MUSLIM ROHINGNYA DAN KEBIADABAN REJIM, MILITER, DAN PIMPINAN AGAMA DI MYANMAR

Published by achmad dharmawan on

Assalamualaikum wrwb.
      Saudaraku, mari kita syukuri anugrah dan pertolongan Allah. Hari ini karena kasih sayang-Nya, kita sehat afiat, hidup tenang dan tenteram dengan kemajemukan dan keberagaman yang menjadi kekayaan bangsa dan NKRI yang kita cintai. Mari kita terus rawat dan jaga kesejukan, toleransi,  dan kerukunan yang sudah kita bangun beratus-tahun dari sebelum NKRI lahir hingga kita merayakan kemerdekaan ke-72 bulan lalu.
       Shalawat dan salam mari kita senandungkan pada Baginda Rasulullah saw, keluarga, dan para sahabat. Beliau adalah sosok dan tokoh teladan manusia yang sangat mengedepankan kasih sayang sesama manusia. Perbedaan agama adalah hak paling asasi yang tidak boleh diganggu gugat. Beliau telah meletakkan dasar dan pilar toleransi dalam soal pilihan agama. Bahkan dalam sepanjang sejarah Islam, tidak pernah ada pembununan apalagi genocida atas nama agama.
       Saudaraku, minggu ini di kala kita sedang merayakan Idul Adlha, dan bahkan banyak yang sedang melaksanakan penyembelihan hewan qurban, guna menunjukkan keimanan, ketaqwaan, dan kepedulian sosial kita kepada saudara-saudara kita yang tidak mampu, dengan berbagi daging kambing, sapi, dan unta bagi saudara kita yang sedang di tanah suci, hati kita tersentak, teriris-iris, dan tercabik-cabik oleh berita pembantaian, pembakaran, pembununan secara sangat-sangat biadab saudara-saudara kita warga Muslim Rohingnya di wilayah Arakan, Rakhine, Myanmar.
      Ironisnya, penguasa Aung San Sukyi — yang pernah menerima hadiah Nobel Perdamaian — pun tidak melakukan langkah-langkah apapun untuk menghentikannya. Kebiadaban militer Myanmar dan didukung oleh para Bikhu dengan busana “kebesaran agama”-nya secara terang-terangan ikut serta melakukan praktik-praktik pembangaian, pembakaran, dan pembununan dengan cara-cara yang sangat brutal, biadab, dan sangat jauh dari kepantasan sebagai manusia.
      Hari ini kita dapat kiriman, warga Muslim Rohingnya yang berjamaah subuh di Masjid, dibakar hidup-hidup secara keji dan biadab. Mengapa seakan dunia membiarkan? Apa yang dilakukan oleh PBB? Apa pula yang dilakukan oleh aktifis Hak Azasi Manusia (HAM) Indonesia dan juga Internasional?
      Dewan Rohingnya Eropa (European Rohingnya Council) — seperti postingan (Djoko Edhi Abdurrahman, mantan anggota Komisi Hukum DPR) meminta dunia internasional melindungi rakyat sipil dari militer di bawah kekuasaan Suu Kyi. Ini karena serangan mematikan terhadap pos-pos perbagasan di Rakhine Myanmar Barat, Jumat (25/8/2017) menewaskan 100 muslim Rohingnya. Ribuan penduduk diusir, rumah mereka dibakar dengan mortir dan senapan mesin. Di Maungdaw, di mana warga Rohingnya merupakan mayoritas, militer melakukan kejahatan kemanusiaan terstruktur, pemerkosaan massal, pembantaian, termasuk bayi dan anak-anak, disiksa, diculik, dan dibantai habis-habisan.
       Inilah tontonan sangat “telanjang” kejahatan kemanusiaan genocida di abad modern yang serba canggih. Karena itu, kita semua warga NKRI yang cinta damai dan menghargai kemanusiaan, mengutuk, dan menyampaikan hal-hal sebagai berikut:
1. Mengutuk dengan sangat keras atas kebiadaban, kekejaman, dan kebrutalan Militer, Rejim Penguasa yang cenderung membiarkan pembantaian tersebut.
2. Lembaga yang mengeluarkan hadiah Nobel Perdamaian untuk mencabut atau menarik kembali hadiah Nobel yang pernah diberikan kepada Aung San Suu Kyi.
3. Pemerintah Republik Indonesia melalui Presiden dan Pimpanan Umat Beragama diminta melakukan langkah-langkah deplomatik untuk sesegera mungkin menghentikan kebiadaban, kekejian, dan kebrutalan gerakan genosida yang dilakukan oleh Rejim Penguasa, Militer, dan Pimpinan Agama mayoritas Myanmar.
4. Melalui Presiden RI, menyerukan kepada Masyarakat ASEAN untuk sesegera mungkin meninjau dan mempertimbangkan kembali keberadaan keanggotaan Negara Myanmar, karena sungguh sangat tidak pantas duduk sama rendah dan bersiri sama tinggi dalam komunitas Masyarakat ASEAN.
5. Melalui para Pemimpin Agama di Masyarakat ASEAN, terutama Pimpinan Agama Buddha, untuk melakukan langkah-langkah kongkret untuk segera menghentikan kebiadaban tersebut atas nama agama.
6. Kepada para pegiat dan pejuang Hak Azasi Manusia (HAM) baik yang berada di Indonesia, dan HAM internasional, untuk mengajukan siapapun yang mendalangi, melakukan, dan membiarkan pembantaian warga Muslim Rohingnya secara brutal dan sangat biadab tersebut, ke Mahkamah Internasional.
7. Menyerukan kepada seluruh umat Islam di Indonesia untuk membaca qunut nazilah dan melakukan shalat ghaib pada saudara-saudara kita di Rohingnya, dan mendoakan semoga mereka dicatat oleh Allah sebagai para syuhada’ dan ditempatkan di surga-Nya. Amin.
      Saudaraku, kalau dunia dan PBB tidak mampu menghentikan kebiadaban dan kebrutalan tersebut, sama halnya PBB membiarkan pembunuhan dan genocida massal tersebut, dan ini bukan tidak mungkin akan memicu dan memacu timbulnya sentimen “balas dendam” baru yang muncul di kemudian hari.
     Semua kita memahami, bahwa dalam Islam, membunuh satu nyawa laksana membunuh semua manusia. Dan menghidupkan satu nyawa, sama halnya menghidupkan seluruh ummat manusia. Allah ‘Azza wa Jalla menegaskan:
مِنْ أَجْلِ ذَٰلِكَ كَتَبْنَا عَلَىٰ بَنِي إِسْرَائِيلَ أَنَّهُ مَن قَتَلَ نَفْسًا بِغَيْرِ نَفْسٍ أَوْ فَسَادٍ فِي الْأَرْضِ فَكَأَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيعًا وَمَنْ أَحْيَاهَا فَكَأَنَّمَا أَحْيَا النَّاسَ جَمِيعًا وَلَقَدْ جَاءَتْهُمْ رُسُلُنَا بِالْبَيِّنَاتِ ثُمَّ إِنَّ كَثِيرًا مِّنْهُم بَعْدَ ذَٰلِكَ فِي الْأَرْضِ لَمُسْرِفُونَ. المائدة ٣٢
“Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh orang lain), atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehiduoan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka Rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak di antara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan di muka bumi” (QS. Al-Maidah: 32).
      Saudaraku, rasanya setelah menyaksikan kepedihan saudara kita di Rohingnya, makan pun tidak enak, tidak terasa lagi nikmat. Boleh jadi kita memang termasuk waega yang paling lemah imannya, karena kita hanya mengutuk, berteriak dalam hati dan fikiran, tetapi tidak memiliki kekuatan tangan dan kekuasaan, untuk mampu sesegera mungkin menghentikan kebrutalan tersebut.
        Ya Allah, Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang, hentikanlah sesegera mungkin kebrutalan, kekejaman, dan kebiadaban para penguasa, militer, dan pimpinan agama Myanmar yang sudah sangat kejam, tega, dan tidak lagi memiliki jiwa dan rasa kemanusiaan. Ya Allah, Tuhan Yang Maha Bijaksana, berilah balasan kepada mereka secepatnya, agar mereka sadar dan tidak lagi melanjutkan kebiadabannya tersebut.
    حسبنا الله ونعم الوكيل نعم المولى ونعم النصير لا حول ولا قوة الا بالله العلي العظيم
      Allah a’lam bi sh-shawab.
Wassalamualaikum wrwb.

Silahkan Hubungi Kami