budaya warganya yang susah diajak maju, karena sebagian besar sudah terbiasa dengan budaya tidak bersih, lamban, susah diajak maju. Restoran di tempat saya menginap pun, sarapan pagi baru bisa dilayani oleh pihak restoran jam 07.30.

Akan tetapi beberapa tahun terakhir ini, sedang berlangsung pembangunan besar-besaran di wilayah New Kolkata City. Selain banyak gedung-gedung baru pencakar langit, hotel, perkantoran, mall, juga pembangunan infrastruktur baru, baik flyover, stasiun, dan lain-lain, yang akan melahirkan new urban society. Anda kiranya tidak perlu membayangkan disparitas yang seperti apa, dari dampak pembangunan di kota baru Kolkata nanti.

Ketiga, dari sisi budaya berlalu lintas, tampak sekali jauh dari tertib. Selain karena kendaraan umum, bus, kereta dalam kota, taxi, tampak sekali usianya sangat tua, kotor, dan sepertinya tidak pernah dicuci. Padahal sehari-hari lagi musim hujan, yang dari sumber saya airnya berlimpah. Kalau ajaran Islam  mengajarkan, bahwa “bersih itu adalah sebagian dari iman” maka di Kolkata ini agak susah untuk mendapatkan perwujudan atau penampakannya di kota ini.

Kolkata akan menjadi tuan rumah Konferensi Tahunan ke 69 tentang Masyarakat Ahli Jantung atau  The 69th Annual Conference of Cardiological Society of India Kolkata, tanggal 30 November – 3  Desember  2017, dapat memanfaatkan momentum ini untuk berbenah dan setidaknya berhias diri menjadi kota yang layak dan bersih. Meskipun ini sekedar “grundelan” pengunjung yang hanya akan tinggal seminggu di daerah ini. Tetapi tampaknya susah dan sangat kecil kemungkinannya.

Dalam rilis nm.wikipedia.org disebutkan bahwa Victoria Memorial adalah bangunan besar di Kolkata, Benggala Barat, India, yang dibanghn antara 1906-1921, didedikasikan untuk mengingat Ratu Victoria (1819-1901). Sekarang menjadi museum dan destinasi wisata, dekat dengan Jalan Jawaharlal Nehru. Bangunan ini sepenuhnya dari marmer putih, dari pagar hingga bangunan tinggi yang penuh dengan ornamen seni yang luar biasa untuk ukuran waktu itu. Bahkan batu kerakal dari depan hingga dalam mengelilingi bangunan bersejarah ini pun tampak dari batu marmer. Itu pun ada beberapa tambahan tenda darurat, dan bagian kanan bangunan yang megah itu, besi-besi karatan yang menumpuk.

Saudaraku, sebagai bangsa Indonesia dengan NKRI dan empat pilarnya, kita wajib meningkatkan rasa syukur kita kepada Allah Tuhan Sang Maha Pencipta. Negara kita, merupakan negara kepulauan, sumber daya alam yang berlimpah, munyak, gas, tembaga, nikel, emas, batu bara, dan tanahnya yang subur. Ibarat, tongkat kayu ditaruh di tanah saja, jadi tanaman yang menghasilkan buah.

Sayangnya, warga negara kita yang tahun 2017 ini diperkirakan 261 juta jiwa, 10,64%-nya masih berada dalam cengkeraman kemiskinan, sekitar 27,77 juta (per-Maret 2017). Sumber alam minyak kita, sebagian besar — untuk tidak mengatakan semuanya — dikelola oleh PT Asing. Lalu bagaimana Pertamina kita. Jawabannya, Allah a’lam. Konon, minhyak mentahnya kita ekspor dulu, setelah itu minyak yang siap dikonsumsi oleh masyarakat kita untuk berbgaai macam angkutan baik pribadi maupun publik, harus mengimpor kembali.

Soal pendidikan kita, rasanya dengan anggaran 20% dari APBN relatif memadai. Setidaknya untuk sekolah umum sudah bisa dibebaskan biaya, beasiswa di PT juga banyak jalur yang disesiakan, baik oleh pemerintah maupun swasta. Akan tetapi masih menyimpan berbagai persoalan, mulai dari soal kekerasan fisik di sekolah, moral hazard di sebagian kecil oknum pimpinan  PT, asalnya PT pencetak guru, yang rektornya sudah dicopot, masih terjadi. Banyak juga PT Swasta yang akhirnya ijinnya dicabut dan diberhentikan.

Narkoba yang Indonesia sudah dinyatakan darurat, bahkan bandar pun masih bisa mengatur dan memasarkan narkoba dari balik jeruji besi, dan sempat memakan “oknum” sipir di beberapa LP atau lembaga pemasyarakatan, adalah cerita sedih dan memalukan bangsa kita. Ini diperparah lagi dengan banyaknya kasus korupsi yang dilakukan oleh para oknum kepala daerah. Mereka tertangkap basah oleh “Safari OTT KPK”, yang bahkan makin hari makin banyak jumlahnya. Beberapa waktu lalu pun, saya “berspekulasi” bahwa korupsi di negeri kita ibarat fenomena “gunung es” yang nampak kecil di permukaan, padahal sesungguhnya di bawah permukaan sangat besar, yang “kapal penyelamat” pun ketika menabrak “bongkahan korupsi” pun akan remuk redam dan boleh jadi ikut tenggelam. Mudah-mudahan saja spekulasi saya tidak benar.

Saudaraku, mari kita berfikir serius memikirkan kemajuan bangsa kita yang kaya raya dengan sumber saya alam itu, dengan meningkatkan sumber saya manusia yang berintegritas dan ber-akhlaqul karimah. Di tangan mereka, kita yang sudah memasuki masa-masa tua, kita menaruh harapan agar Indonesia yang merupakan “irisan surga” yang dikaruniakan oleh Allah Tuhan Sang Maha Pencipta di bumi nusantara, pada saatnya nanti akan menjadi negara besar, kuat, berperadaban, manusiawi, memiliki keunggulan kompetitif, dan mampu menjadi pemimpin negara-negara di dunia.

Sudah barang tentu ini memerlukan sumber daya manusia yang unggul, pemimpin yang amanah, tidak “menggadaikan” negara yang sesungguhnya kaya raya ini, dengan menambah utang yang akan menjadi beban anak cucu kita. Bagaimana memanfaatkan keunggulan dan keahlian anak-anak kita, karya-karya mereka, agar mampu menjadi negara produsen, tidak terus menerus menjadi negara konsumen, sehingga kita layak berharap mimpi terwujudnya baldatun thayyibatun wa Rabbun Ghafur.

Allah a’lam bi sh-shawab.

Wassalamualaikum wrwb.

Techno India Institute-Hotel Fern Kolkata India, 7/10/2017.

Silahkan Hubungi Kami