MENDIDIK ANAK MODEL LUQMAN AL-HAKIM

Published by achmad dharmawan on

Assalamualaikum wrwb.
Alhamdu liLlah, alhamdu liLlah, tsumma alhamdu liLlah. Allah telah melimpahkan anugrah dan karunia-Nya pada kita, kita sehat afiat, panjang umur, dan dapat mengawali hari Jumat ini dengan hati riang, mari kita syukuri dengan segenap kemampuan kita, semoga keberkahan Allah selalu menyelimuti kita. Shalawat dan salam, semoga tercurah pada Rasulullah saw, keluarga, para sahabat, dan pengikut setia yang berkomitmen meneladani beliau. Semoga semua urusan kita hari ini dimudahkan oleh Allah.
Saudaraku, kehadiran seorang anak bagi pasangan suami istri, adalah anugrah, namun juga sekaligus amanat dan cobaan. Kehadirannya, wajib disyukuri. Dan bentuk kesyukuran itu, adalah menjaga, merawat, membesarkan, dan mengantarkannya hingga mereka hidup mandiri kala dewasa nanti. Tentu kelahiran anak yang memang dikehendaki dan direncanakan dengan baik.
Karena itu, dalam Islam, menikah diperintahkan kepada anak muda yang sudah memiliki kemampuan fisik dan mental, untuk menikah. Islam melarang untuk membujang — atau dalam bahasa anak muda, menjomblo — karena dikhawatirkan, akan “memasung hak dan kebutuhan biologis” manusia normal, dan akan mengancam keberlangsungan keturunan manusia. Berketurunan yang dalam kajian ke-Islaman, disebut menjaga keluarga (حفظ النسل) merupakan salah satu kebutuhan dlarury yang lima (الضروريات الخمس).
Menikah dalam Islam, dan kehadiran istri yang shalihah, adalah karunia Allah separoh agama. Rasulullah saw meme-rintahkan, untuk menyempurnakan separo yang lainnya.
Setiap bayi yang lahir adalah suci (berfitrah tauhid, mengesakan Allah, Islam), kedua orang tuanya yang akan “menjadikan” bayi tersebut, menjadikan tidak Islam. Karena itu, pertama, pendidikan keluarga oleh kedua orang tuanya, adalah suatu keniscayaan yang harus dipenuhi, baik pada saat bayi masih dalam kandungan, maupun ketika mereka lahir, tumbuh, dan berkembang. Rasulullah saw mengadzani cucu beliau Hasan bin Ali di telinganya.
عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي رَافِعٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَذَّنَ فِي أُذُنِ الْحَسَنِ بْنِ عَلِيٍّ حِينَ وَلَدَتْهُ فَاطِمَةُ بِالصَّلَاةِ
Dari Ubaidullah bin Abi Rafi dari ayahnya ia berkata: Aku melihat Rasulullah saw mengadzani telinga Hasan bin Ali ketika ia dilahirkan Fathimah dengan adzan shalat. ( Sunan Abu Dawud : 13/305).
Dalam riwayat yang lain, dinyatakan:
مَنْ وُلِدَ لَهُ مَوْلُودٌ فَأَذَّنَ فِي أُذُنِهِ الْيُمْنَى وَأَقَامَ فِي الْيُسْرَى لَمْ تَضُرَّهُ أُمُّ الصِّبْيَانِ
Orang yang mendapatkan kelahiran bayi, lalu dia mengadzankan di telinga kanan dan iqamat di telinga kiri, tidak akan celaka oleh (penyakit) Ummu Shibyan” (HR. Abu Yala Al-Mushili).
Kedua, orang tua “wajib” meng-aqiqah-i anaknya, bahi laki-laki dua ekor kambing dan bayi perempuan satu ekor kambing. Tentu lebih banyak lebih baik, asal tidak berlebihan. Aqiqah disembelih pada bayi berumur satu minggu, dicukur rambutnya, dan diberi nama yang baik. Pesan substansi aqiqah, adalah mendidik si bayi, agar menjadi dermawan, pantang mengonsumsi barang haram, dan memiliki kepedulian sosial yang tinggi pada lingkungan yang membutuhkan. Aqiqah disajikan kepada tetangga dan kerabat dalam siap dinikmati, berbeda dengan korban yang daging ya dibagi masih dalam keadaan mentah. Bahi yang tidak di-aqiqah-i, ibarat barang yang tergadai, jadi tidak bisa leluasa, kecuali setelah “ditebus” dengan aqiqah (Riwayat at-Tirmidzi, an-Nasa’i, dan Abu Dawud).
Ketiga, mengikuti model pendidikan yang dilakukan oleh seorang tokoh bijak, Luqman al-Hakim, kala bayi sudah tumbuh kembang menjadi anak-anak, dan siap menerima pendidikan, tanamkan sifat dan sikap berterima kasih atau bersyukur kepada Allah. Sifat dan sikap bersyukur ini, sama halnya mensyukuri dirinya sendiri (QS. Luqman: 12). Ini penanaman nilai dan fondasi dasar agar anak kita tidak didera penyakit angkuh, sombong, takabbur, dan merasa mampu dan hebat.
Siapa sesungguhhya Luqman al-Hakim yang kemudian diabadikan oleh Allah ‘Azza wa Jalla menggunakannya sebagai nama surat dalam Al-Qur’an? Luqman al-Hakim yang konon hiduonya hingga 1.000 tahun, menurut Ibnu ‘Abbas, adalah seorang tukang kayu dari Habsyi. Ada pula yang menyebutnya, berasal dari Nubah, ada yang berpendapat dari Sudan. Ada juga yang menyebut ia seorang hakim, pada zaman Nabi Dawud.
Ibnu Katsir, mufassir terkenal menyebutkan, Luqman al-Hakim adalah Luqman bin ‘Anqa’ bin Sadun. Syauqi Abu Khalil dalam Athlas al-Qur’an menyebutkan, Luqman adalah putra saudara perempuan Ayyub. Sementara ibnu Jarir menyebutkan, Luqman adalah seorang hamba sahaya yang berprofesi sebagai tukang kayu berasal dari Habsyi. Biarlah kontroversi itu, yang terpenting adalah bahwa kita musyi belajar hikmah dan model pendidikan Luqman pada putra-putrinya, agar anak-anak kita menjadi hamba-hamba yang shalih, pandai bersyukur, rendah hati dan tawadlu’.
Keempat, tanamkan iman dan keyakinan yang kuat kepada Allah, dan jangan pernah sekalipun menyekutukan Allah. Karena menyekutukan Allah adalah kedhaliman yang sangat besar (QS. Luqman: 13).
Kelima, tanamkan sifat dan sikap berbuat baik kepada kedua orang tuanya, terutama ibu, yang mengandung dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, melahirkan dengan perjuangan antara hidup dan mati, menyusui selama dua tahun hungga menyapihnya.
Keenam, biasakan kepada anak untuk selalu bersyukur kepada kedua orang tuanya. Bahkan seandainya, orang tua memaksa untuk menyekutukan Allah-pun, tentu jangan diikuti perintah untuk menyekutukan Allah, tetapi sebagai orang tua harus tetap dihormati dan dilayani secara baik (QS. Luqman: 14-15).
Ketujuh, tanamkan untuk berperilaku dan melakukan kebaikan, meskipun hanya seberat biji sawi, karena Allah pasti akan membalas (dengan pahala)-Nya.
Kedelapan, tegakkan shalat, amar makruf dan nahi munkar, dan selalu bersabar. Karena ini kewajiban — dan tugas manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi — sebagai hamba-Nya (QS. Luqman: 17).
Kesembilan, janganlah bersifat dan bersikap sombong, memalingkan muka dari manusia, dan ketika berjalan menampakkan sifat dan sikap angkuh. Karena ini tidak disukai oleh Allah (QS. Luqman: 18).
Kesepuluh, tanamkan kebiasaan sederhana dalam berjalan, dan lunakkan suara dalam berbicara. Karena suara keras diibaratkan suara keledai (QS. Luqman: 19).
Saudaraku, berbahagialah Anda yang dikaruniai anak. Anak adalah amanat yang harus dijaga, dirawat, dan dibesarkan secara baik-baik. Mereka akan menjadi “investasi” atau “tabungan pahala” di akhirat kelak, manakala mereka dapat kita siapkan, didik, dan bimbing mereka menjadi anak shalih yang nantinya akan mendoakan kepada kita, kala kita tidak mampu menyediakan bekal akhirat kita.
Akan tetapi apabila kita gagal mendidik, mengantarkan, dan “menjadikannya” mereka, maka anak adalah cobaan, yang juga akan membuat kita akan berat dalam mempertanggungjawabkannya kepada Allah. Boleh jadi kita akan dikenakan tuntutan karena telah “menyia-nyiakan” anak kita. Mengakhiri renungan ini, mari kita simak seksama Firman Allah Swt:
وَاعْلَمُوا أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَأَنَّ اللهَ عِندَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ.
“Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar” (QS. Al-Anfal: 28).
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَن ذِكْرِ اللهِ وَمَن يَفْعَلْ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang merugi” (QS. Al-Munafiqun: 9).
Mari kita belajar dengan rendah hati model mendidik anak-anak kita kepada Luqman al-Hakim, semoga Allah ‘Azza wa Jalla senantiasa memberi kita kekuata dan keikhlasan mengemban amanat mulia, mendidik, membimbing, mengatahkan anak-anak kita menjadi generasi muda yang shalih-shalihah. Bangsa Indonesia yang sama-sama kita cintai sangat membutuhkan calon-calon pemimpin masa depan, untuk mengawal NKRI yang religius, dan generasi yang religious yang memiliki komitmen kebangsaan yang tinggi.
Allah a’lam bi sh-shawab.
Wassalamualaikum wrwb.
Pascasarjana UIN Walisongo, 11/8/2017.
Categories:

Silahkan Hubungi Kami