KALA UJARAN KEBENCIAN “MENUAI PETAKA” DAN PIDANA

Published by achmad dharmawan on

Assalamualaikum wrwb.
      Segala puji hanya milik Allah. Mari kita syukuri anugrah dan karunia Allah Tuhan Yang Maha Pencipta. Yang pasti kita tidak mampu menghitung berapa dan betapa besar anugrah dan kenikmatan yang kita terima. Semoga dengan kesyukuran kita, Allah akan menambah kenikmatan-Nya pada kita dan keluarga kita.
       Shalawat dan salam mari kita senandungkan untuk Baginda Rasulullah saw, keluarga, dan para sahabat. Semoga semua pekerjaan kita dimudahkan oleh Allah, dan kelak di akhirat kita mendapat syafaat dari Beliau.
       Saudaraku, belum selesai kasus Saracen yang mengunggah ujaran kebencian melalui medsos whatapps, yang pelakunya juga sudah ditangkap dan masih dalam proses hukum, belakangan ini ramai lagi di media sosial ke media cetak dan elektronik. Pasalnya, Dodik Ihwanto (20) yang baru saja lulus kuliah dari Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang, ditangkap polisi karena di yatakan tersangka pelaku ujaran kebencian karena dianggap menghuna ibu negara Iriana Joko Widodo di media sosial instagram. (liputan6.com).
      Pelaku diancam melanggar pasal 27 ayat 3 dan pasal 28 UU Informasi dan Transaksi Elektronik tentang pencemaran nama baik, dengan ancaman hukuman penjara empat tahun. Demikian kata AKBP Yoce Martin Kasubdit 2 Polda Sumatra Selatan.
     Saudaraku, ini pelajaran berharga kita semua. Boleh jadi ini bagian dari cara Allah mengingatkan kita, bahwa ucapan lisan kita adalah jendela dari kepribadian kita. Dalam ungkapan anak muda, disebutkan “mulutmu adalah harimaumu”. Lisan kita adalah gambaran kepribadian dan akhlak kita. Apabila kita tidak mampu menjaga lisan kita, maka kita tidak menunggu lama, akan “memanen” balasan dan hukuman dari omongan lisan kita.
      Allah ‘Azza wa Jalla mengingatkan kita agar berbicara dengan perkataan yang baik atau patut (قولا معروفا) seperti dalam QS. Al-Baqarah: 235, an-Nisa’: 5, 8, dan al-Ahzab: 70; perkataan yang benar (قولا سديدا) seperti QS. An-Nisa’: 9; perkataan (yang baik) yang  membekas dalam jiwa (قولا بليغا) seperti QS. An-Nisa’ :63), perkataan yang mulia (قولا كريما) seperti AS. Al-Isra’: 23, perkataan yang pantas (قولا ميسورا) QS. Al-Isra’ : 28, dan perkataan yang lemah lembut seperti QS. Thaha: 44.
       Rasulullah saw dengan sangat tegas mengingatkan kita sebagai berikut:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
(مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلَا يُؤْذِ جَارَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ)
[ متفق عليه ].
Riwayat dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw bersabda: “barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berbicaralah dengan baik, atau (jika tidak bisa bicara yang baik) diamlah” (Riwayat al-Bukhari dan Muslim).
      Ketika bulan Ramadlan, selalu disinggung bahwa (aroma) mulut orang yang berpuasa, adalah laksana aroma minyak misik (minyak kasturi), parfum yang wanginya sudah sangat dikenal. Meskipun boleh jadi secara fisik, aromanya tetap tidak enak, karena tidak ada makanan dan minuman yang masuk ke mulut dari fajar hingga siang atau sore hari, karena itu adalah bahasa simbolik (majazi).
      Saudaraku, agama Islam mengajarkan kepada pemeluknya untuk santun dan menjaga lisannya dengan baik. Imam Al-Ghazali mengingatkan kepada para murid-murid beliau, agar berhati-hati menjaga lisannya. Menurut beliau, lisan merupakan hal yang paling tajam di dunia ini. Al-Ghazali yang sejatah mencatatnya sebagai hujjat al-Islam mengingatkan, agar kita tidak mudah berdebat secara berlebihan. Perdebatan atau mujadalah (wa jadilhum billati hiya ahsan) memang bagian dari proses pembelajaran dan merode dakwah, yang berguna bagi murid yang sedang belajar. Akan tetapi, bagi seorang alim, perdebatan merupakan hal yang harus dihindari.  Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang meninggalkan perdebatan, walaupun perdebatan itu benar, Tuhan akan berikan kepadanya tempat paling tinggi di surga.”
       Saudaraku, di tengah perkembangan media sosial yang luar biasa maju, kita musti lebjh berhati-hati. Jangan mudah melakukan ujaran kebencian, memfitnah, menggunjing, bahkan mengumbar umpatan dan kebencian kepada siapapun. Karena pada hakikatnya, di situlah kita akan terlihat  kepribadian dan akhlak kita yang sesungguhnya.
       Rasulullah saw mengungatkan kita, bahwa orang yang kualitas keberagamaannya baik dan terjaga, adalah orang yang apabila orang lain merasa nyaman, selamat, dan tenteram dari lisan (tulisan, pendapat, dan perkataannya) dan tangan (kekuasaan)-nya” (Riwayat al-Bukhari dan Muslim).
      Saudaraku, mengakhiri renungan ini, mari kita simak secara seksama, cermat, dan hati-hati. Luka akibat terpelesetnya lisan, tidak bisa disembuhkan. Luka pedang atau pisau, dengan mudah disembuhkan. Sebelum kita terjerat ancaman pidana karena melanggar UU ITE, mari kita biasakan diri untuk bertutur kata yang manis, lemah lembut, benar, dan indah.
      Marilah kita jaga lisan kita, kita gunakan untuk senantiasa berdzikir, menyebut Asma Allah dan kalimat yang baik-baik (thayyibat), agar lisan kita tetap terjaga dan hati kita juga menjadi tenang dan tenteram (thuma’ninah). Sekiranya kita tidak bisa berbicara yang baik, maka lebih baik diam, karena “diam itu adalah emas”.
      Semoga bermanfaat dan Allah a’lam bi sh-shawab.
Wassalamualaikum wrwb.

Silahkan Hubungi Kami